logo2

ugm-logo

7.046 Keluarga Terdampak Banjir Bandang Bolaang Mongondow Selatan

Jakarta: Banjir dan longsor melanda Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, pada 24 Juli 2020 dan 31 Juli 2020. Sebanyak 22.655 jiwa terdampak, terdiri dari 7.046 keluarga.
 
"Bencana ini menelan satu korban jiwa," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, melalui keterangan pers, Selasa, 4 Agustus 2020.
 
Raditya mengungkap, Pemkab Bolaang Mongondow Selatan menetapkan status tanggap darurat 14 hari akibat bencana tersebut. Status tanggap darurat berlaku dari 24 Juli hingga 6 Agustus 2020.


"Ini dilakukan untuk memudahkan akses penanganan darurat dalam merespons dua kejadian bencana di Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan," jelasnya.
 
Dia menerangkan, pada 24 Juli 2020 banjir merendam tujuh kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Sedangkan pada 31 Juli 2020, banjir kembali menggenangi dan merusak permukiman.
 
"Longsor terjadi di beberapa titik yang menyebabkan distribusi logistik bantuan terhambat," terangnya.
 
 
Pihaknya mengidentifikasi, sebanyak 64 rumah rusak berat dan 29 lainnya hanyut. Selain merusak permukiman, bencana banjir juga merusak beberapa jembatan, seperti jembatan Kombot Timur, Salongo 1, Salongo Besar, Bakida, Sinandaka dan Pakuku Jaya.
 
"Pemerintah daerah dan unsur-unsur terkait telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan respons darurat," ucapnya.
 
Dia menuturkan, bantuan berupa makanan siap saji, air bersih dan bahan makanan telah disarlukan ke warga terdampak. Sementara itu, sebanyak tiga kecamatan terisolasi sehingga pendistribusian bantuan dilakukan melalui jalur perairan.
 
"Ketiga kecamatan tersebut yakni Helumo, Tomini dan Posigadan. Adapun kebutuhan yang diperlukan warga terdampak, antara lain makanan siap saji, perlengkapan dapur, kasur/tikar, selimut, tenda pengungsi, serta paket sandang," bebernya.
 
Di samping itu, posko juga menurunkan ekskavator untuk membersihkan lumpur maupun material longsor pada ruas jalan penghubung antara Kabupaten Bolaang Mongondow dengan Bolaang Mongondow Selatan. Titik longsor terpantau di ruas Jalan Doloduo-Molibagu, Jalan Onggunoi-Pinolosian, Jalan Molibagu-Momalia longsor (desa Pinolantungan), Jalan Desa Tabilaa dan Jalan Molibagu (belakang kuburan Molibagu) dengan kondisi gorong-gorong ambruk sekitar 3 meter.
 
"Berdasarkan Analisis dan Prakiraan Hujan BMKG diprediksikan curah hujan di beberapa wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus hingga Oktober berkisar dari 201 mm - hingga 400 mm. Masyarakat diimbau waspada dan siap siaga mengantisipi banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang," ujarnya.
 

(LDS) 

Waspada Bencana Musim Kemarau, BPBD Sumedang Sudah Sangat Siap Bantu Warga

POTENSI BISNIS - Kepala BPBD Kabupaten Sumedang Ayi Rusmana menyebutkan pada musim kemarau ini, pihaknya coba mengupayakan untuk mengantisipasi terjadi kebakaran lahan dan kekurangan air bersih.

Begitupun seluruh wilayah kota/kabupaten di Jawa Barat mulai mengantisipasi kekeringan.

Menurutnya, berdasarkan kejadian tahun lalu memang terdapat beberapa titik di kecamatan hingga desa, yang perlu diantisipasi sebab memiliki kerawanan cukup tinggi.

Sebagaimana dilansir Potensi-Bisnis.com dari laman prfmnews.pikiran-rakyat.com "Meski Belum Terjadi Kekeringan, BPBD Sumedang Sudah Sangat Siap Bantu Warga Jika Terjadi Kekeringan". 

Untuk mengantisipasi bencana pada saat musim kemarau, pihaknya mengaku telah melakukan koordinasi lintas sektor. BPDB Sumedangsudah berkoordinasi dengan unsur kewilayahan di setiap kecamatan/desa, yaitu TNI, Polri, dan juga para relawan.

"Berdasarkan kejadian tahun lalu memang ada beberapa titik di kecamatan dan desa yang memang perlu diantisipasi karena memiliki kerawanan cukup tinggi baik itu terhadap risiko kebakaran ataupun kekurangan air bersih," kata Ayi, pada saat on air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Kamis 6 Agustus 2020.

Di Sumedang, kata Ayi ada 10 kecamatan di sana yang sangat rawan terjadi kekeringan atau kekurangan air bersih. Namun demikian biasanya hanya sebagian kecil di 10 titik kecamatan tersebut yang mengalami kekurangan air.

"Biasanya itu di kecamatan-kecamatan yang sumber airnya kalau musim kemarau itu sangat kurang kaya Ujung Jaya, Tomo beberapa titik, Jatigede, Darmaraja, Situraja, Sumedang kota utara dan selatan, termasuk juga Surian dan juga termasuk Cimanggung dan Jatinangor beberapa titik dan beberapa kecamatan yang berbatasan dengan hutan," paparnya.

Saat ini, kata Ayi, belum ada status darurat kekeringan di Kabupaten Sumedang.

"Meski belum ditetapkan status darurat, tapi tim kami sudah sangat siap siaga," imbuhnya.***

More Articles ...