logo2

ugm-logo

Bantuan Tunai Bencana Alam Ditransfer ke Rekening Korban

Foto: Bencana retakan tanah di Sukabumi/ Alamsyah detikcom

Jakarta - Pemerintah menyelenggarakan bantuan korban bencana dalam bentuk tunai lewat program transfer tunai (PTT).Program ini sendiri diinisiasi oleh Kementerian Sosial dan Palang Merah Indonesia (PMI).

Bantuan akan diberikan dalam bentuk uang yang ditransfer ke rekening korban. Bagaimana caranya?

Ketua Bidang Penanganan Bencana PMI Sumarsono mengatakan sebelum bantuan ditransfer ke rekening korban, maka akan dilakukan penilaian atau assessment terlebih dahulu. Hal itu sebagaimana prosedur pada umumnya dalam membantu korban bencana alam.

"Kita sebelum bantu kan ada assessment namanya. Jadi (dinilai) siapa yang perlu dibantu. Tidak semua orang," katanya di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Jadi seandainya hanya ada 200 orang yang bisa dibantu, sementara yang jadi korban bencana lebih dari itu, maka akan dilakukan penilaian siapa yang bakal diprioritaskan lebih dulu.

"Ya disesuaikan misalnya contohnya kita assasment-nya lengkap, kita bisa bantunya misalnya 200 orang. Padahal korbannya sekian orang. 200 orang itu yang paling mendesak yang paling jadi prioritas," jelasnya.

Dia juga mencontohkan bantuan perbaikan rumah korban bencana alam, dari banyaknya rumah yang rusak belum tentu semuanya dapat bantuan. Jadi diprioritaskan dengan melihat penghuni rumah tersebut.

"Kita hanya bisa bantu di kompleks perumahan itu hanya entah 50-75 rumah (misalnya). Karena duitnya hanya itu (terbatas), ada ini 'loh ini kok rusaknya sama, yang ini kamu bantu', oh enggak, yang ini kebetulan punya anak kecil, yang ini masih pengantin remaja, misalnya gitu," terangnya.

Proses assesment ini pun melibatkan perbankan, dalam hal ini bank nasional. Setelah dilakukan proses tersebut dan korban memenuhi penilaian, baru kemudian bantuan ditransfer ke rekening masing-masing korban yang sebelumnya sudah didata nomor rekeningnya.

"Assessment kita bersama dengan bank. Begitu bencana kan kita tahu yang diassasment-nya," tambahnya. (hns/hns)

Banjir Mendominasi Bencana di Pasuruan Selama 4 Bulan Terakhir

Pasuruan (wartabromo.com) – Kurun 4 bulan terakhir, sebanyak 55 bencana terjadi di Kabupaten Pasuruan. Banjir masih mendominasi, bila disandingkan dengan bentuk bencana lainnya.

Banyaknya bencana tersebut merupakan catatan Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan sepanjang awal tahun 2018 ini.

Bakti Jati Permana, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan mengatakan, bencana paling sering terjadi di Kabupaten Pasuruan adalah bencana banjir, yakni di 40 titik di wilayah Pasuruan bagian Tengah, Timur sampai Barat.

“Karena awal tahun sampai Pebruari adalah tinggi-tingginya curah hujan, sehingga daerah-daerah yang seringkali menjadi langganan banjir, kembali disambangi kiriman air bah,” kata Bakti, Selasa (08/05/2018).

Meski terbilang banyak, jika dibandingkan awal tahun lalu, jumlah bencana banjir lebih sedikit pada awal tahun 2018 ini. Kata Bakti, waktu itu disebabkan adanya El Nino yang menyebabkana curah hujan cukup tinggi, berakibat seringnya banjir di hampir semua wilayah terdampak.

Cuaca ekstrim tahun lalu, jika dibandingkan, bencana banjir tahun ini tetbilang lebih sedikit.

“Catatan sampai bulan April mencapai 40 lokasi di awal tahun ini,” jelasnya.

Banjir paling tinggi terjadi pada 6 Januari 2018, berlangsung sampai 11 Januari Dan ada pula banjir tinggi pada 16-`19 Februari, 22 Februari dan 22-24 Maret. Tercatat banjir terjadi dari Kecamatan Grati, Rejoso, Pohjentrek, Kraton, Bangil, Beji, Gempol, Winongan, Rembang, Nguling sampai Wonorejo.

Sedangkan longsor terjadi hingga 12 kali, mulai di Lumbang, Tutur, Tosari, Puspo dan Kejayan. Untuk Puting beliung yang cukup besar terjadi di Kecamatan Kraton dan Purwosari dan lainnya ada 1 rumah tersapu banjir.

Dari data tersebut, untuk total dana kebencanaan yang sudah digunakan mencapai Rp 400 juta. Jumlah ini adalah untuk keperluan dapur umum seperti nasi bungkus, mie instan, pembelian terpal, sandbag sampai pengiriman air bersih.
Selama bulan Mei ini dikatakan masih masuk musim peralihan dari Hujan ke Kemarau. Namun karena curah hujan sudah rendah dikatakan resiko bencana sudah minim.

“Namun biasanya karena musim peralihan yang terserah stamina tubuh sehingga diharapkan masyarakat bisa menjaga kesehatan,” pungkasnya. (mil/ono)

More Articles ...