logo2

ugm-logo

Jembatan di Papua Nugini Runtuh, Evakuasi Korban Longsor Kian Sulit

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah jembatan runtuh di jalur utama untuk menyalurkan bantuan dan peralatan ke lokasi tanah longsor di Papua Nugini. Bencana itu mengubur sedikitnya 2.000 orang.

“Jadi apa yang terjadi adalah (runtuhnya jembatan) telah memutus jalan raya utama, yang mengarah ke (provinsi) Enga,” ujar Itayi Viriri, juru bicara regional Organisasi Internasional untuk Migrasi, pada konferensi pers PBB di Jenewa melalui video. 

Dia mengatakan longsornya jembatan memaksa alat berat yang digunakan untuk mencoba menyelamatkan orang-orang di bawah reruntuhan, harus mengambil rute alternatif yang lebih panjang. "Kondisinya sangat-sangat sulit. Di beberapa bagian tanah masih bergerak," katanya. Ia menambahkan hujan masih turun di lokasi kejadian. 

Pada Selasa, 28 Mei 2024, pemerintah Papua Nugini memerintahkan ribuan warga untuk mengungsi dari jalur tanah longsor yang masih aktif. Sebagian gunung runtuh di lokasi bencana, menyebabkan sedikitnya 2.000 orang terkubur.

Para pejabat mengatakan peluang untuk menemukan korban selamat sangat kecil, meskipun tim bantuan telah berdatangan ke wilayah Enga utara sejak Jumat pekan lalu. Peralatan berat dan bantuan lambat tiba karena medan yang berbahaya dan kerusuhan suku di daerah terpencil. Hal ini memaksa militer untuk mengawal konvoi tim bantuan.

Warga menggunakan sekop dan tangan kosong untuk mencari korban yang selamat.
“Daerah longsor sangat tidak stabil. Ketika kami berada di sana, kami sering mendengar ledakan besar di tempat gunung itu berada, masih ada bebatuan dan puing-puing yang berjatuhan,” kata ketua komite bencana provinsi Enga, Sandis Tsaka.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Selasa bahwa enam jenazah telah ditemukan sejauh ini. Diperkirakan 7.849 orang harus segera diungsikan.

Papua Nugini sering mengalami tanah longsor dan bencana alam, namun ini adalah salah satu yang paling dahsyat dalam beberapa tahun terakhir.

BMKG Sumbar Akan Pasang 23 Titik Sistem Peringatan Dini Bencana Lahar Dingin

Bukittinggi – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan memasang

“Saat ini BMKG mengusulkan penguatan dan monitoring terkait peringatan dini bencana banjir dan longsor yang ada di sekitar Gunungapi Marapi,” kata kepala stasiun Geofisika Padang Panjang Suaidi Ahadi dalam keterangan resminya yang dikutip Minggu 26 Mei 2024.
Hal ini diusulkan sebagai rancangan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) yang dinilai efektif untuk potensi bencana banjir lahar hujan atau galodo berdasarkan pengalaman bencana serupa beberapa hari lalu.

Suaidi menyebut, model EWS yang sedang dirancang oleh tim BMKG adalah sistem peringatan dini berbasis komunitas. Konsepnya dalam pemasangan alat monitoring sungai dengan menggunakan radar.
Radar dapat memonitor tingkat ketinggian air sungai berdasarkan hasil pemantauan sungai di wilayah terdampak galodo yang memiliki jenis sungai intermitten.

Sungai intermitten merupakan sungai yang memiliki aliran air tergantung pada musim, jika pada musim penghujan airnya melimpah dan pada musim kemarau airnya kering. Sungai intermitten ini memiliki fluktuasi yang sangat ekstrem antara musim.
Adapun cara kerja sistem peringatan dini atau EWS akan mengkonfirmasi peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG dari cuaca dan getaran tanah (microtremor). Jika kemudian alarm EWS berbunyi, komunitas siaga bencana yang dimiliki oleh wali nagari di sekitar Gunungapi Marapi dapat langsung berkoordinasi untuk melakukan evakuasi mandiri.
“BMKG telah menghitung kebutuhan EWS untuk jenis ini sebanyak 23 titik untuk wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang yang mengelilingi luncuran sungai yang berhulu ke Gunung Api Marapi,” jelas Suaidi.
Harapannya, sambung Suaidi, jike ke-23 EWS sungai ini terpasang maka akan selamanya terbangun komunitas peringatan dini dan evakuasi dari nagari.

Ditargetkan, pemasangan unit early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini ini dapat dilaksanakan pada tahun ini.

Diberitakan sebelumnya, banjir bandang lahar dingin melanda wilayah Sumatera Barat pada Sabtu malam, 11 Mei 2024 malam.

Kejadian ini dipicu hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu Gunung Marapi. Empat kabupaten terdampak cukup parah akibat kejadian ini antara lain Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman.

More Articles ...