logo2

ugm-logo

Blog

Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana

Pendidikan kesiapsiagaan bencana adalah salah satu pendekatan untuk meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan dan sektor public. Studi berikut bertujuan untuk menggambarkan satu pendekatan meningkatkan kesiapsiagaan bencana bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya melalui studi akademik di luar negeri. Langkah utama yang diambil memilih mitra internasional, mengembangkan kurikulum, menulis proposal program kursus dan mempertahankan kemitraan internasional.  Sebagai contoh, program kursus dengan menggabungkan strategi pembelajaran, termasuk kuliah tamu, kegiatan terapan, pembelajaran layanan, pengalaman budaya, dan kegiatan simulasi. Selengkapnya KLIK DISINI

Indonesia juga sudah mulai memasukkan edukasi terkait mitigasi bencana ke dalam kurikulum pendidikan sekolah. Sudah banyak ditemukan buku saku atau buku pedoman yang dibagikan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Salah satunya buku berikut yang diterbitkan oleh BNPB Direktorat Pengurangan Risiko Bencana mengangkat tema yang menarik “Jangan Panik! Berbagai Cerita Praktik Baik Kebencanaan”. Melalui pendidikan kebencanaan diharapkan dapat mengubah kesadaran dan menguatkan karakter penerus bangsa yang tangguh terhadap bencana. Selengkapnya KLIK DISINI

Bencana Banjir di Indonesia

Indonesia setiap tahunnya tidak lepas dari bencana banjir. Pada Maret 2019 terjadi longsor dan banjir bandang di wilayah Sentani Jayapura yang menngakibatkan banyak korban jiwa. Banjir tersebut terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. BNPB mencatat sejak Januari hingga September 2019 terdapat 657 kejadian banjir dan bencana banjir paling banyak menelan korban jiwa. Jakarta telah lama diketahui berisiko bahaya banjir. Studi berikut mengkaji respon masyarakat dan strategi adaptasi yang digunakan di Jakarta terkhusus masyarakat di daerah rawan banjir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerentanan banjir meningkat dikaitkan dengan beberapa faktor yitu pemangku kepentingan, lingkungan, masyrakat dan infrastruktur serta pemeliharaannya. Berbagai strategi adaptasi fisik telah diadopsi oleh masyarakat setempat, yang meliputi peningkatan tingkat perumahan, membangun perumahan bertingkat, dan membangun tanggul kecil untuk mencegah air memasuki perumahan. Selengkapnya KLIK DISINI

Manajemen penanganan bencana banjir di Indonesia akan terus berkembang. Penelitian berikut mengkaji bagaimana menanggapi tantangan peristiwa banjir yang berulang di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa faktor buatan manusia, penyebab alami dan masalah manajerial adalah faktor yang berkontribusi terhadap masalah tersebut. Upaya yang sudah dilakukan melalui pembentukan kerangka hukum, program partisipasi masyarakat dan proyek pengendalian banjir. Pada tahap pasca bencana otoritas dan masyarakat cukup responsive namun pencegahan dan kesiapan masih kurang. Selengkapnya KLIK DISINI

Laporan 4th Regional Collaboration Drill ARCH Project

h2 rcd

ARCH Project adalah singkatan dari ASEAN Regional Capacity on Disaster Health Management, yang merupakan proyek peningkatan kapasitas regional ASEAN dalam manajemen bencana kesehatan untuk mewujudkan one ASEAN one Response, yang dilaksanakan oleh ASEAN, JICA dan National Institute of Emergency Medicine/ NIEM Thailand. ARCH project sudah dimulai sejak 2016 dan direncanakan akan terus berjalan hingga 2025. Ada tiga tahapan yakni tahap pertama 2016 - 2019 yang kegiatannya bertujuan untuk peningkatan kapasitas koordinasi regional ASEAN dan masing - masing negara ASEAN, tahap dua 2019 - 2021 yang kegiatannya bertujuan untuk menetapkan mekanisme yang disepakati dari tahap 1, terakhir tahap tiga yakni 2021 hingga 2015 yang kegiatannya bertujuan untuk memperkuat mekanisme.

Reportase Lengkap

Manajemen Mitigasi Bencana Indonesia dalam Project ARCH

Pengantar website minggu ini akan membahas dua artikel tentang penyelenggaraan Fourth Regional Collaborative Drill, Project Strengthening the ASEAN Regional Capacity on Disaster Health Management (ARCH). Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI bekerjasama dengan Japan lnternational Cooperation Agency (JICA) dan National lnstitute of Emergency Medicine (NIEM) Thailand melaksanakan kegiatan ini pada 25 - 29 November 2019, bertempat di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar. Pokja Bencana FK - KMK UGM dan PKMK FK - KMK UGM Divisi Bencana Kesehatan juga terlibat membantu Kemenkes dalam proses persiapan dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Artikel pertama menyebutkan Indonesia telah memiliki manajemen mitigasi bencana yang istimewa sehingga menjadikan Indonesia sebagai role model mitigasi bencana di lingkungan negara - negara ASEAN. Keistimewaan tersebut terletak pada kerja tim (team work) dari berbagai instansi dan lembaga yang terlibat baik pemerintah, TNI, Polri, akademisi dan organisasi non pemerintah lainnya.

selengkapnya KLIK DISINI

Artikel selanjutnya terkait Karangasem sebagai tempat yang dipilih dalam praktek lapangan ARCH. Dalam catatan sejarah Karangasem menyimpan potensi bencana yang sangat besar. Aktivitas Gunung Agung paling dahsyat adalah Erupsi pada 1963 yang menimbulkan banyak korban, kemudian pada November 2017 juga terjadi peningkatan aktivitas Gunung Agung. Pada artikel ditegaskan bahwa seluruh komponen terkait harus membangun koordinasi yang kuat dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana. Melalui ARCH ini diharapkan dapat mendorong manajemen pusat dan daerah memaksimalkan kesiapan masyarakat, petugas kesehatan, dan relawan saat menghadapi bencana terutama dalam hal menangani bidang kesehatan. 

selengkapnya KLIK DISINI

Kebijakan Keamanan Sekolah yang Komprehensif

https://palmarensa.files.wordpress.com/2015/07/siaga-bencana.jpg

Selama tiga dekade terakhir, keamanan sekolah komprehensif (comprehensive school safety/ CSS) telah muncul sebagai kerangka kerja panduan untuk pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan. Namun, sedikit yang diketahui tentang kebijakan CSS tingkat nasional apa yang telah dikembangkan dan diimplementasikan secara global. Pada 2017, Survei Kebijakan CSS diselenggarakan di 68 negara. Survei mencatat adopsi kebijakan CSS dan mengidentifikasi fasilitator kunci dan pemblokir pengembangan dan implementasi kebijakan CSS. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar negara telah memberlakukan kebijakan manajemen darurat yang menangani sektor pendidikan. Sebagian besar juga telah memberlakukan kebijakan untuk pembangunan sekolah yang lebih aman, meskipun kurang dari seperempatnya menyediakan dana untuk penilaian risiko multi-bahaya dan retrofit sekolah yang lemah. Kurang dari setengah membatasi penggunaan sekolah sebagai tempat tinggal sementara. Sementara sekitar setengahnya mensyaratkan sekolah untuk melakukan latihan darurat, kurang dari seperempatnya mencakup manajemen bencana dalam pelatihan guru. Seperempat mencakup perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum sekolah mereka, tetapi hanya sedikit dari negara - negara ini yang melatih guru dalam mata pelajaran ini. Responden menemukan bahwa bukti dampak bencana dan advokasi adalah fasilitator utama untuk diberlakukannya kebijakan CSS. Dana yang tidak mencukupi dan kapasitas teknis cenderung menghambatnya. Analisis regresi menemukan bahwa perbedaan regional dan peringkat ekonomi berkorelasi dengan kebijakan untuk memperkuat fasilitas sekolah yang lemah, tetapi tidak berkorelasi dengan keberadaan kebijakan CSS lainnya. Hasil ini membantu mengidentifikasi konteks di mana pengembangan kebijakan CSS mungkin paling sukses serta langkah selanjutnya untuk pengurangan risiko berkelanjutan di sektor pendidikan. Artikel ini dipublikasikan pada November 2019 di jurnal Elsevier.

selengkapnya KLIK DISINI