logo2

ugm-logo

PVMBG Rekomendasikan Revisi RTRW di Lombok Utara dan Timur

PVMBG Rekomendasikan Revisi RTRW di Lombok Utara dan Timur

Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi merekomendasikan adanya revisi rencana tata ruang dan tata wiliayah (RTRW) di daerah Lombok Utara dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi, PVMBG, Badan Geologi Sri Hidayati mengungkapkan wilayah Lombok termasuk dengan daerah rawan bencana gempa bumi kategori sedang sampai tinggi. Beberapa waktu terakhir saja Lombok khususnya Lombok Utara dan Timur diguncang tiga gempa dengan kekuatan cukup besar.

Gempa tersebut menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan bangunan mengalami kerusakan cukup berat. Khususnya di beberapa wilayah di daerah Lombok Utara dan Lombok timur, seperti di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga, Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan dan Desa Selengan, Kecataman Kayangan.

Bahkan, kata dia, berdasarkan analisis yang dilakukan ditemukan sesar permukaan yang disebut Sesar Naik Lombok Utara. Sesar itu juga menjadi pemicu gempa bumi berkuatan 6,2 magnitude pada 9 Agustus lalu.

"Sesar itu di beberapa lokasi panjang hampir 370 meter di Sambik Bengkol dan semua area yang dilalui (sesar) itu roboh. Di desa itu kita juga temukan likuifaksi yang picu bangunan roboh. Pergeseran vertikal kita juga temukan dari yang 2 centimeter sampai 50 centimeter," kata Sri, di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Senin (13/8/2018).

Untuk itu, pihaknya merekomendasikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh semua pihak terutama pemerintah daerah ke depan. Salah satunya perlu ada revisi rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW) mengikuti peta kawasan rawan bencana geologi.

"Ke depan mengenai rehab rekon ini harus diperhatikan karena rekahan (akibat gempa) ini jika nanti dibangun kembali di (daerah) situ, kejadian gempa akan mengakibatkan kerusakan yang sama. Maka saya usulkan untuk revisi RTRW," ungkap dia

Sementara itu, Kepala PVMBG, Badan Geologi Kasbani meminta masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Selain itu merekomendasikan agar bangunan yang terletak pada zona pegeseran tanah dan retakan tanah dalam dimensi besar dan panjang agar digeser sekitar 20 meter dari retakan utama.

Terutama bangunan yang ada di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga, Dusun Beraringan, Desa Kayangan Kecamatan Kayangan dan Desa Selengan Kecamatan Kayangan.

"Bangunan yang terletak pada zona likuifaksi dapat dibangun kembali dengan menerapkan kaidah bangunan tahan gempa bumi. Sosialisasi, simulasi dan pelatihan penanggulangan bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Lombok Utara dan Timur sebaiknya dilaksanakan secara reguler," tutur Kasbani.

Kasbani meminta pemerintah Lombok Timur dan Barat memasukan materi kebencanaan geologi ke dalam kurikulum pendidikan.

Sekolah Darurat untuk Anak Korban Gempa Lombok Segera Disiapkan

Sekolah Darurat untuk Anak Korban Gempa di Lombok Segera Disiapkan

Liputan6.com, Malang - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera menyiapkam sekolah darurat di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Agar anak -anak korban gempa bumi di daerah itu bisa kembali belajar meski di kelas-kelas darurat di dalam tenda penampungan sementara.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, anak – anak korban gempa bumi di Lombok harus dipastikan tetap belajar. Serta ada trauma healing atau pemulihan trauma pada para siswa itu agar kembali nyaman belajar.

"Ruang kelas darurat juga segera disiapkan. Tentu juga ada pendampingan pemulihan trauma," kata Muhadjir usai menghadiri pidato kebangsaan PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang, Minggu, 12 Agustus 2018.

Total 534 sekolah di Lombok rusak ringan sampai berat di Lombok. Untuk jangka panjangnya, pembangunan sekolah rusak akan diurus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Termasuk perbaikan rumah para guru yang turut rusak terdampak gempa bumi.

Muhadjir mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memastikan siswa tetap belajar meski di kelas darurat. Selain menyiapkan kelas darurat, kebutuhan para siswa seperti buku dan seragam segera dikirim dari Jakarta.

"Bila perlu akan ada guru dari luar daerah untuk diperbantukan sementara, membantu para guru yang masih trauma mengajar," ujar Muhadjir.

Indonesia secara geografis berada di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yakni eurasia, indo-australia dan pasifik. Menyebabkan gempa bumi berpotensi tak hanya terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, banjir, gunung berapi, tsunami sampai longsor juga mengancam.

Meski demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut pendidikan penanggulangan bencana sudah masuk kurikulum sekolah. Meski demikian, pemahaman tentang kebencanaan tak harus jadi mata pelajaran tersendiri.

"Sudah masuk di kurikulum sekolah dan kita prioritaskan di daerah rawan bencana,” kata Muhajdir.

Kurikulum penanggulangan bencana diprioritaskan di daerah rawan bencana. Di daerah rawan, gedung sekolah juga sudah menerapkan bangunan antigempa seperti Yogjakarta, Nusa Tenggara Timur dan daerah lainnya. Meski penerapan kurikulum kebencanaan belum berjalan maksimal.

Muhadjir mencontohkan, di Jepang yang juga negara rawan bencana siswanya dilatih sejak dini bagaimana menghadapi situasi bencana. Tapi tak jadi pelajaran khusus tentang kebencanaan. Di Indonesia pun tak perlu memasukkan penanggulangan bencana sebagai mata pelajaran.

“Tak perlu dijadikan mata pelajaran. Kasihan siswa karena sekarang sudah terlalu banyak pelajaran," ujar Muhadjir.

More Articles ...