logo2

ugm-logo

Banjir Rendam 1.000 Rumah Warga Sintang Kalbar

Warga menggunakan becak melintasi banjir di Jl Imam Bonjol, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (9/9). Banjir bandang juga terjadi di wilayah Solok Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SINTANG -- Sekitar seribu unit rumah warga di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, terendam banjir. "Kedalaman air dari sungai cukup tinggi, akibatnya sekitar 1.000 rumah warga terendam, bahkan air sudah mencapai atap ruko dan kios-kios pedagang pun tenggelam," kata Camat Serawai, Oktavianus Harsumpeda di Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (19/9).

Oktavianus mengatakan, untuk Desa Nanga Serawai, jumlah rumah yang terendam banjir mencapai 400 unit, Desa Batu Ketebung 320 rumah terendam. Sedangkan Desa Tanjung Raya sekitar 200 rumah terendam banjir.

Selain itu, sejumlah sekolah juga terendam banjir di antaranya SDN 2 Serawai, SDN 9 Batu Ketebung, SDN 10 Bedaha dan SMPN 6 Serawai. "Aktivitas belajar terhenti total," kata Oktavianus.

Menurut Oktavianus, sejauh ini belum bisa melaporkan kerugian material akibat banjir tersebut. Namun, saat ini kondisi air sudah surut sekitar 50 cm.

Sebelumnya, Stasiun BMKG Mempawah menyatakan analisis curah hujan pada dasarian I bulan September 2017 di Kalbar berada pada kategori rendah hingga sangat tinggi dengan curah hujan antara 10-300 mm dengan mayoritas curah hujan dalam kategori menengah. "Curah hujan pada dasarian I bulan September cenderung meningkat dibanding normalnya," kata Kepala Staklim BMKG Mempawah Wan Dayantolis.

Selain itu, menurut Wan Dayantolis, curah hujan pada bulan September 2017 dasarian II di Kalbar diprakirakan meningkat dibanding normalnya dengan curah hujan antara 50-200 mm. "Adapun suhu rata-rata diprakirakan akan berkisar antara 25.0 derajat Celsius hingga 27.0 derajat Celsius, dimana wilayah pesisir cenderung lebih hangat dibanding daerah hulu," ujar dia.

Dengan kondisi curah hujan yang diprakirakan akan meningkat pada dasarian II bulan September 2017 itu, masyarakat diimbau waspada terhadap potensi terjadinya banjir sebagai dampak yang ditimbulkan akibat tingginya potensi hujan di wilayah Kalbar.

400 Kali Gempa, Gunung Agung Harus Steril dari Masyarakat dan Wisatawan

DENPASAR, (PR).- Tercatat 400 kali gempa bumi mengguncang Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali. Beberapa kondisi vulkanik aktif lainnya membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merekomendasikan sterilisasi atau penghentian aktivitas masyarakat dan wisatawan di sana. Terutma pada radius 7,5 kilometer dari puncak Gunung Agung.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika, seperti dikutip dari Antara. "Belajar dari letusan tahun 1963, batu besar terlontar secara tiba-tiba dalam radius tersebut," kata Gede di pos pengamatan gunung Agung di Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Selasa 18 September 2017.

Rekomendasi pelebaran kawasan larangan aktivitas itu meliputi kawasan utara, selatan, barat daya, dan tenggara. Termasuk juga kawasan ibadah umat Hindu terbesar di Bali, Pura Besakih, yang ada di radius tersebut.  Di Desa Rendang dalam dua hari terakhir bahkan terjadi gempa 400 kali. “Rekomendasi itu didasarkan pantauan pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang yang telah mencatat gempa vulkanik lebih dari 400 kali dalam 24 jam terakhir," katanya.

Hingga Senin 18 September 2017 pukul 20.00 Wita, tercatat dua kali gempa Tremor Non-Harmonik dengan amplitudo 6 mm dan lama gempa 480 detik dan 18 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 2 mm hingga 10 mm dengan lama gempa 7 hingga 40 detik. Dari tanggal 14 September hingga 18 September 2017 pukul 20.00 Wita telah terjadi empat kali gempa yang berpusat di sekitar gunung dengan magnitudo Md 3.11 dan skala MMI II-III di Pos Pengamatan Gunung Agung di Rendang.

Beredar hoax

Pada Senin 18 September 2017 pukul 21.00 Wita, PVMBG menaikkan status aktivitas Gunung Agung dari waspada menjadi siaga atau level III terhitung. Gede Suantika mengatakan dinaikkannya status gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya. Akan tetapi, beredar banyak hoax bahwa gunung tersebut telah meletus di tengah kepanikan masyarakat.

"Gunung Agung belum meletus dan belum mengeluarkan hujan abu," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dihubungi Antara. Sutopo melanjutkan bahwa pantauan satelit Himawari dari BMKG juga menunjukkan bahwa belum terdeteksi adanya hujan abu di sekitar gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Hasil analisis satelit Aqua dan Terra dari Lapan menunjukkan adanya tiga "hotspot" kebakaran hutan dan lahan di sekitar Kubu Kabupaten Karangasem atau sebelah utara-timurlaut dari kawah Gunung Agung dalam 24 jam terakhir. "Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya informasi hujan abu dan foto-foto yang beredar di media sosial adalah tidak benar hujan abu dari aktivitas vulkanik Gunung Agung," tegas Sutopo.

Kemungkinan, lanjut dia, abu tersebut merupakan material abu dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sekitar gunung yang disucikan umat Hindu tersebut. Aktivitas gunung tertinggi di Bali itu terus dipantau intensif oleh PVMBG termasuk setiap informasi disampaikan kepada BNPB dan BPBD agar pemerintah terus mengambil langkah-langkah antisipasi.***

More Articles ...