logo2

ugm-logo

Pemkab Garut Tetapkan 14 Hari Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi

GARUT, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, menetapkan status tanggap darurat bencana alam gempa bumi selama 14 hari.

Masa ini dipakai untuk memberikan perhatian khusus dalam menanggulangi daerah yang terdampak.

"Hari ini kami juga sudah menetapkan tanggap darurat," kata Sekretaris Daerah Pemkab Garut Nurdin Yana kepada wartawan di Garut, Minggu (28/4/2024) kemarin.

Ia menuturkan, penetapan status tanggap darurat bencana itu bersamaan dengan kejadian bencana alam lainnya di Garut.

Ada pun bencana lainnya adalah tanah longsor di Kecamatan Banjarwangi, serta tanah bergerak di Kecamatan Pakenjeng dan Kecamatan Cisompet.

Selanjutnya, dengan kejadian bencana gempa bumi tersebut, kata dia, maka Garut dinyatakan statusnya menjadi tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan mulai 26 April 2024.

 

"Tanggap darurat kita di 14 hari, kemarin tanggal 26 sampai dengan 14 hari ke depan yang kita tetapkan," kata dia.

Nurdin menjelaskan, kejadian bencana alam di tiga wilayah sebelumnya itu, dan lalu gempa bumi, mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penanggulangan secara keseluruhan.

"Jadi hari ini pernyataan sudah 'included', jadi tidak lagi pernyataan baru, tapi ini akumulasi dari kemarin yang sudah ditetapkan," kata Nurdin.

Nurdin mengatakan, penetapan status itu sebagai dasar aturan untuk pemerintah daerah dalam menanggulangi dan mengucurkan anggaran dari biaya tak terduga (BTT) untuk bencana alam.

"Hari ini untuk terkait dengan proses 'recovery' terhadap kondisi masyarakat, maka kita dapat menggunakan dana BTT," kata dia.

Nurdin menambahkan, seluruh jajaran Pemkab Garut maupun unsur lainnya dari berbagai instansi sudah bergerak untuk menanggulangi daerah yang terdampak bencana gempa bumi di Garut.

Hasil pendataan di lapangan, kata dia, ada rumah warga yang rusak dengan kategori rusak ringan, sedang, dan berat.

Kemudian fasilitas umum seperti rumah sakit di Pameungpeuk, fasilitas pendidikan dan kantor BRI juga rusak.

"Jadi beberapa rumah ada yang kategori memang rusak berat, kemudian sedang, dan juga ada yang ringan sedang kami inventarisir, hari ini sudah asesmen," kata dia.

Nurdin menegaskan, peristiwa gempa bumi di barat daya yang terjadi Sabtu (27/4/2024) tengah malam, menimbulkan kerusakan bangunan dan menyebabkan sejumlah warga terluka.

"Sampai hari ini tidak ada ya (korban) jiwa, tapi yang luka-luka ada, seperti sekarang di Dayeuhmanggung itu ada yang luka-luka."

 

"Kemudian Cisompet satu orang, tapi bukan karena langsung bencana tetapi karena memang dia lari terjatuh," kata Nurdin.

Waspada Siaga Gempa: Langkah Antisipasi dalam Menghadapi Potensi Bencana Alam

Jawapos.com – Indonesia, sebagai negara yang terletak pada cincin api pasifik, telah lama dihadapkan pada risiko gempa bumi yang tinggi. Seperti yang terjadi pada Sabtu (27/4) lalu.

 

Dilansir Jawapos.com dari bmkg.go.id Senin (29/4), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta untuk tetap waspada kepada masyarakat Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Garut dan sekitarnya.

"Kami menghimbau masyarakat tetap tenang namun tetap waspada saat hujan turun, baik sedang maupun deras. Terutama masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan, pegunungan dan daerah aliran sungai, karena berisiko terjadinya tanah longsor dan banjir bandang.," ungkap Dwikorita di Jakarta, Minggu (28/4/2024).

Menyadari akan potensi bahaya ini, pemerintah dan masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan dan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi akibat gempa bumi.

Di tengah upaya-upaya ini, siaga gempa menjadi sorotan utama, mengingat pentingnya persiapan dan respons yang cepat dalam menghadapi bencana alam ini.

Pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terus mengingatkan masyarakat akan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi gempa bumi.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan kesadaran akan resiko gempa dan upaya-upaya pencegahan serta mitigasi telah ditingkatkan secara signifikan.

Menyikapi situasi ini, BNPB telah mengaktifkan program siaga gempa yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon terhadap potensi gempa bumi.

Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan sektor swasta, untuk bersama-sama mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana gempa.

Dikutip dari ilustrasi bnpb.go.id, bahwa salah satu langkah yang diambil adalah penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat tentang tindakan darurat yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi.

Hal ini mencakup prosedur evakuasi, penggunaan tempat perlindungan, dan pertolongan pertama kepada korban.

1. Pendidikan dan Penyuluhan Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang bahaya gempa bumi, tindakan darurat yang harus dilakukan saat terjadi gempa, serta pentingnya kesiapsiagaan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan respons masyarakat.

2. Penguatan Infrastruktur: Memastikan bahwa infrastruktur seperti gedung-gedung, jembatan, dan jalan raya memenuhi standar tahan gempa.

Hal ini melibatkan penerapan teknik-teknik konstruksi yang sesuai dengan zona gempa tempat infrastruktur tersebut berada.

 

3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini: Membangun dan meningkatkan sistem peringatan dini gempa bumi yang dapat memberikan informasi cepat kepada masyarakat sebelum gempa terjadi.

Ini dapat melibatkan pemasangan sensor gempa, pengembangan aplikasi mobile, dan sistem peringatan melalui media massa.

4. Pelatihan Darurat: Melakukan pelatihan dan simulasi evakuasi gempa bumi secara berkala bagi masyarakat, karyawan perusahaan, serta siswa dan guru di sekolah-sekolah. Hal ini membantu meningkatkan kesiapsiagaan dan respons saat terjadi gempa bumi.

5. Penyediaan Tempat Perlindungan Darurat: Menyediakan tempat perlindungan darurat yang aman dan terjangkau bagi masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap gempa bumi.

Tempat perlindungan ini harus dirancang untuk memberikan perlindungan maksimal saat terjadi gempa.

Selain itu, upaya penguatan struktur bangunan dan infrastruktur juga menjadi fokus, dengan mengimplementasikan standar bangunan tahan gempa dalam perencanaan dan pembangunan.

Tidak hanya itu, teknologi juga dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem peringatan dini gempa bumi.

Pemasangan sensor gempa dan pengembangan aplikasi mobile menjadi bagian dari upaya untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat tentang potensi gempa bumi yang akan terjadi.

Namun demikian, tantangan tetap ada dalam menjaga kesiapsiagaan dan mengurangi risiko terhadap bencana gempa bumi.

Perlu kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan dan respons yang efektif.

More Articles ...