logo2

ugm-logo

90% Bencana di Indonesia Hidrometeorologi, BNPB Gelar Sekolah Sungai

90% Bencana di Indonesia Hidrometeorologi, BNPB Gelar Sekolah Sungai

Yogyakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan bencana paling banyak terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. Angkanya mencapai 90 persen.

"Bencana meningkat, yang paling banyak terjadi bencana hidrometeorologi yang terkait dengan air dengan cuaca itu 90 persen," ujar Deputi Bidang pencegahan Kesiapsiagaan BNPB, B Wisnu Widjaja di tengah kegiatan Sekolah Sungai di Kalibuntung, Karangwaru, Yogyakarta, Rabu (26/7/2017).

Sebagai langkah antisipasi maka BNPB melakukan pendekatan untuk mengantisipasi kemungkinan bencana salah satunya banjir. Hal ini terkait bagaimana dengan pengelolaan sungai yang bagus, mengelola sampah, dan pemukiman yang permasalahanya sangat komplek.

Oleh karenanya diadakan sekolah sungai di Kali Buntung, Karangwaru, Yogyakarta yang diikuti perwakilan BNPB dari berbagai daerah di Indonesia.

Sekolah sungai di Yogyakarta diikuti perwakilan dari 12 kabupaten dan kota di Indonesia.

"Kita latih, kita harapkan mereka mengembangkan pola yang sama di daerah masing-maisng. Daerah yang ikut adalah yang sangat rawan dan pernah mengalami bencana besar berkaitan dengan air seperti Manado dan Garut," kata B Wisnu Widjaja.

Sekolah sungai ini, kata Wisnu, untuk mengembalikan fungsi sungai sesuai ekosistemnya seperti untuk mengalirkan air hujan yang turun. Menurutnya, permasalahan sungai saat ini sangat komplek karena perilaku membuang sampah di sungai, adanya permukiman di pinggiran sungai dan masalah lainnya.

Pengelolaan sungai di Yogyakarta dinilai berkembang cukup bagus karena melibatkan masyarakat di sekitar sungai.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta Krido Suprayitno mengatakan sekolah sungai sebagai salah satu kegiatan untuk mendukung pengurangan resiko bencana. Di DIY terdapat beberapa skema sekolah sungai yang sudah mandiri dan pratama yakni masih rintisan.

Sekolah sungai di Yogyakarta melibatkan perguruan tinggi untuk menyusun kurikulum dalam bentuk perencanaan. Dan melibatkan ketokohan untuk implementasinya, serta pemerintah setempat.

"Di DIY itu ada beberapa spot yang sudah mandiri yang pertama di kota yakni di Blunyahrejo dan Karangwaru sebagai sebuah model di perkotaan," kata Krido Suprayitno.

Mataram Gandeng Jerman Bikin Sistem Mitigasi Bencana

Kabar24.com, MATARAM -- Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana menerima kunjungan dari delegasi Badan Geologi Jerman atau Bundesanstalt fr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR) di bawah Kementerian Geo Sains dan Sumber Daya Alam Jerman (Federal Institute for Geosciences and Natural Resources).

Kunjungan delegasi yang terdiri dari 11 orang yang bertujuan untuk meninjau hasil kerja sama, yang salah satunya mengenai sistem mitigasi bencana antara Badan Geologi Jerman dengan Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) RI.

Delegasi dipimpin oleh Jutta Kranz-Plote yang menjabat sebagai Head of Division 220-Policy issues of development cooperation with Asia – South East Asia - Indonesia dari Ministry of Economic Cooperation and Development ini didampingi oleh perwakilan dari Kedutaan Besar Jerman di Jakarta.

Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Selasa (25/7/2017), Mohan menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian yang telah diberikan oleh pemerintahan salah satu negara di Benua Eropa ini selama sepuluh tahun terakhir sejak kerjasama dilakukan khususnya untuk Mikrozonasi Gempa yang difokuskan di Kota Mataram sepanjang tahun 2013-2014.

"Hasil rekomendasi yang dikeluarkan telah dijadikan sebagai referensi dalam Draft Perubahan RTRW (Rencana tata Ruang Wilayah) Kota Mataram tahun 2016-2031 mengenai pengaturan Ketinggian dan Konstruksi Bangunan di wilayah zonasi gempa," ujar Mohan.

Selain itu terkait dengan rencana delegasi Jerman yang akan kembali melakukan kajian kembali mengenai konsep selanjutnya yang dapat diintervensi khususnya di Kota Mataram, Mohan menyampaikan bahwa memang secara fisik Kota Mataram juga telah menerima sebuah alat berupa Tsunami Early Warning System yang merupakan Sistem Peringatan Dini Tsunami dari kerjasama yang terdahulu.

Namun mengingat garis pantai Kota Mataram yang mencapai lebih dari sembilan kilometer, Mohan berharap dukungan melalui delegasi Jerman yang hadir agar alat serupa dapat dipasang lebih banyak lagi di Kota Mataram.

“Kita baru ada satu suar untuk alat deteksi dini tsunami dari kerjasama sebelumnya. Kita perlu setidaknya tiga alat serupa supaya bisa menjangkau setidaknya satu distrik," ujar Mohan.

More Articles ...