logo2

ugm-logo

Shelter Bencana Segera Berdiri di Kabupaten Bengkulu Tengah

Peletakan Batu Pertama Gedung Shelter Benca Kab. Bengkulu Tengah

BENGKULU TENGAH – Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah, tidak lama lagi akan memiliki gedung shelter bencana. Gedung ini akan difungsikan sebagai tempat evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, seperti banjir, tsunami maupun gempa bumi.

Bupati Benteng, Ferry Ramli

Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli mengatakan, pembangunan shelter bencana ini sengaja ditempatkan di Desa Pondok Kelapa, lantaran wilayah ini masuk ke dalam titik koordinat rawan bencana.

“Pembangunan gedung shelter sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar Pondok Kelapa. Karena itu pembangunan diletakkan di sini agar satu saat bencana datang warga sekitar bisa berlindung dan evakusi di gedung ini,” ungkap Ferry saat peletakkan batu pertama pembangunan shelter, Senin (2/4/2018).

Ditambahkan Ferry, gedung ini nantinya akan dibangun lima lantai agar dapat menampung seluruh warga yang terkena bencana. Ia berharap, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dapat menjaga dan memanfaatkan tempat ini dengan baik.

“Kita tidak berharap bencana terjadi. Ini suatu bentuk antisipasi apabila terjadi bencana agar keluarga tidak terpisah, semuanya bisa ditampung dan dikumpulkan disini,” pungkasnya.

Diceritakan Ferry, pembangunan gedung ini telah lama direncanakan oleh pemerintah daerah. Namun, usulan yang diajukan ke pemerintah pusat baru terwujud di tahun 2018. Gedung ini juga nantinya akan menjadi gedung tertinggi pertama di kabupaten Maroba Kite Maju.

“Keinginan kita dalam pembangunan Shelter ini sudah lama sekali, dan sudah terlebih dahulu di usulkan ke kepada Pemerintah pusat,” demikian Ferry.

Acara peletekan batu pertama pembangunan Shelter bencana ini dihadiri oleh tentara Amerika Serikat, yakni Kapten David Allen Bretz dan Kasum TNI Laksamana Madya Letjend Didit Herdiawan. Serta, Asisten 1 Provinsi Bengkulu Hamka Sabri, Wakil Bupati dan unsur Muspida.(Adv)

Peresmian Tagana Sebagai Penanggulangan Bencana

Kebumen, Gatra.com - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo diangkat sebagai Pembina Kehormatan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia. Pengukuhan dilakukan Menteri Sosial Idrus Marham dalam acara Apel Siaga Bencana HUT ke-14 Tagana Indonesia, di Pantai Ayah Kebumen, Jawa Tengah, Senin (2/4).

"Saya bangga diangkat sebagai Pembina Kehormatan Tagana. Apalagi kiprah Tagana selama 14 tahun dalam membantu penanggulangan bencana di tanah air sudah sangat besar dan tidak perlu diragukan lagi," ujar Bamsoet.

Dalam acara ini Bamsoet bersama Idrus Marham meresmikan Pulau Momongan Kebumen sebagai Pulau Tagana, dilanjutkan pelepasan burung dan kepiting serta penanaman mangrove. Bamsoet bersama Idrus Marham juga memberikan bantuan sosial kepada sejumlah panti asuhan di Kebumen.

Hadir dalam Apel Siaga Bencana Tagana antara lain, Anggota Komisi III DPR RI Syahroni, Asisten Komunikasi dan Elektronika Panglima TNI Marsda TNI Bonar Hutagaol, Deputi II BIN Mayjen Kaharudin Wahab, Sekretaris Utama BNPT Marsekal Pertama Asep Adang Supriyadi, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Wakil Bupati Kebumen Yasid Mahfud serta anggota taruna siaga bencana.

Bamsoet mengingatkan kondisi geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara, dan Lempeng Pasifik di bagian timur, menjadikan Indonesia rentan mengalami bencana alam. Selain itu, kondisi geologis,  hidrologis serta demografis  yang dimiliki Indonesia juga memungkinkan  terjadinya bencana,  baik yang disebabkan oleh  faktor  alam dan faktor non alam yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan ataupun kerugian harta benda.

"Ancaman yang kita hadapi saat ini tidak hanya bencana alam. Tetapi juga bencana non-alam dan bencana sosial. Termasuk konflik sosial dan ancaman terorisme. Kalau bencana tersebut tidak tertangani dengan baik akan menghambat jalannya pembangunan nasional," papar Bamsoet.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menegaskan Tagana harus menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Sebab, tantangan penanggulangan bencana di tingkat global, regional dan nasional yang semakin rumit sangat membutuhkan keberadaan personil yang kompeten. 

"Tagana merupakan salah satu bentuk nyata dari peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. Keberadaan Tagana diatur dan dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2012  tentang Pedoman Umum Taruna Siaga Bencana," kata Bamsoet.

Bamsoet menilai Tagana memiliki tugas yang tidak ringan dalam upaya penanggulangan bencana. Baik pada saat pra bencana, tanggap darurat, pasca bencana, dan tugas-tugas penanganan permasalahan sosial lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana.

"Sebagai unsur yang terdekat dengan lokasi bencana, Tagana wajib hadir di lokasi paling lambat satu jam setelah bencana terjadi. Tagana juga harus cepat tanggap dalam melakukan perlindungan sosial terhadap korban bencana, serta memiliki pemahaman tentang penanggulangan bencana agar dapat bekerja secara efektif dan efisien," kata Bamsoet.

Politisi Partai Golkar ini berharap kemajemukan anggota Tagana yang terdiri dari beragam lapisan dan profesi di masyarakat, akan memperkuat persatuan dan kesatuan Bangsa. Tagana harus mampu menjadi perekat seluruh elemen bangsa di wilayah Indonesia. 

"Anggota Tagana banyak berasal dari berbagai unsur masyarakat. Keragamanan ini merupakan modal luar biasa untuk mempererat persatuan  dan kesatuan bangsa. Semua anggota Tagana harus mampu beradaptasi dan memberi warna bagi penanggulangan bencana di tanah air," tutur Bamsoet.

Bamsoet menambahkan agar Tagana dapat menjalankan tugasnya secara profesional, dibutuhkan dukungan dan komitmen dari seluruh pihak terkait, baik berupa pendidikan, pelatihan serta penyediaan anggaran dan fasilitas pendukung yang memadai. "Efektivitas Tagana dalam membantu upaya penanggulangan bencana pada akhirnya akan meningkatkan kesiapsiagaan bencana di setiap wilayah. Tidak hanya ketika bencana terjadi, namun juga untuk kepentingan mitigasi bencana," pungkas Bamsoet. (*)

More Articles ...