logo2

ugm-logo

BPBD Cianjur Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan Bencana

https: img-o.okeinfo.net content 2018 03 20 525 1875408 bpbd-cianjur-imbau-warga-tingkatkan-kewaspadaan-bencana-02IvD4k8Fu.jpg

CIANJUR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera mengungsi ketika terjadi hujan deras.

Sekretaris BPBD Cianjur, Sugeng Supriyanto, di Cianjur, Selasa (20/3/2018) mengatakan, kewaspadaan warga harus lebih ditingkatkan karena status siaga bencana masih diterapkan melihat intensitas hujan yang cukup tinggi berpotensi terjadi bencana terutama longsor.

"Kami menyiagakan puluhah relawan selama 24 jam untuk mengatasi terjadi bencana alam di wilayah Cianjur. Bahkan di setiap desa disiagakan relawan yang akan menginformasikan jika terjadi bencana di wilayahnya," kata Sugeng.

Sedangkan terkait bencana alam longsor di Kecamatan Sukaresmi, pihaknya telah mengirim tim untuk melakukan pendataan. "Saat ini tim masih melakukan pendataan, kami akan segera mengirim logistik kalau dibutuhkan," katanya lagi.

Sedangkan longsor yang melanda dua desa di Kecematan Sukaresmi terjadi setelah wilayah tersebut diguyur hujan lebat sejak sore hingga malam menjelang, akibatnya dua orang warga terluka terkena material longsor, empat rumah rusak, dan jalan desa terputus.

Longsor juga merusak satu rumah warga, menutup akses jalan desa sepanjang puluhan meter dan dua tiang listrik roboh serta areal persawahan rusak.

"Dua orang warga yang terluka sudah mendapat penangangan medis di RSUD Cimacan," kata Camat Sukaresmi, Aris Haryanto.

Dua desa yang terdampak longsor itu, kata dia, yaitu di Desa Sukaresmi satu rumah rusak berat, satu ruangan kamar di Kampung Garung rusak berat, dan Desa Cikancana dua rumah rusak di Kampung Cisalak.

"Kerusakan parah terjadi di Kampung Cisalak, Desa Cikancana, di lokasi tersebut longsor mengakibatkan bangunan mengalami rusak berat. Jalan desa sepanjang 50 meter tertimbun material longsoran, areal pertanian rusak, dan dua tiang listrik roboh di Kampung Sadamaya," katanya pula.

Hingga saat ini, pihak desa masih melakukan pendataan terkait kerugian akibat bencana tersebut, namun diperkirakan kerugian materiil akibat longsor mencapai ratusan juta rupiah.

Indonesia Berpotensi Jadi Laboratorium Bencana

Jakarta, IDN Times – Organisasi Standar Internasional atau International Organization for Standardization (ISO) resmi menetapkan sistem peringatan dini longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) dari Indonesia untuk dipublikasikan sebagai ISO 22327.

Sekretariat ISO TC 292 terkait dengan Security and Resilience menyampaikan hal tersebut pada Jumat (16/3) di Kantor Standardisasi Australia, Syndey. Melalui proses ini, LEWS yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana ditingkatkan menjadi ISO 22327 sebagai Guidelines for Implementation of a Community-based Landslide Early Warning System.

1. LEWS bentuk kontribusi Indonesia

Indonesia Berpotensi Jadi Laboratorium Bencana
IDN Times/Sukma Shakti

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyampaikan sistem peringatan dini longsor ini sebagai bentuk kontribusi Indonesia dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada dunia untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman bahaya longsor.

“Mari menciptakan bumi yang aman dari bencana untuk generasi mendatang,” kata Willem di Plenary Meeting ISO Sydney, Australia, Jumat (16/3).

Menurut Willem, sistem peringatan dini yang baik tidak hanya pada peralatan yang berdiri sendiri, tetapi pada akhirnya sistem tersebut dapat saling terkait sebagai suatu sistem peringatan dini yang efektif.

“Komunitas sangat penting sebagai bagian inti dari sistem tersebut karena merekalah yang akan mendapatkan ancaman. Komunitas harus menjadi bagian dari sistem  dan harus paham bagaimana sistem ini bekerja.”

2. Menjadi laboratorium bencana dunia

Melalui penetapan ISO, sistem peringatan dini longsor dapat menjadi penguatan wujud Indonesia sebagai laboratorium bencana dunia. Di samping itu, industri kebencanaan dapat tumbuh dan berkontribusi untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

LEWS Berbasis Masyarakat terdiri dari 7 sub sistem yang dikembangkan dari konsep peringatan dini berbasis masyarakat milik badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR). Sub sistem tersebut adalah (1) penilaian risiko, (2) sosialisasi, (3) pembentukan tim siaga bencana, (4) pembuatan panduan operasional evakuasi, (5) penyusunan prosedur tetap, (6) pemantauan, peringatan dini, dan gladi evakuasi, serta (7) membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem peringatan dini tanah longsor.

3. LEWS telah diuji coba di lebih dari 150 lokasi

Indonesia Berpotensi Jadi Laboratorium Bencana
Dok IDN Times/Humas Polres Bogor

LEWS telah diuji coba di lebih dari 150 lokasi di Indonesia. Kemudian, sistem ini dikembangkan untuk mendapakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan akhirnya ditetapkan pada tahun 2017. Bersamaan dengan proses penyusunan SNI tanah longsor tersebut, pada tahun 2014 Indonesia juga mengajukan usulan untuk penyusunan Standar Internasional melalui ISO. Usulan tersebut disetujui dan masuk dalam komite ISO/TC 292: Security and Resilience pada Working Group 3: Emergency Management, sebelum akhirnya mendapatkan ISO 22327.

Proses panjang untuk mendapatkan ISO sejak 2014 ini tidak terlepas dari inisiatif dan upaya bersama BNPB, Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan UGM. Namun demikian, LEWS ini pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam konteks bahaya longsor di Indonesia.

"Lebih dari 40 juta masyarakat di 274 kabupaten/kota terpapar bahaya longsor. Longsor sendiri merupakan bencana paling mematikan di Indonesia," kata Willem.

More Articles ...