logo2

ugm-logo

Blog

63 Rumah di Probolinggo Rusak Diterjang Banjir, 4 Jembatan Ambruk

63 Rumah di Probolinggo Rusak Diterjang Banjir, 4 Jembatan Ambruk

Probolinggo - 63 Rumah di dua desa Probolinggo rusak dampak banjir bandang yang menerjang Senin (10/12) malam. Dua desa yang diterjang banjir dan longsor itu yakni Desa Andang Biru dan Desa Tiris Kecamatan Tiris.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD, Kabupaten Probolinggo, Teguh Kawiandoko membenarkan puluhan rumah rusak akibat terjangan banjir bandang.

"Rincian rumah yang rusak itu, 29 rumah di Dusun Lawang Kedaton dan 24 rumah di Dusun Kedaton Desa Andung Biru. Sedangkan 10 rumahnya lainnya berlokasi di Desa Tiris," kata Teguh, Selasa (11/12/2018).

Dan rumah-rumah yang rusak parah, jelas dia, rata-rata yang lokasinya berdekatan dengan aliran Sungai Kedaton. Sedangkan 4 jembatan ambruk karena diterjang air bah.

"4 Jembatan ambruk. 1 Jembatan dari cor dan 3 jembatan kayu," tegasnya.

Menurut Teguh, pihaknya telah berkoordinasi dengan PUPR untuk mendatangkan alat berat agar akses jalan menuju lokasi bencana, bisa cepat dibersihkan dan dilewati kembali.

"Kita sudah kirimkan bantuan ke lokasi mas, termasuk membangun tenda untuk tempat tinggal para korban," jelas Teguh.

Saat ditanya upaya BPBD saat hujan turun kembali, Teguh menyebut pihaknya masih menunggu perintah untuk dilakukan pengungsian korban terdampak banjir dan longsor.

Sementara Camat Tiris Roby menjelaskan terjangan banjir bandang tidak hanya memporak-porandakan rumah warga. 4 Jembatan putus karena terjangan air bah. Rusaknya jembatan tersenut membuat akses menuju sejumlah titik bencana putus. Akses jalur hanya bisa dilalui, dengan jalan kaki dan jarak tempuh 5 Km.

"Sementara aksesnya terputus mas, ini terus kita upayakan pembersihan jalan. Semoga lekas bisa terbuka jalurnya, biar pasokan bantuan bisa masuk dan menjangkau daerah terdampak bencana," jelasnya.

Banjir bandang menerjang perkampungan penduduk di Kabupaten Probolinggo. Kawasan yang diterjang banjir bandang yakni Dusun Kedaton dan Dusun Banjar Baru Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris.

Bencana tersebut menyebabkan satu orang tewas dan satu orang dinyatakan hilang. Selain itu 7 rumah, 3 toko, 1 musala rusak.
(fat/fat)

sumber: detik.com

Mengintip Konsep Solusi Bencana dari Huawei

image_title

VIVA – Huawei mengeluarkan solusi kebencanaan dari hulu ke hilir yang menggunakan terminologi 2P2R. Pada fase 2P, Huawei melakukan pencegahan bencana (pre dan prevention). Mereka melakukan mitigasi bencana dalam waktu tersebut.

Pada tahap itu, Huawei akan mengumpulkan data-data terkait kebencanaan. Efek apa yang akan terjadi juga dicatat dalam kasus tersebut.

Sedangkan 2R yaitu respons dan recovery. Solusi akan seputar kepada model disaster management atau manajemen bencana. 

"Bagaimana solusi Huawei untuk manajemen bencana. 2P2R terminologi Huawei untuk disaster manajemen," kata Executive Product Manager Huawei Indonesia, Arri Marsenaldi, di kantor Huawei Indonesia, Jakarta, Selasa, 11 Desember 2018. Sejauh ini solusi yang ditawarkan Huawei sudah digunakan untuk lebih dari 30 negara. Salah satunya Trinidad Tobago yang mengintegrasi semua solusi kebencanaan. 

Indonesia pun sudah melakukannya tapi baru pada pasca bencana, yaitu pemanfaatan jaringan e-LTE. Jaringan ini untuk membantu saat jaringan telepon putus dan bermasalah. 

Namun untuk ke depannya, Arri menyatakan bahwa tergantung pemerintah Indonesia akan menggunakan solusi yang mana.

2.374 Bencana yang Terjadi Tahun Ini Sudah Menelan 4.211 Jiwa, Sutopo: Puncak Hujan Hingga Februari

2.374 Bencana yang Terjadi Tahun Ini Sudah Menelan 4.211 Jiwa, Sutopo: Puncak Hujan Hingga Februari

SUBULUSSALAM - Bencana alam silih berganti melanda sejumlah wilayah Indonesia mulai dari gempa bumi, angin kencang, longsor dan banjir serta musibah lainnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis dalam kurun 1 Januari-10 Desember tahun ini, sebanyak 2.374 kejadian bencana alam di seluruh Indonesia.

Jumlah ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam akun twitternya yang diposting Selasa (11/12/2018) malam.

Dalam 2.374 bencana ini telah merenggut 4.211 jiwa dan korban hilang. Selain itu, tulis Sutopo, bencana alam juga menyebabkan 6.940 orang luka-luka, serta 9,95 juta jiwa mengungsi dan terdampak langsung bencana. Sementara kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah."Maka waspadalah bencana," cuit Sutopo

Berikut cuitan Sutopo yang diposting pukul 21.00 WIB. "Berapa jumlah bencana di Indonesia selama 1/1/2018 - 10/12/2018? Ada 2.374 kejadian bencana. Dampaknya: 4.211 orang tewas dan hilang, 6.940 orang luka, dan 9,95 juta jiwa mengungsi dan terdampak langsung bencana. Kerugian ekonomi puluhan triliun. Waspadalah bencana!

Seperti diketahui, Sutopo yang dalam 2018 ini banyak menyabet penghargaan atas dedikasinya menyampaikan informasi bencana, kerap membuat postingan terkait bencana alam sehingga menjadi bahan bagi masyarakat, lembaga termasuk insan media.

Laporan terkini soal bencana diposting Sutopo dua hari lalu terkait putusnya jembatan yang menghubungkan Padang- Bukittinggi.

"Putusnya jembatan yang menghubungkan Padang-Bukit Tinggi, 10/12/2018 pukul 18.30 WIB. Waspadai banjir, longsor & puting beliung. Puncak hujan Januari-Februari 2018. Dampak bencana juga terus meningkat," kata Sutopo melalui akun twitternya.(*)

http://aceh.tribunnews.com/2018/12/12/2374-bencana-yang-terjadi-tahun-ini-sudah-menelan-4211-jiwa-sutopo-puncak-hujan-hingga-februari.
Penulis: Khalidin
Editor: Taufik Hidayat

Teknologi air siap minum untuk daerah bencana

Teknologi air siap minum untuk daerah bencana

Jakarta (ANTARA News) - Sudah seharusnya penanggulangan bencana di Indonesia sebagai negara yang sangat rawan terhadap bencana alam mulai menyertakan teknologi dalam penanganannya.

Negara Indonesia yang berada di lingkaran cincin api memiliki risiko berbagai bencana mulai dari gempa bumi, longsor, erupsi gunung berapi, hingga tsunami.

Pada tahun 2018, Indonesia mengalami bencana gempa bumi besar, yakni yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat dan Palu Sulawesi Tengah hingga melumpuhkan kedua daerah tersebut.

Salah satu kebutuhan dasar yang sangat mendesak pada kedua daerah tersebut pascabencana ialah air minum. Gempa bumi magnitudo 6,9 di Lombok dan magnitudo 7,4 di Palu memadamkan sumber listrik dari PLN dan masyarakat kesulitan air minum.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menawarkan inovasi dalam memenuhi kebutuhan air minum di tengah bencana dengan teknologi penyaringan air baku menjadi air siap minum.

BPPT menamakan teknologi tersebut Mobile Arsinum (Air Siap Minum), yakni mesin yang bisa menyuling berbagai sumber air baku menjadi air siap minum yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat saat di kondisi darurat pascabencana.

Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho menjelaskan Arsinum dirancang untuk memproduksi air siap minum dari berbagai air baku mulai dari air hujan, air sumur, air PDAM, air danau, air sungai dan bahkan air payau.

Mesin pengolah air baku tersebut ditempatkan di atas mobil dobel gardan untuk memudahkan menjangkau lokasi sulit saat terjadi bencana.

Untuk bisa mengoperasikan seluruh pipa Arsinum untuk bekerja memerlukan tenaga listrik maksimal 2.000 watt. Setiap satu jam pengoperasian Arsinum dapat menghasilkan air siap minum sebanyak 400 liter.

BPPT telah mengirimkan mobil Arsinum ke Lombok saat pascabencana pertengahan tahun 2018 dan menghasilkan 50 ribu liter air siap minum untuk kebutuhan masyarakat selama satu bulan. Mobil Arsinum yang berkeliling di Lombok menggunakan air baku dari sumur saat beroperasi.

"Jika satu orang butuh air minum dua liter per hari maka, maka 4.000 liter air siap minum bisa mencukupi kebutuhan 2.000 orang," kata Rudi.

Rudi memaparkan teknologi yang digunakan pada Arsinum termasuk teknologi tinggi dengan penggunaan pompa air baku, filter bertekanan, filter mangan zeolit, filter karbon aktif, catridge filter, sterilisator ultra violet dan ozon generator. 

Mobil tersebut juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber listrik alternatif apabila pasokan listrik dari PLN di daerah bencana belum pulih. Total listrik yang diserap melalui panel surya itu bisa mengoperasikan mesin selama enam jam.

Setelah Lombok, Mobil Arsinum juga diberangkatkan ke Palu pascabencana gempa dan likuifaksi yang melanda daerah Sulawesi Tengah akhir tahun ini hingga awal Januari 2019.

Rudi menjelaskan bahwa pengiriman Mobil Arsinum ke daerah bencana di Lombok dan Palu sekaligus menjadi uji lapangan bagi inovasi tersebut untuk kemudian diperkenalkan pada penggunaan yang lebih masif.

Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza berpendapat penggunaan teknologi Mobil Arsinum bisa digunakan secara masif dalam penanggulangan di setiap kejadian bencana.

Lebih lagi, Mobil Arsinum diterapkan dapat digunakan tidak hanya sekadar pada penanggulangan bencana, melainkan untuk memenuhi kebutuhan air di daerah Indonesia yang kerap mengalami kekeringan.

Hammam berpendapat teknologi Mobil Arsinum bisa digunakan oleh instansi maupun kementerian-lembaga yang berkaitan dengan kebencanaan atau kebutuhan dasar air minum di daerah-daerah sulit air.

Rudi mengungkapkan biaya untuk membuat satu unit Mobil Arsinum mencapai Rp1,2 miliar. Angka tersebut sudah termasuk harga mobil sebesar Rp460 juta yang mengangkut mesin Arsinum.

"Diharapkan nanti kementerian bisa mengadopsi sistem yang kami kembangkan di bppt, jika nanti begitu ada bencana bisa tanggap membantu masyarakat yang terdampak bencana," kata Rudi. 

sumber: antara

Kemenkeu: Pinjaman Bencana Alam Sifatnya Darurat

https: img-o.okeinfo.net content 2018 12 10 20 1989357 kemenkeu-pinjaman-bencana-alam-sifatnya-darurat-brNxmmUXhQ.jpg

JAKARTA - Pemerintah meminta masyarakat tidak mengkhawatirkan atau mencurigai secara berlebihan terhadap tawaran pinjaman bagi bencana alam senilai hingga USD1 miliar atau sekitar Rp15 triliun dari World Bank (Bank Dunia).

Menurut Direktur Pinjaman dan Hibah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Schneider Siahaan pinjaman jangka panjang hingga USD1 miliar atau sekitar Rp15 triliun itu serupa pinjaman darurat atau siaga.

“Bentuk pinjamannya namanya Catastrophic Deffered Drawdown Option (Cat DDO). Jadi sifatnya standby loan yang ditarik ketika trigger atau pemicu terpenuhi yakni saat bencana alam terjadi. Jadi bisa ditarik ketika triggernya terpenuhi,” tuturnya, Senin (10/12/2018).

Bahkan, lanjutnya, meski terjadi bencana sekalipun tidak serta merta pinjaman tersebut harus diambil karena pemerintah menilai kas negara masih mampu menanggung ketersediaan dana akibat musibah bencana alam.

“Sekali lagi, sifat pinjaman ini serupa pinjaman darurat. Tidak menggunakan jaminan. Jika pinjaman tidak ditarik maka tidak menjadi utang baru bagi pemerintah Indonesia. Jadi tawaran pinjaman World Bank itu bukan komitmen utang baru,” tegas Schneider.

Kementerian Keuangan menegaskan ajang Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali yang sukses digelar beberapa waktu lalu tidak menghasilkan satu pun komitmen pinjaman baru bagi Indonesia.

rupiah

Tawaran pinjaman saat terjadi bencana alam bagi Indonesia menjadi perbincangan setelah disampaikan oleh CEO World Bank Kristalina Georgieva pada Pertemuan Tahunan IMF-World Bank. Tawaran pinjaman diberikan untuk membantu pemulihan dan rekonstruksi daerah yang terdampak bencana alam, termasuk bagi korban gempa di Lombok dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Bantuan pinjaman akan dicairkan sesuai permintaan pemerintah Indonesia. Bantuan pendanaan itu juga melengkapi hibah yang sebelumnya diberikan senilai US$5 juta atau sekitar Rp75 miliar untuk asistensi teknis dalam perencanaan terperinci untuk menjamin pemulihan pasca rekonstruksi dan melibatkan masyarakat.

Paket bantuan tersebut dapat mencakup dana transfer tunai (cash transfer) ke 150 ribu keluarga termiskin yang terdampak selama enam bulan hingga setahun. Penguatan sistem perlindungan sosial yang dirancang untuk mendukung perekonomian lokal dan penyerapan tenaga kerja selama fase pemulihan.

Selain itu, bantuan juga diberikan untuk menghindari kerusakan jangka panjang pada sumber daya manusia maupun program pemulihan darurat baru untuk membiayai pembangunan kembali fasilitas publik dan aset infrastruktur penting, seperti rumah sakit, sekolah, jembatan, jalan tol, dan infrastruktur untuk pasokan air.

Bantuan pinjaman ini juga dapat memperkuat upaya pengawasan dan sistem peringatan dini dan membantu pembiayaan untuk rekonstruksi perumahan serta infrastruktur dan fasilitas di lingkungan tempat tinggal.