logo2

ugm-logo

Blog

Launcing Buku: Relawan Kesehatan di Medan Bencana

launcing buku

Pokja Bencana FK - KMK UGM selalu terlibat dalam penanganan bencana yang pernah terjadi di Indonesia berupa bantuan tenaga medis, logistik dan manajemen klaster kesehatan. Pengalaman - pengalaman tersebut telah didokumentasikan dalam bentuk buku berjudul “Relawan Kesehatan di Medan Bencana” dimana buku ini menceritakan bagaimana kondisi dan penanganan saat bencana dari sektor kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut, FK - KMK UGM menggelar soft launching dan bedah buku “Relawan Kesehatan di Medan Bencana” untuk memperkenalkan karya buku dan mensosialisasikan bagaimana pengalaman relawan kesehatan menolong korban bencana. Narasumber acara ini adalah Suparlan dari Yayasan SHEEP Indonesia; Danang Syamsurizal, ST dari BPBD DIY dan dr. Hendro Wartatmo, Sp.B., KBD mewakili tim penulis buku. Bedah buku dilaksanakan di Ruang Theater, Gedung Perpustakaan lantai 2,FK - KMK UGM pada Rabu, 2 Oktober 2019.

Selengkapnya Klik Disini

Cukupkah Hujan Buatan Mengatasi Kebakaran Hutan?

https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/nationalgeographic/201602010943841_b.jpg

Cara untuk menanggulangi asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) adalah hujan, baik itu secara alami maupun buatan. Karhutla terjadi pada saat musim kemarau sehingga solusi yang memungkinkan untuk mengurangi asap kebakaran dengan membuat hujan buatan dan water bombing (WB). Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa pembuatan hujan buatan ini sudah dilakukan di beberapa titik lokasi karhutlah. Upaya hujan buatan ini berhasil menurunkan sebaran api karhutlah.

Hujan buatan ini menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Bagaimana cara kerja hujan buatan ini? Hujan buatan tergantung keberadaan awan, arah angin bergerak, serta kecepatannya. Syarat utama hujan buatan ini adalah ditemukan awan yang memiliki kadar potensi hujan minimal 70%. Awan yang berpotensi hujan sampai dengan 70% ini yang mampu disemai. BPPT bekerja untuk menemukan awan tersebut dan menginformasikan arah serta kecepatan angin. Jika sudah ditemukan, maka BPPT menerbangkan pesawat khusus yang membawa garam, atau NaCl (Natrium Klorida). Proses “menaburkan” awan dengan garam ini disebut penyemaian awan, tujuannya untuk membuat awan “matang” sehingga bisa menurunkan hujan. Posisi pesawat selalu berada diantara arah angin dan awan hujan target. Hujan buatan ini berhasil dilakukan dan mampu mengurangi kabut asap per 15 Sepetmber 2019.

Selengkapnya Klik Disini

Pencegahan Dampak Kesehatan Akibat Asap Kebakaran Hutan

Selamat berjumpa kembali penggiat website bencana kesehatan. Pengantar website minggu ini masih membahas terkait dampak asap kebakaran hutan. Pada Sabtu, 21 September kemarin dilaporkan hujan turun di Palangkaraya serta sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sementara di Riau, hujan buatan terus dilakukan mengingat provinsi ini mengalami dampak asap karhutla dari provinsi tetangga (Jambi dan Sumatera Selatan). Selain modifikasi cuaca, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga berupaya mengurangi asap dengan bom air di area yang belum tersentuh hujan. Bagi warga terdampak kabut asap, masih terus disarankan untuk menggunakan masker.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) membagikan buku pencegahan dan penanganan dampak kesehatan akibat kabut asap kebakaran hutan. Buku ini diharapkan dapat membantu penanganan dalam penanggulangan dampak asap kebakaran hutan. Buku ini berisi tentang dampak asap kebakaran hutan, prinsip pencegahan dan penanganannya. Dampak yang dijelaskan adalah dampak efek akut (jangka pendek) dan efek jangka panjang. Upaya pencegahan dibagi menjadi tiga upaya yaitu upaya primer untuk mencegah orang - orang tersensitisasi menjadi sakit, upaya sekunder untuk deteksi/pengobatan dini masalah kesehatan yang muncul, dan upaya tersier untuk mencegah komplikasi/kematian pada populasi yang sudah menderita. Hal - hal khusus lainnya yang dijelaskan adalah terkait penggunaan masker, penggunaan air purifier/air cleaner, evakuasi dan penggunaan oksigen.

Selengkapnya Klik Disini

Lindungi Diri dari Bencana Kabut Asap

Indonesia setiap tahun dilanda kebakaran hutan dan kebakaran lahan. Pada 2015, Indonesia pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) yang dinilai sangat parah dimana jumlah hutan dan lahan yang terbakar luasnya sebesar 2.089.911 hektar dan kerugian mencapai 20 Triliun rupiah. Informasi terkini dari beberapa sumber berita, Indonesia kembali dilanda oleh kabut asap. Bahkan kabut asap semakin memburuk di beberapa wilayah terdampak karhutlah seperti Kalimantan Barat, Pekan Baru dan Palembang. Dampak asap juga merembes ke Kuala Lumpur Malaysia. Akibatkan aktivitas warga jadi terganggu. Pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk mengurangi dampak bencana kabut asap, seperti  mengeluarkan surat edaran libur sementara belajar mengajar di sekolah. Beberapa maskapai juga membatalkan penerbangan rute domestic karena kabut asap mengakibatkan jarak pandang pendek tidak memenuhi syarat keselamatan penerbangan.

Karhutlah bisa terjadi secara alami dan disebabkan karena aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak disengaja. Kebakaran secara disengaja kebanyakan dipicu untuk membuka lahan dan eksploitasi sumber daya alam. Kejadian tersebut membutuhkan penanganan khusus terlebih perlindungan dari aspek hukum. Selanjutnya kabut asap ini berdampak langsung bagi kesehatan, khususnya pada gangguan pernapasan seperti ISPA, asma, penyakit paru obstruktif kronik dan iritasi mata. Mengurangi atau menghindari aktivitas di luar rumah/gedung merupakan salah satu upaya melindungi diri dari bencana asap. Jika terpaksa keluar rumah/gedung sebaiknya menggunakan masker. Kandungan kimia pada asap memicu dampak buruk bagi masyarakat. Banyak pihak mengkampanyekan PHBS saat bencana asap diantaranya makan bergizi, jangan merokok, istirahat yang cukup, banyak minum air putih, mencuci sayuran dan buah buahan sebelum dikonsumsi dan sebagainya. Upaya melindungi diri dari bencana asap.

Selengkapnya Klik Disini

Soft Launching dan Bedah Buku: Siaga di Negeri Bencana

bedah bukuJika melihat potensi bencana di Indonesia, mengharuskan masyarakat untuk memahami kesiapsiagaan dan mitigasi. Pemahaman ini dapat menurunkan angka cedera, jatuh korban dan hilang.  Berdasarkan hal tersebut, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK - KMK) menggelar bedah buku Siaga di Negeri Bencana yang dilaksanakan pada Rabu, 2 Oktober 2019 pukul 09.30 – 12.00 WIB di Ruang Theater, Perpustakaan FK - KMK UGM. Pembicara dalam agenda ini antara lain: Suparlan (Yayasan SHEEP Indonesia), Danang Syamsurizal, ST (BPBD) dan dr Hendro Wartatmo, SpB, KBD (salah satu penulis). Harapannya bedah buku ini akan semakin menggugah kesadaran masyarakat atas mitigasi dan kesiapsiagaan. Kegiatan ini terbuka untuk umum, namun harus melakukan registrasi.

Selengkapnya Klik Disini