logo2

ugm-logo

Rentetan Bencana yang Menyergap Jabar dalam Sepekan

Bandung - Bencana terjadi di Jawa Barat (Jabar) selama sepekan terakhir. Dari mulai gempa bumi, longsor, banjir hingga pohon tumbang. Satu orang warga Cianjur dilaporkan meninggal dunia karena bencana.

Longsor-Gempa di Garut

Longsor dilaporkan terjadi di Desa Gunamekar, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut. Empat rumah warga tertimbun tanah longsoran. Kejadian longsor ini terjadi pada Selasa, 25 Oktober 2022.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut Satria Budi mengatakan longsor di Desa Gunamekar itu terjadi karena hujan deras. Pada hari kejadian, cuaca di Garut dilaporkan hujan deras terjadi dari siang hari. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Sehari setelah longsor, gempa dilaporkan terjadi di Garut. Gempa ini berkekuatan magnitudo (M) 2,8. Gempa tektonik itu terjadi pada Rabu (26/10/2022) pukul 08:34:01 dengan titik koordinat berada di 7.27 Lintang Selatan dan 107.69 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 23 km Barat Daya Garut pada kedalaman 10 kilometer.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Garsela," kata Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan Hartanto dalam keterangannya.

Hartanto menjelaskan dampak gempa yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat dirasakan di beberapa wilayah seperti Cibereum, Pengalengan, Kertasari, Pasirwangi Kabupaten Bandung dan Darajat Kabupaten Garut dengan skala intensitas II MMI

"Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut," ujarnya.

Warga Cianjur Tewas

Bocah berusia 11 tahun bernama Andre asal Kabupaten Cianjur tewas akibat tertimbun longsor. Korban kala itu tengah menjaga sawah yang hendak dipanen dii Kampung Sadar Alam, Desa Jayapura, Kecamatan Cidaun, Cianjur, Rabu (26/10/2022).

Andre bersama orang tuanya dan adiknya mengecek kondisi sawah. Hujan deras mengguyur wilayah persawahan di Cianjur saat itu. Ibu Andre dan adiknya pun lebih dulu pulang karena hujan.

Andre kala itu lebih memilih berteduh di tebing batu dan tetap menjaga sawah. Namun tebing setinggi 3 meter itu tiba-tiba longsor hingga menimpa korban yang tengah duduk di samping irigasi di bawah tebing tersebut.

"Awalnya ibu korban mendengar ada suara gemuruh, ternyata tebing di dekat irigasi longsor. Material longsoran tersebut menimbun korban yang saat kejadian sedang duduk di bawah tebing untuk berteduh sementara sebelum pulang," ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur Rudi Labis.

Sehari sebelum Andre meninggal, Cianjur juga diterkam bencana puting beliung. Puting beliung dilaporkan terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022). Akibatnya enam rumah rusak dan 8 rumah terendam.

Enam rumah yang rusak disapu angin puting beliung berasa di Kampung Parung RT 05/RW 03, Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak. "Kejadiannya sore, angin puting beliung muncul setelah hujan deras mengguyur. Total ada enam rumah yang terdampak, tiga rumah rusak berat dan tiga lainnya rusak ringan," ujar Kepala Desa Waringinsari, Nadir Muharam Abdurahman.

Bencana lainnya juga dilaporkan terjadi di hari yang sama. Banjir melanda Kampung Sukarame Desa Ciandam, Kecamatan Mande. Banjir yang disebabkan luapan sungai mengakibatkan delapan rumah terendam.

"Iya tadi banjir akibat luapan Sungai Ciandam, ketinggian air sekitar 30-50 centimeter. Ada 8 rumah yang lokasinya dekat dengan sungai terendam banjir," ujar Kapolsek Mande Iptu Dadeng.

Menurutnya banjir tidak bertahan lama, sekitar satu jam banjir sudah surut. Namun rumah warga yang terendam menjadi dipenuhi lumpur. "Kalau korban atau yang rusak akibat banjir tidak ada. Banjir juga tidak lama. Tapi akibatnya rumah warga jadi dipenuhi lumpur. Warga dibantu anggota langsung membersihkan rumah dari lumpur usai banjir," ucapnya.

Banjir Rendam Ratusan Rumah di Tasik

Hujan deras mengguyur Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya pada Rabu, 26 Oktober 2022. Akibatnya, Sungai Cikarang dan Citanduy di wilayah setempat meluap.

"Jadi ini banjir karena Sungai Cikidang dan Citanduy meluap. Ada 200 lebih rumah terendam banjir. Air masuk mulai jam satu malam tadi. Saya bantu evakuasi warga sampai ada yang dua meter di dalamah (ketinggian banjirnya)," kata Nono, petugas Linmas Desa Tanjungsari di lokasi, Rabu (26/10/22).

Warga enggan dievakuasi. Ia memilih tetap bertahan. Warga yang terdampak banjir itu khawatir rumahnya jadi sasaran maling. Banjir yang tiba-tiba datang itu membuat warga tak sempat menyelamatkan barang pribadinya.

"Air langsung cepet tinggi. Hujannya deras pak, saya bertahan aja nggak mau dievakuasi sampai surut. Ini banjir langganan buat kamimah. Kalau hujan besar pasti aja banjir. Bosen pak," kata Tohir, seorang warga.

Banjir rupanya tak kunjung surut. Bahkan, meluas. Ketinggian air di permukiman serta jalan mencapai 70 centimeter hingga 1 meter. Berdasarkan data Desa Tanjungsari, jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 745 Kepala Keluarga. Selain permukiman, banjir juga merendam 90 hektare lahan pertanian. Alhasil, petani terancam gagal panen karena mayoritas padi siap panen.

"Sore ini air belum surut, malahan kalau hujan lagi bisa makin besar. Nah, dampaknya catatan kami jadi 745 Kepala Keluarga," kata Kepala Desa Tanjungsari, Amas.

Sehari kemudian. Banjir di Tasikmalaya itu berangsur surut. Warga pun mulai membersihkan lingkungannya yang dipenuhi lumpur.

"Alhamdulillah air sudah surut (dari) Kamis dini hari. Kebetulan nggak hujan lagi jadi sungai surut. Kami perangkat desa tetap turun ke lapangan untuk mengecek warga takut takut ada yang sakit atau diare," kata Kepala Desa Tanjungsari Amas saat dihubungi detikJabar, Kamis pagi (27/10/22).

Amas mengatakan, saat ini pihak Desa Tanjungsari masih mendata kerugian material akibat banjir. Terutama kerugian lahan sawah yang terendam banjir. "Kami masih data kerugian, terutama petani yang sawahnya mau panen terendam banjir," tambah Amas.

Banjir Ciamis

Kemudian, Banjir juga merendam sejumlah titik di Kecamatan Banjaranyar, Pamarican dan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, pada Selasa 25 Oktober 2022. Menurut informasi, ratusan rumah sempat terendam air luapan sungai. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa bencana ini.

Di Kecamatan Banjaranyar, ratusan kepala keluarga di Desa Sindangrasa, terdampak banjir luapan Sungai Ciputrahaji. Banjir luapan Sungai Ciputrahaji juga merendam sejumlah rumah di Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar. Warga sementara mengungsi ke rumah kerabat terdekat sambil menunggu banjir surut.

Di Kecamatan Pamarican, Sungai Citalahab di Dusun Cisaat Desa Kertahayu meluap merendam 6 rumah warga. Para penghuni rumah sementara terpaksa mengungsi.

Di Kecamatan Panumbangan, Sungai Citanduy meluap ke jalan Raya Panumbangan-Cihauebeuti dan area persawahan di Desa Pamokolan. Ketinggian air mencapai sekitar 50 sentimeter. Banjir tersebut membuat arus lalu lintas menjadi terhambat. Sepeda motor tidak bisa melintasi jalan tersebut karena genangan air yang cukup tinggi.

Sementara itu, informasi dari BPBD Ciamis, Rabu (26/10/2022), luapan air Sungai Ciputrahaji dan Citalahab berangsur mulai surut. Sebagian rumah warga sudah tidak lagi tergenang air.

"Air surut dan rumah warga sudah tidak tergenang air. Pengungsi aman di rumah kerabatnya sambil menunggu air surut untuk membersihkan rumahnya masing-masing," ujar Kabid Darlog BPBD Ciamis Memet Hikmat.

Longsor di Sukabumi

Sebanyak lima rumah warga terancam ambruk pascalongsor yang terjadi pada Senin (24/10) kemarin. Akibat kejadian ini tiga orang meninggal dunia dan dua rumah rusak berat.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Wawan Godawan Saputra mengatakan, tim SAR telah bergerak cepat dalam penanganan bencana tersebut. Di hari kedua pascakejadian, pihaknya berfokus dalam evakuasi material longsoran yang menutup akses jalan penghubung kecamatan.

"Hari ini mulai dari pagi kita melaksanakan evakuasi terhadap material longsoran. Insyaallah mungkin kalau cuaca sampai sore ini bagus, bisa selesai artinya akses untuk kendaraan roda empat bisa terbuka," kata Wawan kepada awak media di lokasi kejadian.

"Yang terancam rumah di atas karena kalau cuaca hujan terus menerus juga dikhawatirkan yang atas ada longsoran susulan. Ada lima hitungan kita, tapi kita juga melakukan assessment lagi apakah disekitarnya juga menjadi terancam atau tidak," jelasnya.

Rumah Ambruk Lukai Warga Cirebon

Sementara itu, di Kota Cirebon salah satu rumah porak poranda karena hujan deras yang disertai angin. Rumah yang ambruk itu milik warga di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Pemilik rumah Wanda (35) dan Ani Noviani (24) alami luka akibat terkena reruntuhan bangunan.Wanda pun menceritakan kronologi kejadian ambruknya bangunan rumah yang ia tempati bersama istri dan anaknya.

Sebelum kejadian, Wanda mengatakan, saat itu ia sedang beristirahat sambil berbincang dengan istrinya di dalam rumah. Sementara anaknya sedang berada di ruang depan bersama dengan pamannya.

"Jadi waktu kejadian itu keadaan sedang hujan gede. Kejadiannya itu kemarin sekitar setengah 7 (malam) abis Maghrib. Waktu itu saya sama istri lagi ngobrol di dalam rumah abis pulang jualan. Sebagian lagi ada di ruang depan. Waktu lagi ngobrol tiba-tiba aja bangunan ambruk," kata Wanda, Rabu (26/10/2022).

"Kondisi waktu itu langsung gelap. Saya langsung inget ke anak yang baru disunat. Saya langsung lari nyari anak saya. Beruntungnya anak saya selamat karena langsung dibawa sama pamannya keluar," kata Wanda menambahkan.

Akibat tertimpa reruntuhan bangunan, Wanda sendiri nampak mengalami luka di bagian pelipis mata, kepala, tangan dan di beberapa bagian tubuh lainnya. Sementara istrinya, yakni Ani Noviani mengalami luka ringan.

Wanda bersama keluarga pun untuk sementara harus mengungsi ke kediaman orang tua istrinya. "Sementara tinggal dulu di rumah mertua. Sambil nunggu rumah beres lagi," kata Wanda.

Sementara itu, Lurah Argasunya Mardiansyah mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait untuk memberikan bantuan kepada Wanda yang rumah ambruk.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek, BPBD dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cirebon. Tadi bantuan materi sudah kita sampaikan. Kedepannya, InsyaAllah Dinsos akan mengusahakan bantuan untuk membangun rumah itu," kata Mardiansyah.

BNPB: Bencana di Indonesia didominasi banjir pada Januari-Oktober 2022

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan kejadian bencana di Indonesia didominasi banjir pada periode 1 Januari hingga 29 Oktober 2022, yakni sebanyak 1.238 peristiwa.

Berdasarkan data yang diterima ANTARA dari BNPB di Jakarta, Sabtu, tercatat sebanyak 3.027 jumlah kejadian bencana terjadi di Tanah Air, yang meliputi banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi erupsi gunung api, dan kekeringan.

Sebanyak 3.027 kejadian bencana itu terdiri dari 1.238 peristiwa banjir terjadi di Indonesia, cuaca ekstrem sebanyak 931 kejadian, tanah longsor sebanyak 562 peristiwa, karhutla sebanyak 248 kejadian.

Kemudian, gelombang pasang dan abrasi sebanyak 22 peristiwa, gempa bumi erupsi gunung api sebanyak 22 kejadian dan kekeringan sebanyak empat peristiwa.

Akibat bencana tersebut, 198 orang meninggal, 31 orang hilang, 832 luka-luka dan 3.903.947 orang menderita dan mengungsi.


Bencana-bencana tersebut menyebabkan sebanyak 32.707 rumah rusak yang terdiri dari 5.342 rumah rusak berat, 5.688 rumah rusak sedang, dan 21.677 rumah rusak ringan.

Kemudian, sebanyak 917 fasilitas rusak yang terdiri dari 520 fasilitas pendidikan, 321 fasilitas peribadatan, dan 76 fasilitas kesehatan. Selain itu, sebanyak 140 kantor dan 270 jembatan rusak.

Sebelumnya, BNPB mengimbau kewaspadaan akan banjir di sejumlah daerah di Indonesia hingga awal Oktober 2022.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing di Jakarta, Selasa (27/9), menyebut saat ini menurut prakiraan cuaca September Dasarian III yang masih berlangsung, wilayah Kalimantan Barat bagian barat, Kalimantan tengah bagian selatan dan Jawa Barat diperlukan kewaspadaan.

Namun memasuki Oktober Dasarian I secara umum curah hujan tidak terlalu signifikan, kecuali Papua di bagian tengah, salah satunya di wilayah Timika, yang diperlukan kewaspadaan.

Abdul mengimbau masyarakat di wilayah tersebut untuk waspada terhadap kemungkinan banjir bandang dan tanah longsor. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, Papua sering dilanda banjir dan longsor, seperti yang paling signifikan terjadi di Sentani, Kabupaten Jayapura pada tahun 2019.

"Jadi ini masyarakat di Papua bagian tengah harus waspada, karena peningkatan intensitas curah hujan di minggu pertama bulan Oktober," ujar Abdul.

Selain itu Abdul juga mengimbau kewaspadaan untuk wilayah Kalimantan, khususnya sepanjang hulu aliran Sungai Kapuas. Jika hulunya terdampak banjir, maka dapat berpotensi banjir di wilayah Katingan hingga Pontianak.

More Articles ...