logo2

ugm-logo

Blog

Peneliti ITS Jelaskan Mengapa Jepang Waspada Tsunami Pasca-erupsi Gunung Semeru

KOMPAS.com - Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, membuat Jepang waspada akan ancaman terjadi bencana tsunami.

Hal ini dikatakan Badan Meteorologi Jepang, yang menyebutkan kemungkinan tsunami sedang dipantau setelah erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) dini hari.

Meski demikian, Peneliti Bencana Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Dr Ir Amien Widodo, MSi mengatakan, erupsi yang terjadi saat ini tiddak akan sampai ke lautan.

Dia menepis pemberitaan mengenai kewaspadaan Jepang akan tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.

"Tidak ada kemungkinan sampai ysunami ataupun letusan yang sampai lautan," ungkap Pakar Geologi ITS ini, dilansir dari Surya.co.id.

Amin menjelaskan, gunung berapi di darat seperti Semeru memiliki lahar yang tidak akan sampai pada bibir pantai.

"Sudutnya sudah datar sehingga tidak akan mungkin meletus sampai bibir pantai juga enggak mungkin karena energinya berkurang," tegasnya.

Menurutnya, pemicu tsunami terjadi jika gunung yang meletus berada di lautan seperti Krakatau dan gunung api dasar laut di Pasifik.

"Jepang memang mewaspadai karena khawatir akan ada tsunami karena ada gunung berapi di Pasifik yang bersebelahan dengan Jepang, yakni gunung Hunga di Pulau Tonga," lanjutnya.

Untuk saat ini, status Gunung Semeru paling akurat hanya bisa diberikan pos pantau.

Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengeluarkan erupsi, guguran awan panas sejauh 7 km, Minggu (4/12/2022).

Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, awan panas guguran dari puncak Gunung Semeru memiliki kolom abu berwarna kelabu.

Intensitas terpantau sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi lebih kurang 1.500 meter di atas puncak.

Lalu, sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.

PVMBG mengimbau warga tidak beraktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.

"Di luar jarak itu, masyarakat diminta tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontibutor Lumajang, Jawa Timur, Miftahul Huda | Editor Gloria Setyvani Putri)

Gunung Semeru Erupsi, Jepang Beri Peringatan Ancaman Tsunami di Wilayahnya

Jakarta - Gunung Semeru di Jawa Timur, erupsi dan memuntahkan awan panas. Badan Meteorologi Jepang pun memperingatkan ancaman timbulnya tsunami di wilayah Jepang akibat erupsi Gunung Semeru.

Dilansir Kyodo News, Minggu (4/12/2022), badan cuaca Jepang memperingatkan bahwa tsunami dapat tiba di Pulau Miyako dan Yaeyama di prefektur selatan Okinawa sekitar pukul 14.30 waktu setempat.

Untuk diketahui, Semeru erupsi sekitar pukul 02.46 WIB dini hari ini dengan tinggi kolom abu 1.500 meter di atas puncak gunung sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.

PVMBG Badan Geologi ESDM kini telah menaikkan status Gunung Semeru dari Siaga menjadi Awas. Kenaikan dari level 3 siaga ke level 4 itu terhitung mulai siang ini.

Kenaikan mulai pukul 12.00 WIB. Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengimbau tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari puncak Gunung Semeru.

"Tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari puncak, dan sektoral arah Tenggara (Besuk Kobokan dan Kali Lanang) sejauh 19 km dari puncak. Surat resmi peningkatan status segera disampaikan," ujar Hendra Gunawan dalam keterangan tertulis.

(mae/dhn)

Mengenal Persyaratan Teknologi Konstruksi Bangunan Tahan Gempa

Indonesia merupakan daerah yang dilalui Ring of Fire dan rentan akan terjadinya gempa bumi. Idealnya, kita sebagai penduduk Indonesia perlu memiliki bangunan tahan gempa. Bangunan anti gempa adalah bangunan yang mampu bertahan dari guncangan akibat adanya gempa dan juga fleksibel untuk meredam getaran gempa. Kedua syarat ini sangat penting supaya dapat memperkecil resiko bangunan runtuh sehingga dapat memberikan kesempatan kepada para penghuninya menyelamatkan diri. Prinsip dasar dari bangunan tersebut adalah:

1. Bobot Bangunan Ringan

Bahan bangunan untuk yang dipilih harus memiliki beban yang ringan, khususnya untuk konstruksi atap sebagai penutup bangunan bagian atas. Penggunaan material seperti galvalum untuk atap, bata ringan, baja ringan dan beton bertulang menjadi pilihan yang tepat. Bangunan dengan material yang lebih berat akan menimbulkan risiko runtuh yang lebih besar saat terjadi gempa bumi.

2. Struktur Sederhana

Struktur bangunan yang sederhana, compact, dan simetris memiliki kemampuan menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan yang memiliki struktur lebih kompleks. Hal ini menjadi tantangan para arsitek dan desainer bangunan, karena harus mampu menyeimbangkan antara estetika dengan fungsinya sebagai bangunan tahan gempa

3. Tinggi Bangunan Tahan Gempa

Sebaiknya tinggi bangunan tidak melebihi empat kali lebar bangunan. Denah bangunan juga sebaiknya sederhana, berbentuk lingkaran atau segi empat.

4. Dibangun Secara Monolit

Struktur beton bertulang merupakan struktur yang paling banyak digunakan atau dibangun, dibandingkan dengan jenis struktur yang lainnya. Struktur beton bertulang lebih murah dan lebih monolit dibandingkan dengan struktur baja maupun struktur komposit. Karena elemen-elemen dari struktur beton bersifat monolit, maka struktur ini mempunyai perilaku yang baik di dalam memikul beban bangunan tahan gempa.

5. Pondasi Bangunan Tahan Gempa

Sebagai struktur paling bawah, pondasi sangat penting untuk menyalurkan beban ke bawah. Oleh karena itu, pondasi wajib dibuat di dalam tanah keras dan stabil dengan minimal kedalaman 60 hingga 75 cm. Pembangunan pondasi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: Ditempatkan pada tanah yang stabil, terhubung dengan sabuk pondasi (sloff), diberi lapisan pasir yang berfungsi meredam getaran, sloff harus terkait kuat pada pondasi, dan tidak diletakkan terlalu dekat dengan dinding.

Mengenali Struktur dan Pondasi Bangunan Tahan Gempa, seperti Apa?

KOMPAS.com - Sebanyak 20 gempa bumi tercatat telah mengguncang wilayah Indonesia sejak awal 2022.

Untuk kekuatan gempa paling kuat yakni gempa Banten dengan magnitudo 6,6 yang terjadi pada Jumat (14/1/2022) pukul 16.05 WIB.

Akibatnya, ratusan rumah mengalami kerusakan seperti roboh, retak parah, dan lainnya sesuai kategori kerusakan ringan hingga berat.

Melansir situs resmi DPU Kabupaten Kulonprogo (28/10/2021), dijelaskan bahwa salah satu penyebab besarnya kerusakan yang terjadi setelah bencana gempa adalah struktur bangunan yang tidak sesuai dengan standar keamanan gempa bumi.

Tidak hanya menyebabkan kerugian materiil yang besar, kerusakan bangunan juga membuat banyak korban berjatuhan, misalnya tertimpa bahan bangunan.

Untuk meminimalkan korban dan kerugian materiil saat terjadinya gempa, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membangun bangunan tahan gempa.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membangun bangunan tahan gempa:

Struktur bangunan tahan gempa

SDN 4 Taman Sari, Lombok Barat, merupakan sekolah percontohan yang dibangun menggunakan bahan bata plastik daur ulang dan diklaim tahan gempaKOMPAS.COM/KARNIA SEPTIA KUSUMANINGRUM SDN 4 Taman Sari, Lombok Barat, merupakan sekolah percontohan yang dibangun menggunakan bahan bata plastik daur ulang dan diklaim tahan gempa

Konstruksi bangunan tahan gempa adalah bangunan yang bisa merespons gempa, dengan sikap bertahan dari keruntuhan dan bersifat fleksibel untuk meredam getaran gempa.

Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang dirancang dan diperhitungkan secara analisis, baik kombinasi beban, penggunaan material, dan penempatan massa strukturnya.

Ciri-ciri fisik bangunan tahan gempa adalah memilik struktur sistem penahan gaya dinamik gempa, memiiki sistem penahan gempa, dan konfigurasi strukturnya memenuhi standar anti gempa.

Apabila ingin membangun bangunan tahan gempa, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan perusahaan jasa konstruksi berpengalaman sehingga hasilnya maksimal.

Hal utama yang harus diperhatikan saat membangun bangunan tahan gempa

Sebelum membangun rumah/bangunan tahan gempa penting untuk memperhatikan pondasi, beton, dan beton bertulang.

Pondasi

Pondasi adalah bagian penting dari struktur sebuah bangunan. Pondasi berada paling bawah dan berfungsi menyalurkan beban ke tanah.

Oleh karena itu, pondasi harus diletakkan ke tanah dengan keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 60 hingga 80 cm.

Untuk faktor akurasi dari kedalaman ataupun jenis pondasi, dapat ditempuh dengan melakukan uji sondir tanah pada lokasi yang akan dibangun bangunan.

Setelah laporan sondir diterbitkan, dilanjutkan dengan proses perhitungan struktur bangunan oleh ahli sipil/ konstruksi untuk menentukan kedalaman dan komponen tulangan struktur bangunan.

Ada 6 jenis pondasi yang lazim digunakan pada kasus rumah tinggal, antara lain:

1. Pondasi rumah batu kali

Pondasi batu kali merupakan salah satu jenis pondasi yang populer digunakan, proses pembuatan pondasi batu kali juga sangat sederhana. Anda hanya menumpukkan batu kali di sisi bangunan kemudian menempelkannya menggunakan semen.

Kelebihannya adalah karena prosesnya simpel dan tidak banyak menggunakan bahan material yang rumit, harga pembuatan pondasi batu kali terbilang sangat murah. Selain itu pondasi jenis ini juga dikenal awet dan tidak mudah rusak terkena banjir atau gempa.

Kekurangannya adalah bahan baku batu kali ternyata tidak mudah ditemui terutama di daerah pelosok dataran rendah. Selain itu jenis pondasi batu kali tidak cocok untuk membangun rumah bertingkat.

2. Pondasi rumah telapak

Pondasi telapak merupakan jenis pondasi telapak atau tapak yang terbuat dari beton bertulang dengan dasarnya berbentuk persegi empat atau persegi panjang. Pondasi ini sangat cocok untuk hunian bertingkat.

Kelebihannya memiliki keunggulan proses pembuatan lebih cepat, hal tersebut dikarenakan proses pembuatan pondasi ini tidak perlu menggali tanah terlalu dalam. Selain itu bahan baku yang digunakan untuk membangun pondasi ini tidak mahal.

Kekurangan pondasi ini adalah tidak semua tukang bangunan memahami proses pembuatan pondasi tapak.

3. Pondasi rumah pelat beton lanjur

Pondasi Rumah Wicki58/Getty Image Pondasi Rumah

Kemudian ada pondasi yang namanya pelat beton lajur. Sifatnya lebih kuat karena semua bagian yang ada memakai beton tulang. Ukuran lebar pelat lajurnya sekitar 70 hingga 120 sentimeter.

Karena ukurannya hampir sama, pondasi ini sering dipakai sebagai pengganti pondasi batu belah jika bahan batu sulit didapat.

Kelebihan yang dimiliki, biayanya lebih murah dan hanya butuh galian yang sedikit sebab hanya dibuat pada titik untuk membuat kolom. Jika ada bencana gempa atau angin yang keras, pondasi ini lebih kuat menahan guncangan yang muncul.

Sedang kelemahannya, waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya lama terutama pada pembuatan cetakan dan bekisting serta pengeringan. Dan yang lebih rumit lagi, kerangka besinya harus dibikin dari permulaan.

4. Pondasi sumuran

Jenis lainnya adalah pondasi sumuran, yaitu pondasi yang pengecorannya dilakukan di tempat secara langsung memakai batu belah dan beton.

Pekerjaannya diawali dengan penggalian tanah yang ukuran diameternya 60 hingga 80 sentimeter dengan kedalaman delapan meter.

Pondasi ini sering digunakan untuk membuat gedung bertingkat yang lokasinya berada di lahan sempit. Kelebihan pondasi ini adalah pembuatannya tidak membutuhkan alat berat sehingga biayanya jadi lebih irit.

Sementara kekurangannya yaitu pertama kualitasnya sulit dikontrol karena letaknya di dalam tanah dan tidak cocok untuk tanah yang berlumpur. Meski kondisi tanahnya bagus, tapi penggaliannya agak sulit dilakukan.

5. Pondasi bored pile

Bored pile merupakan jenis pondasi yang menggunakan beton bertulang yang dimasukkan ke dalam lubang bor. Pondasi jenis ini sangat cocok digunakan untuk bangunan bertingkat, karena memiliki kekuatan yang cukup baik.

Kelebihan pondasi bored pile adalah proses pembuatannya yang murah. Hal tersebut disebabkan minimnya penggunaan beton.

Kekurangan pondasi jenis ini adalah banyaknya peralatan yang digunakan seperti harus memiliki mesi pengeboran.

Selain itu proses pembuatan pondasi ini juga harus hati-hati karena jika salah, akan membuat pondasi malah menjadi keropos.

6. Pondasi rumah cakar ayam

Pondasi rumah cakar ayam merupakan salah satu pondasi yang populer digunakan, sesuai namanya pondasi ini memang menyerupai bentuk cakar ayam.

Bentuk tersebut dibuat dari besi beton yang dan ditanam di dalam tanah dengan kuat. Jenis pondasi ini sangat cocok digunakan pada tanah yang lembek, seperti tanah bekas sawah atau rawa.

Kelebihan pondasi jenis ini memiliki keunggulan struktur yang kokoh dan sangat cocok untuk jenis tanah yang lembek dan berair. Selain itu jenis pondasi ini berisi beton padat yang kuat sehingga tidak ada celah untuk masuknya air.

Sedangkan kekurangan pondasi cekar ayam adalah harga pembuatannya cukup mahal. Hal itu dikarenakan peralatan dan proses pembuatannya cukup rumit.

Beton

Pilar beton dari sebuah jembatan yang banyak ditumbuhi tertitipPhil Copp Pilar beton dari sebuah jembatan yang banyak ditumbuhi tertitip

Beton merupakan bagian umum yang dipakai untuk bangunan. Beton dibuat dengan mencampur pasir halus, kerikil, dengan air dan semen.

Penggunaan beton pada bangunan sudah umum, tapi dalam bangunan anti gempa beton harus dibuat kokoh dengan standar baku sehingga lebih aman.

Lebih lanjut, materiil ini terdiri dari campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture) membentuk massa padat.

Beton yang banyak digunakan saat ini adalah beton normal. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah (SNI 03-2834- 2002).

Kelebihan utama beton adalah memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi kuat tarik yang dimilikinya rendah.

Untuk mengatasi kelemahannya terhadap tarik maka beton dikombinasikan dengan baja tulangan, sehingga menjadi beton bertulang, yang mana baja tulangan berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan mutu dan keawetan yang tinggi sesuai dengan yang diinginkan dan direncanakan. 

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan yang dapat mempengaruhi kuat tekan beton adalah:

  • Faktor air semen,
  • Umur beton,
  • Jumlah dan jenis semen,
  • Sifat agregat, dan
  • Kelecakan (workability).

Metode perencanaan campuran beton ada beberapa macam, antara lain:

  • Metode DOE (Department of Environment),
  • SNI 03-2834-2000,
  • Metode ACI (American Concrete Institue),
  • Metode British Standard, dan
  • Metode Dreux.

Beton bertulang

Kemudian, beton bertulang merupakan bagian penting dalam membuat rumah tahan gempa. Dengan menggunakan besi beton dan diseluti oleh beton (pasir halus, kerikil, dengan air dan semen).

Penggunaan alat bantu seperti vibrator atau molen sangat disarankan, untuk menghasilkan beton bertulang kualitas tinggi.

Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja saja.

Baja tulangan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu baja tulangan polos (BJTP) dan baja tulangan ulir atau deform (BJTD).

Tulangan polos biasanya digunkan untuk tulangan geser/begel/sengkang dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa sedangan tulangan ulir atau deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa.

Baja tulangan hanya diutamakan untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang yang bekerja cukup ditahan oleh betonnya.

Menyoal Bangunan-Bangunan Tak Tahan Gempa di Negara Rawan Bencana

PER Jumat (25/11) lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa gempa Cianjur telah meluluhlantakkan 56.311 rumah. Selain itu, ada 363 sekolah yang rusak. Ditambah 144 tempat ibadah, 3 fasilitas kesehatan, dan 16 kantor.

”Ini diperparah dengan realitas bahwa struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa,” ungkap Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kepada Jawa Pos kemarin (26/11).

Area permukiman, tambah Dwikorita, memang berdiri di atas tanah aluvial lunak dan koluvial yang jenuh air akibat hujan. Kondisi itu memicu resonansi gelombang gempa sehingga dampak getarannya makin parah. Riwayatnya, area tersebut memang beberapa kali dilanda gempa. Dalam hitungan siklus, menurut dia, gempa bisa berulang dalam kurun dua dekade.

Selain edukasi kebencanaan yang terus-menerus dan berkelanjutan, Dwikorita menegaskan bahwa tata ruang dan wilayah di lokasi rawan bencana harus benar-benar dievaluasi. Aspek keadaan alam yang menjadi salah satu faktor penting dalam tata ruang dan wilayah juga harus diperhatikan. Jangan sampai ada permukiman atau infrastruktur penting yang dibangun di jalur patahan aktif.

Arsitek Yu Sing menegaskan bahwa hidup di wilayah rawan bencana memang harus dibarengi dengan kewaspadaan. Sebenarnya, soal bangunan, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mewariskan ilmu mereka lewat struktur rumah adat. Tidak hanya beragam bentuknya, tapi juga bervariasi bahan bakunya. Itu karena disesuaikan dengan kondisi alam dan ancamannya.

Sebelum membangun atau memilih rumah tinggal di suatu wilayah, masyarakat wajib mengenali risikonya. ”Lalu pikirkan adaptasi yang dilakukan seperti apa,” ujar Yu Sing saat dihubungi Jawa Pos pada Rabu (23/11) lalu.

Di wilayah dengan risiko gempa tinggi, Yu Sing menyarankan pembangunan rumah dengan menggunakan bahan alami seperti kayu atau bambu. Namun, tentu saja industri harus memberikan dukungan lewat pengolahan bahan-bahan itu agar awet. Dia tidak sepakat dengan anggapan pemerintah tentang rumah dari bahan alami yang tidak layak huni. Sedangkan untuk membangun rumah layak huni yang berdinding beton, dibutuhkan biaya besar.

”Sebenarnya bisa menggunakan dinding bambu plester,” kata Yu Sing. Lebih lanjut, founder Studio Akanoma itu menerangkan bahwa dinding yang dia maksud punya penampang seperti tembok beton. Namun, strukturnya terbuat dari rangka kayu atau bambu atau besi hollow. Tulangannya terbuat dari kawat anyam atau anyaman bambu. Setelah itu diplester setebal 3 sampai 4 sentimeter agar terlihat rapi.

Lalu bagaimana dengan rumah-rumah yang telanjur berdiri? Yu Sing menyarankan untuk melakukan sedikit renovasi dengan menambahkan ferosemen. Yakni dengan melapisi anyaman kawat pada dua sisi bata. Setelah itu diplester dengan adonan semen. Teknik tersebut lebih mudah dan murah ketimbang menambahkan tulangan kolom atau balok beton pada bangunan. Teknik itu telah diujicobakan oleh Teddy Boen, akademisi Teknik Sipil ITB.

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, selain membangun kembali rumah-rumah wilayah terdampak untuk menjadi tahan gempa, perlu juga memperhatikan kondisi bangunan lainnya. Yakni sekitar 50 juta bangunan eksis yang tidak diketahui statusnya. Apakah bangunan-bangunan itu tahan gempa atau tidak.

”Jadi, ke depan, yang harus kita dahulukan adalah penguatan bangunan yang sudah ada,” jelasnya. Kini BNPB mulai mengumpulkan hasil riset terapan tentang bangunan tahan gempa. Selanjutnya, BNPB akan mereplikasinya agar segera bisa diujicobakan.

Sementara itu, penduduk Desa Wadon di Lombok Barat, yang empat tahun lalu menjadi korban gempa bumi berkekuatan 7 SR, sudah nyaman tinggal di rumah-rumah tahan gempa (RTG). Sejauh ini riko (rumah instan konvensional), rika (rumah instan kayu), dan risha (rumah instan sederhana sehat) merupakan jenis RTG yang paling diminati.

”Terserah kita mau pilih yang mana,” kata Abdul Rasyd, penghuni riko, ketika dijumpai Jawa Pos Group Lombok Post. Riko lebih mirip rumah permanen biasa. Namun, dindingnya terdiri dari batu bata setinggi 1 meter dan pada bagian atasnya dilengkapi dengan kalsibot.

Dibandingkan dua jenis populer lainnya, riko memang relatif lebih kokoh. Beberapa kali gempa melanda kawasan itu dalam kurun empat tahun terakhir. Guncangannya lebih terasa di bangunan risha dan rika. ”Mungkin karena bangunan risha dan rika dirakit menggunakan baut,” ungkap Khusnul, penghuni risha.

Risha dirakit dari beton khusus. Pengaitnya adalah baut besar. Dengan demikian, saat gempa terjadi, rumah akan mengikuti pergerakan gempa. Sedangkan rika terbuat dari kayu. Dinding rumah itu adalah perpaduan antara batu bata setinggi 1 meter dan kayu. Jika struktur bangunan dan materi dindingnya berbeda, atap seluruh bangunan RTG sama, yakni kerangka baja ringan.