logo2

ugm-logo

Blog

Tim Pusat Studi Bencana Unand Lakukan Kajian Kebencanaan di Kota Sawahlunto

Longsor bertubi-tubi yang menghantam Desa Kubang Tangah, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat baru-baru ini direspons dengan cepat oleh Tim Pusat Studi Bencana Universitas Andalas (Unand) Padang. Rektor Universitas Andalas, Prof Yuliandri menugaskan tim untuk melakukan survey dan kajian longsor di Desa Kubang Tangah Selasa (09/05/2023).

Pusat Studi Bencana Universitas Andalas didukung oleh Polda Sumatera Barat. Tim terdiri dari Prof Abdul Hakam, Prof Eng Fauzan, Bayu Martanto Adji, PhD, Dr Tesri Maideliza, Yenny Narny, PhD beserta dua orang mahasiswa dari UKM Kosbema Unand Sri Rahayu (Fakultas Hukum) dan Sevina Artasia (Fakultas Teknik).

Setiba di lokasi bencana, tim Pusat Studi Bencana dan Kosbema Unand disambut hangat oleh perangkat Desa Kubang Tangah, BPBD Kota Sawahlunto, Polres Kota Sawahlunto, Ketua KAN, Ketua Pemuda, dan Ketua Destana (Desa Tangguh Bencana) Kubang Tangah. Tim segera melakukan diskusi terkait longsor yang terjadi di Desa Kubang Tangah dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh instansi dan masyarakat pada saat tanggap darurat bencana.

Menurut ketua KAN Kubang, selain curah hujan yang tinggi, aktifitas pelebaran jalan yang masih berlangsung juga menjadi salah satu penyebab longsor. Pemerintah Desa Kubang Tangah bersama BPBD Kota Sawahlunto telah melakukan upaya pencegahan salah satunya dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) sebagai satuan yang akan membantu dan melindungi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana. Selain itu gotong royong juga dilakukan setiap satu bulan sekali untuk memperbaiki saluran air dan infrastruktur lainnya

Tim Pusat Studi Bencana Unand dan Kosbema Unand didampingi oleh instansi terkait untuk meninjau lokasi yang terkena bencana. Setalah mendengar laporan kejadian dan gambaran wilayah di desa Kubang Tangah, Prof Abdul Hakam mengatakan bahwa harus dilakukan relokasi untuk daerah-daerah yang menjadi titik rawan bencana.

“Saran yang diberikan oleh Pusat Studi Bencana Universitas Andalas untuk upaya mitigasi bencana longsor ini adalah dengan peringatan dini. Seperti, ketika terjadi hujan dengan curah hujan tinggi setelah 1-2 jam, maka masyarakat yang berada di daerah rawan longsor sebaiknya mengungsi ke tempat yang lebih aman,” papar Abdul Hakam.

Sebagai upaya tindak lanjut dari diskusi dengan wakil walikota dan instansi terkait, pihak Universitas Andalas akan melakukan kajian kebencanaan sekaligus menempatkan mahasiswa dalam program MBKM yang berbasis kebencanaan di Kota Sawahlunto. Kegiatan survey longsor di Desa Kubang Tangah ditutup dengan silaturahmi dengan makan malam bersama Wakil Walikota Sawahlunto, yaitu Zohirin Sayuti, SE.

Konferensi BUiLD 2023: Peran Penting Perguruan Tinggi Membangun Masyarakat Tahan Bencana

jpnn.com, JAKARTA - Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Sri Gunani Partiwi menyampaikan perguruan tinggi perlu berperan dalam membangun masyarakat Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap bencana.

Ini penting mengingat posisi Indonesia berada di jalur Cincin Api atau Ring of Fire, sehingga rawan bencana. 

"Bencana gunung meletus, gempa bumi, longsor, pergeseran tanah, tsunami, bahkan kebakaran hutan dan lahan, banjir dan kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang tinggi dan abrasi rentan terjadi di Indonesia," kata Sri Gunani dalam konferensi Building Universities in Leading Disaster (BUiLD) Resilience 2023 yang bertopik Strategi Ketahanan Bencana Indonesia di Jakarta, Rabu (10/5). Konferensi ini digelar President University bekerja sama dengan perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium BUiLD, serta didukung Erasmus dari Uni Eropa dan Kemendikbudristek. 

Sri Gunani memaparkan perguruan tinggi bisa berperan dalam menyiapkan SDM kompeten, yakni memiliki ketahanan terhadap bencana dan mampu mereduksi dampaknya dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ini baik sebelum saat bencana maupun sesudahnya. Peran lainnya adalah menyediakan fasilitas riset dan infrastrukturnya. 

“Perguruan tinggi bisa melakukan riset tentang kebencanaan, mengembangkan dan menerapkannya melalui knowledge management,” ucap Sri Gunani.

Strategi tanggap bencana perguruan tinggi ini, ungkap Sri Gunani, sudah masuk dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. Dalam RIRN tersebut ada 10 area yang menjadi fokus. Salah satunya adalah bencana. 

Sementara itu, David Rubens, executive director The Institute of Strategic Risk Management (ISRM) yang berbasis di Virginia, Amerika Serikat, menjelaskan ada perubahan iklim, cuaca buruk, kerapuhan infrastruktur, kegagalan aplikasi teknologi informasi, ketergantungan rantai pasok global, dan masih banyak lagi.

selengkapnya

https://www.jpnn.com/news/konferensi-build-2023-peran-penting-perguruan-tinggi-membangun-masyarakat-tahan-bencana

AS Latihan Bersama Penanggulangan Bencana dengan Australia dan Indonesia

Latihan bersama bertajuk "Crocodile Response 2023" resmi dibuka. Acara tahunan mengenai pelatihan penanggulangan bencana oleh angkatan bersenjata tersebut diikuti oleh lebih dari 500 personel gabungan TNI, US Marine Corps (USMC) dan Australia Defence Force (ADF).

SENTUL, JAWA BARAT (VOA) — Bertempat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sentul, Jawa Barat, rangkaian acara "Crocodile Response 2023" diawali dengan Academic Session, yang merupakan pemberian materi oleh para pengajar yang berkompeten dalam bidang bantuan kemanusiaan dan penanggulangan kebencanaan.


Pimpinan US Marine Corps dalam satuan Marine Rotational Force-Darwin (MRD-F) yang bermarkas di Australia, Colonel Brendan Sullivan mengatakan bahwa keikutsertaan Amerika Serikat dalam acara tersebut dikarenakan rasa kepedulian terhadap bantuan kemanusiaan di wilayah-wilayah negara sahabat.

“Salah satu alasan kami ikut berpartisipasi dalam 'Crocodile Response' bersama TNI dan ADF dikarenakan kami mempunyai rasa kepedulian yang tinggi dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah dan kami memiliki tanggung jawab besar terhadap permasalahan bencana alam. Itu salah satu alasannya,” terang Sullivan.

Selain itu, pihaknya juga mengetahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan bencana alam yang tidak terduga sehingga memiliki badan penanggulangan bencana yang kompeten dalam menangani hal tersebut. Bagi dirinya dan marinir AS, keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga.


Salah satu contoh yang disebutkan Sullivan adalah mempelajari bagaimana TNI dan BNPB menyalurkan bantuan logistik ke daerah-daerah yang terkena bencana dengan skala operasi yang besar. Setidaknya, marinir AS akan mengikutsertakan sekitar 400 personel untuk pelatihan di lapangan.

Sementara itu Wakil Asisten Operasi TNI, Marsekal Pertama Budhi Achmadi menerangkan bahwa keikutsertaan Indonesia yang diwakili oleh TNI adalah untuk menguatkan peran angkatan bersenjata dalam ikut serta menanggulangi dan menghadapi bencana.

“Selama ini TNI menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Sejauh ini TNI selalu bekerjasama dengan BNPB sehingga harapannya dengan mendapatkan teori dan materi penanggulangan bencana dari BNPB nantinya TNI semakin bersinergi, bisa memiliki SOP yang sama dengan BNPB, juga mendapatkan ilmu dari rekan-rekan marinir AS dan angkatan bersenjata Australia,” ungkap Budhi kepada VOA.

Untuk tahun ini, Budhi menambahkan bahwa salah satu fokus materi adalah penanggulangan bencana kebakaran hutan dan banjir. Untuk sesi materi sendiri setidaknya diikuti oleh 40 orang peserta dari tiga negara tersebut.

Salah satu personel marinir AS peserta Academic Session, Ramarro Lamar, mengatakan dirinya sangat senang bisa ikut serta dalam pelatihan tersebut. Lamar yang baru bergabung dengan marinir AS sekitar empat tahun lalu mengungkapkan bahwa pelatihan ini dirasa penting untuk menanggapi bencana alam yang datang tidak terduga. “Sangat penting untuk tetap siaga dalam menanggapi bencana alam dengan cepat yang ada di sekitar kita, sehingga keikutsertaan kami di sini juga untuk membantu jika ada kejadian (bencana alam.red) di Indo-Pasifik,” terang Lamar.

Lamar mengungkapkan keseriusannya dalam mengikuti pelatihan Crocodile Response 2023 ini untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru, khususnya dari pihak Indonesia yang sudah seringkali menanggapi bencana alam dan penanggulangannya.

“Salah satu keuntungan saya mengikuti pelatihan ini adalah mempelajari bagaimana Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan setiap kali ada bencana alam. Saya mengikuti dengan baik pelajaran yang ada di kelas, saya senang kami memiliki satu tujuan yang sama sebagai tim,” pungkas Lamar.

Crocodile Response Exercise merupakan latihan trilateral tahunan antara Indonesia, Amerika Serikat dan Australia dalam operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. Selain dari angkatan bersenjata, latihan bersama ini juga diikuti oleh lembaga non negara seperti Basarnas, BNPB, Kementerian Luar Negeri Australia dan USAID serta US Bureau of Humanitarian Assistance.

Acara ini berlangsung di Indonesia, bertempat di Pusdiklat BNPB, Sentul, Jawa Barat dari 10-12 Mei 2023 untuk sesi akademik. Sementara untuk sesi latihan simulasi yakni Command Post Exercise dan Field Training Exercise diadakan di Darwin, Australia dari 15 hingga 27 Mei mendatang. [iy/lt]

Waspadai Gangguan Kesehatan Imbas Cuaca Panas, Apa Saja Gejalanya?

Jakarta, CNN Indonesia -- Negara-negara di Asia termasuk Indonesia tengah dilanda gelombang panas sepekan terakhir. Suhu panas yang ekstrem rupanya juga bisa menyebabkan siapa saja mengalami kondisi gangguan kesehatan.

Karena itu penting untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat Anda sedang berkegiatan di luar ruangan. Lantas, apa saja gejala gangguan kesehatan akibat cuaca panas?

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyebut terdapat sejumlah kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai di antaranya saat terjadi keringat berlebih, kulit terasa panas dan kering, hingga rasa berdebar atau jantung terasa berdetak lebih cepat.

Kemudian kulit terlihat pucat, kram pada kaki maupun abdomen. Lalu gejala lain seperti mual, muntah, pusing, serta urine yang sedikit dan berwarna kuning pekat.

"Jika muncul gejala tersebut, dinginkan tubuh dengan kain basah atau sponge basah pada pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya serta banyak minum air," kata Syahril dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, beberapa waktu lalu.

"Jika masih bergejala, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan," imbuhnya.

Tips Tetap Sehat di Tengah Cuaca Panas

Syahril membagikan sejumlah tips untuk mencegah kondisi tak diinginkan saat cuaca panas ekstrem terjadi di Indonesia. Pertama, cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak serta tidak menunggu rasa haus untuk minum.

Kedua, hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis. Ketiga, hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, dan lebih baik gunakan topi atau payung.

Keempat, memakai baju yang berbahan ringan dan longgar. Kelima, hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas. Keenam, sebisa mungkin berteduh diantara jam 11.00 hingga 15.00.

Ketujuh, jangan meninggalkan siapapun di dalam kendaraan dalam kondisi parkir baik dengan jendela terbuka maupun tertutup. Delapan, gunakan sunscreen minimal SPF 30 pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah. Sembilan, sediakan botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan.

"Memang cuaca panas beberapa hari ini dan ke depan sedang tidak biasa. Untuk itu mari kita ikuti tips agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika sedang atau sering berada di luar ruangan," ujar Syahril.

Dalam 1-2 pekan terakhir, suhu udara begitu panas dan matahari seperti lebih menyengat ketimbang biasanya. Di DKI Jakarta misalnya, suhu mencapai 32-33 derajat Celcius pada Selasa (25/4) siang kemarin.

Ada yang menganggap Indonesia juga dilanda heatwave seperti yang tengah terjadi di negara-negara Asia lain seperti Thailand, India, juga China. Kendati demikian, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan Indonesia tidak dilanda heatwave.

Dwikorita menjelaskan suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

(pua)

Tragis, Gelombang Panas India Makan Korban Segini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara tengah dihantam gelombang panas yang berisiko tinggi. Salah satu daerah paling terdampak dengan suhu bak 'neraka' ini adalah wilayah Asia.

Sejumlah negara telah menderita dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan korban tewas sudah berjatuhan akibat cuaca panas pada tahun ini.

Salah satu negara yang terparah terpapar gelombang panas adalah India. Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 miliar tersebut menjadi 'langganan' dihantam cuaca 'neraka'.

Dilansir dari Grist, Minggu, (7/5/2023), tahun lalu, gelombang panas ekstrem di India membunuh puluhan orang, memangkas hasil panen hingga sepertiga di beberapa daerah, dan membakar tempat pembuangan sampah di Delhi, menimbulkan asap beracun di lingkungan sekitarnya.

Suhu mencapai 46 derajat Celcius di negara bagian utara Uttar Pradesh dan memicu lebih dari 300 kebakaran hutan di seluruh negeri. Bahkan, ketika pembangkit listrik membakar lebih banyak batu bara untuk menyediakan tenaga yang dibutuhkan untuk membuat orang tetap sejuk yang akhirnya berujung pada krisis listrik.

Menurut penelitian dari para peneliti Cambridge belum lama ini, cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang melonjak juga dapat memperlambat ekonomi negara dan menghambat tujuan pembangunannya.

Gelombang panas menyebabkan "beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya lainnya," tulis mereka. "India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif."

People walk through a dust storm on a hot summer day in Prayagraj on April 18, 2023. (Photo by Sanjay KANOJIA / AFP) (Photo by SANJAY KANOJIA/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/SANJAY KANOJIA
People walk through a dust storm on a hot summer day in Prayagraj on April 18, 2023. (Photo by Sanjay KANOJIA / AFP) (Photo by SANJAY KANOJIA/AFP via Getty Images)

Menurut para peneliti, otoritas pemerintah telah meremehkan bahaya tersebut. Para pejabat mengandalkan penilaian kerentanan iklim, yang dirancang oleh Departemen Sains dan Teknologi India, yang menunjukkan persentase yang lebih kecil dari negara tersebut yang menghadapi risiko tinggi akibat perubahan iklim daripada yang ditunjukkan oleh temuan baru.

Kesalahan perhitungan seperti itu dapat menghambat upaya India untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, seperti mengurangi kelaparan dan kemiskinan serta mencapai kesetaraan gender.

Studi ini muncul di PLOS Climate hanya beberapa hari setelah setidaknya 13 orang meninggal karena sengatan panas dan beberapa lusin dirawat di rumah sakit setelah acara luar ruangan di negara bagian barat Maharashtra.

Gelombang panas minggu lalu di wilayah lain negara itu memaksa penutupan sekolah karena suhu siang hari mencapai 40 derajat Celcius beberapa hari berturut-turut.

Ribuan orang meninggal akibat cuaca panas

Setidaknya 24.000 orang telah meninggal akibat panas di India dalam 30 tahun terakhir. Perubahan iklim telah memicu gelombang panas di sana dan di negara tetangga Pakistan dan suhu diperkirakan akan memecahkan rekor setiap tiga tahun, sesuatu yang hanya akan terjadi sekali setiap 312 tahun jika iklim tidak mengalami perubahan radikal seperti itu.

"Proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa gelombang panas India dapat melewati batas kelangsungan hidup manusia sehat yang beristirahat di tempat teduh pada 2050," tulis para penulis studi Cambridge.

Pada tahun 2030, panas yang menyengat akan memangkas kapasitas untuk pekerjaan di luar ruangan sebesar 15%. Gelombang panas juga dapat merugikan India 8,7% dari PDB pada akhir abad ini.

Peneliti Cambridge menemukan bahwa seluruh Delhi, rumah bagi 32 juta orang, terancam oleh gelombang panas yang parah, tetapi pemerintah mengatakan hanya dua dari 11 distrik kota yang menghadapi risiko iklim tinggi.

Kepadatan, kurangnya akses ke listrik, air, sanitasi, dan perawatan kesehatan, bersama dengan kondisi perumahan yang buruk, dapat membuat penduduk Delhi, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, bahkan lebih rentan terhadap panas.

Pemerintah "belum memahami pentingnya panas dan bagaimana panas dapat membunuh," kata Dileep Mavalankar, direktur Institut Kesehatan Masyarakat India yang berbasis di Gujarat, kepada BBC.

Sementara itu, kementerian tenaga India telah meminta pembangkit listrik tenaga batu bara untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan listrik, yang mencapai rekor tertinggi minggu lalu saat suhu melampaui 43 derajat Celcius.