logo2

ugm-logo

Blog

Media in Disaster

https://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/berita-hoaks-_181011211412-721.png

Media merupakan sumber informasi tercepat dan efektif. Namun terdapat beberapa menyampaikan informasi bencana secara berlebihan yang dapat menimbulkan kepanikan masyarakat. Sering juga dijumpai informasi tidak benar yang dapat mengakibatkan kepanikan masyarakat. Informasi seputar bencana sangat harus dilakukan mengingat konsumsi informasi via media sosial yang dilakukan masyarakat termasuk tinggi. Bagaimana sebaiknya memanfaatkan media dalam penanganan bencana? Artikel berikut sudah lama namun menarik untuk dibahas. Artikel ini menekankan bahwa media memainkan peran penting dalam keadaan darurat dan bencana. Saat bencana, umumnya media digunakan untuk memperingatkan masyarakat tentang area yang tidak aman, memberitahukan kerabat bahwa seseorang aman dan mengumpulkan dana untuk bantuan bencana. Terdapat dua metode penggunaan media yaitu pertama media dapat digunakan agak pasif untuk menyebarkan informasi dan kedua melibatkan penggunaan sistematis media sosial sebagai manajemen darurat alat. Sebagian besar organisasi manajemen darurat membatasi penggunaan media sosial untuk penyebaran informasi untuk menghindari berita hoax dan penyalahgunaan gambar atau video. Selengkapnya Klik Disini

Artikel berikut tergolong artikel baru dan membahas topik yang sama yaitu pemanfaatan media sosial saat situasi emergency. Media sosial memberikan peluang untuk melibatkan warga dalam manajemen darurat. Saat tanggap darurat, individu dihadapkan pada sejumlah besar informasi tanpa menyadari validitasnya atau berisiko salah informasi. Namun pengguna biasanya cepat memperbaikinya setelah mengetahui ada kesalahan sehingga secara tidak langsung media sosial mengajarkan masyarakat untuk “kelola diri”. Selengkapnya Klik Disini

School in Earthquake Threat

Pengantar website bencana kesehatan minggu ini akan membahas artikel tentang kesiapsiagaan sekolah terhadap penanganan bencana. Dalam kasus ini adalah sekolah yang berada di kawasan rawan gempa. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia, 75% sekolah di Indonesia berlokasi di daerah rawan bencana berisiko menengah hingga berisiko tinggi. Artikel ini menyajikan bagaimana evaluasi kesiapsiagaan sekolah berisiko tinggi setelah 13 tahun pasca tsunami Aceh. Artikel ini sangat menarik, mengingat tsunami Aceh 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang pernah terjadi di Indonesia yang menyebabkan banyak korban jiwa. Evaluasi tersebut terkait parameter kebijakan, pengetahuan,  perencanaan darurat, sistem peringatan bencana dan kapasitas mobilisasi sumber daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kesiapsiagaan bencana di sebagian besar sekolah dasar belum diimplementasikan dengan baik. Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya keberlanjutan program kesiapsiagaan bencana dan evaluasi monitoring program.Selengkapnya Klik Disini

Penelitian berikut dilakukan komunitas sekolah Maribaya Timur di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, Indonesia yang merupakan komunitas aktif di daerah terancam potensi gempa bumi karena sesar aktif Lembang. Langkah  -langkah yang diambil dalam pengurangan risiko bencana berbasis sekolah mengacu pada elemen kesiapsiagaan diselaraskan dengan kondisi, kebutuhan dan potensi yang ada di komunitas sekolah. Hasil penelitian ini menyajikan bagaimana model pengurangan risiko gempa bumi berbasis sekolah di SMP dan SMA Mekarwangi Lembang. Beberapa persiapan dalam model tersebut yaitu adanya komitmen masyarakat membangun kesiapsiagaan bencana, penilaian risiko gempa bumi, membangun organisasi dan koordinasi, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan gempa, pemetaan masalah, dan sebagainya. Selengkapnya Klik Disini

Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana

Tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas menempati proposi terbesar dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Bagaimana peran perawat dalam penanggulangan bencana? Dalam jurnal manajemen bencana banyak kita temukan artikel terkait Disaster Nursing. Sekilas peran perawat dalam penanggulangan bencana tidak hanya mengurangi morbiditas dan mortalitas korban bencana pada saat respon darurat. Perawat berperan juga untuk mempersiapkan masyarakat siap menghadapi bencana dengan meningkatkan resilience. Menurut International Council of Nurses (ICN) kompetensi perawat bencana  muncul pada fase mitigasi, preparedness, relief, pemulihan dan rehabilitasi.  Misalnya pada fase preparedness, perawat melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase akut memberikan perawatan fisik dan mental bagi korban, pada fase pemulihan berperan untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan.

Informasi  tentang kesiapsiagaan bencana oleh perawat di Indonesia khususnya berbasis masyarakat masih terbatas. Artikel berikut menarik, membahas tentang kesiapsiagaan bencana dalam kalangan koordinator perawat di Sulawesi Selatan Indonesia. Beberapa responden menganggap kesiapsiagaan bencana  mereka masih lemah dan sedang. Sekitar sepertiga dari peserta menganggap latihan bencana sering sebagai metode pembelajaran terbaik untuk mencapai kesiapsiagaan bencana yang efektif. Selengkapnya Klik Disini

Manajemen Logistik Bencana

 

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2018/08/05/0f6b496c-3ddb-4df6-a5cf-b6a944fee865_169.jpeg?w=780&q=90

Selamat berjumpa lagi pembaca website bencana kesehatan. Edisi minggu ini akan membahas tentang logistik bencana kesehatan. Manajemen logistik ini penting untuk diperhatikan karena saat terjadi bencana, bantuan yang datang berlimpah sementara di satu sisi koordinasi untuk manajemen logistik tersebut sering sekali bermasalah. Misalnya belajar dari pengalaman bencana yang terjadi di Indonesia, kerap sekali ditemukan bantuan logistik berupa obat - obatan sudah mendekati masa kadaluarsa, kemudian ada juga yang menggunakan bahasa asing misalnya bahasa Rusia atau Mandarin, dan menerima semua jenis bantuan yang datang sementara tidak dibutuhkan lagi. Hal - hal tersebut tentu berakibat fatal dalam penanganan bencana. Jika bantuan obat yang datang menggunakan bahasa lain dan dalam jumlah banyak maka penerima bantuan harus mengeluarkan biaya besar untuk menghanguskan obat tersebut.

Selanjutnya bagaimana strategi untuk mengurangi kejadian di atas? Dalam dokumen perencanaan penanggulangan bencana, salah satu komponen yang harus dilengkapi adalah Standar Prosedur Operasional (SPO). Penting menyusun prosedur manajemen logistik kesehatan pada saat bencana untuk mengatur penerimaan, penyimpanan dan pendistibusian logistik. Dalam SPO tersebut tertulis jelas alur penerimaan sampai dengan pendistribusian logistik serta wewenang penerima logistik. Wewenang yang dimaksud misalnya, penerima berhak menolak bantuan obat - obatan yang mendekati masa kadaluarsa, menggunakan bahasa lain atau obat yang tidak dibutuhkan. Penerima logistik harus melakukan pengecekan terhadap bantuan logistik dan jika logistik tersebut layak guna maka dilakukan pencatatan lengkap (jenis, jumlah, harga, masa kadaluarsa dan nama donatur). Sehingga sebaiknya yang bertugas sebagai penerima bantuan logistik adalah orang yang sudah kompeten memahami manajemen logistik tersebut. Selengkapnya Klik Disini tekait peraturan bantuan logistik pada PERKA BNPB NO. 22 tahun 2010 “Pedoman peran serta lembaga internasional dan lembaga asing non-pemerintah pada saat tanggap darurat”.

Konferensi TOPCOM Malaysia 2019

Table Top Exercise & Communication in Disaster Medicine (TOPCOM) merupakan konferensi internasional tahunan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Selayang, Departemen Darurat dan Trauma berkolaborasi dengan beberapa lembaga dan organisasi lain. Konferensi ini dilaksanakan pada 1 - 6 Juli 2019 di UiTM Selayang Campur, Selangor Malaysia. Pra konferensi dimulai pada 2 hari pertama (1 - 2 Juli) mencakup berbagai topik perawatan kritis, perawatan pra rumah sakit dan trauma, kedokteran taktis dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan 4 hari berikutnya (3 - 6 Juli) sesi khusus “Temu Para Ahli” dimana peserta dapat berinteraksi langsung dengan pembicara internasional yang ahli dan berkenaan dengan pengobatan darurat dan manajemen bencana.

Konferensi ini juga menyajikan Table Top Exercise untuk memfasilitasi diskusi dan analisis konstruktif dari berbagai situasi darurat yang umumnya terjadi saat bencana. Sebuah skenario dijelaskan kepada peserta pelatihan yang kemudian akan memutuskan tindakan apa yang akan mereka ambil. Konferensi ini akan menantang pemikiran lebih dari 400 peserta secara internasional dari semua bidang perawatan kesehatan dan manajemen darurat. Selengkapnya bisa dibaca di https://www.topcommalaysia.com.  Tim Pokja Bencana Kesehatan FK - KMK UGM yang terdiri dari perwakilan  Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK dan  RSUP Dr. Sardjito juga ikut serta menghadiri konferensi ini. Mereka juga akan presentasi oral dan poster. Reportasi kegiatan konferensi akan kami sajikan di website bencana kesehatan setiap harinya. Reportase konferensi selengkapnya Klik Disini