Table Top Exercise and Communication in Disaster Medicine
UiTM Selayang Campus, Selangor Malaysia
1 – 6 Juli 2019
Pembaca sekalian, delegasi kami senang sekali dapat berbagi reportase harian mengenai kegiatan ini. Berawal dari pertemuan kami di Kongress WADEM Mei 2019 lalu di Brisbane, pada beberapa sesi presentasi tentang disaster health management, EMT, dan kurikulum bencana di Indonesia, kami bertemu dengan ketua Panitia TOPCOM 2019. Dari diskusi singkat itulah kemudian dr. Hendro Wartatmo, Sp.BDKBD, dr. Handoyo Pramusinto, Sp.BS(K), dr. Bella Donna, M.kes, dan Madelina Ariani, SKM, MPH diundang untuk menghadiri konferensi TOPCOM ini. Delegasi juga membawa tiga poster dan satu paper presentasi.
Sangat menarik ketika pertama kali membaca website TOPCOM ini, acara ini sudah berlangsung hingga tujuh kali dan dihadiri oleh praktisi, peneliti, dan pengajar yang memang berkecimpung di bidang pelatihan kebencanaan khususnya emergensi dan bencana. Silakan menyimak program lengkapnya pada https://www.topcommalaysia.com.
Silakan menyimak reportase harian dari delegasi kami:
Semua kebutuhan kami, dari tiket hingga akomodasi telah disiapkan oleh panitia TOPCOM sejak kami masih di Indonesia. Kemarin, saya dan dr. Bella berangkat terlebih dahulu, kami ingin mengikuti secara penuh kegiatan ini mulai dari pre konferens, seminar, dan simulasi hingga 6 juli mendatang.
Setibanya di Malaysia, siang menjelang sore kami sempatkan rekreasi sejenak ke wilayah pemerintahan Putra Jaya, kemudian rehat magrib di Bukti Ampang (semacam Bukit Bintang di Gunung Kidul, Yogyakarta), kemudian ke pusat kota, apalagi kalau bukan menyambangi Menara Kembar Petronas. Selepas itu baru kami ke homestay yang sudah disiapkan. Lebih tepatnya apartemen yang berada tepat di seberang rumah sakit Selayang.
Hari ini, ada banyak workshop yang diselenggarakan, yaitu 6 kelas. Kami memilih untuk masuk di kelas F tentang Tactical Medicine and Communication Risk. Acara setiap kelas tepat dimulai pukul 8.30 MYT, begitupun di kelas ini. Sesi pagi di isi oleh Supt Mat Shukor. Shukor menjelaskan tentang advanced tactical combat medicine disusul dengan drill. Sederhananya, materi ini mengajarkan bagaimana seorang relawan kesehatan harus memperhatikan keselamatan dirinya, bagaimana membuat dirinya selamat, dan bagaimana perlindungan diri dasar yang bisa dilakukan. Keilmuan ini memang berasal dari militer, tetapi bisa diterapkan oleh siapa saja untuk keselamatan dirinya saat sedang melaksanakan tugas kemanusiaan, terutama pada daerah konflik dan sulit. Di sesi drill, kami diajarkan banyak istilah dan gerakan perlindungan diri dari kepolisian dan tentara, kami juga diberi kesempatan untuk merasakan kegentingan saat mobil yang kami tumpangi saat menjadi relawan medis dicegat dan ditembaki oleh orang yang tidak dikenal, bagaimana keluar dari mobil dan berlari menjadi inti dari latihan ini.
Sesi siang, kami sempat mengikuti kelas Tuan Mohd Eirwan tentang Hazard Assessment dan PPE. Menarik, meski pembahasannya banyak mengenai penanganan dan studi kasus bom yang terjadi di Malaysia. Kemudian, kami berpisah, dr. Bella masuk ke kelas Datuk Dr. Alwi tentang Introduction to Mass Casuality Incident. Di kelas ini, diceritakan kemungkinan dan kejadian mass casuality yang pernah terjadi di Malaysia, bagaimana penanganan klinisnya juga. Sedangkan Madelina, melanjutkan kelas selanjutnya yakni kelas Roslan Ghani dan Arif Aizudeen tentang Communication Crisis Management dan Phonetic Alphabeth. Hingga pukul 17.00 MYT kami diajak untuk memahani proses komunikasi, bagaimana situasi komunikasi pada saat krisis melalui permainan dan praktek komunikasi.
Penulis menyadari bahwa komunikasi memang sangat penting dalam situasi krisis. Tekanan yang tinggi bisa memperburuk komunikasi dengan siapa saja. Penulis langsung teringat kejadian demi kejadian saat mendampingi dinas kesehatan dan puskesmas saat situasi bencana. Susah - susah gampang, gampang - gampang susah, kadang mudah kadang juga menjadi tantangan, tidak masalah asalkan tetap dapat kita kendalikan, kira - kira begitu. Jangan sampai dinkes dan puskesmas setempatmerasa diambil alih tugas dan tanggungjawabnya atau jangan sampai juga mereka terlena dengan bantuan dan tidak mandiri. Hal yang perlu digarisbawahi, komunikasi memilki peran yang penting, bagaimana komunikasi kita saat mendampingi tidak menggurui tetapi menjadi kesepakatan bersama untuk kebangkitan pasca bencana untuk daerah.
Demikian, esok masih ada workshop. Kami berencana mengikuti di kelas F dengan topik Psychosocial and Humanitarian Assistance. Sedangkan dr. Handoyo dan dr. Hendro akan mengikuti kelas Counter Terrorism and CBRNE.
Reportase oleh: Madelina Ariani (FK – KMK UGM).
Hari 2
Selasa, 2 Juli 2019
Pagi ini saya dan dr. Bella baru bertemu dengan dr. Handoyo dan dr. Hendro. Beliau baru tiba tadi malam dan menginap di salah satu hotel yang telah disiapkan oleh panitia, lebih jauh dari kami, kurang lebih 30 menit dari Fakultas Kedokteran UiTM.
Untuk kebutuhan pengembangan bahan ajar tentang dekontaminasi di rumah sakit, maka kami semua memilih kelas D dengan topik Counter Terrorism and CBRNE, sub topik Hospital Decontamination Demonstration. Lokasi demo di depan IGD Hospital Selayang. Tepat di sebelah kanan IGD, ruang dekontaminasi telah disiapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Ruangan ini sehari - hari terbuka mungkin bisa untuk parkir ambulans juga, tetapi sudah disiapkan pembatas plastik anti air, ada pipa - pipa air, dan shower juga.
Di sisi yang lain pemain simulasi dan pasien sudah siap. Para pemain berpakaian lengkap sesuai syarat penanganan pasien dekontaminasi. Ada dua pembelajaran yakni demonstrasi dekontaminasi pasien dengan ambulatory dan non ambulatory. Menarik untuk membandingkannya dengan RS - RS kita di Indonesia. Video rekaman sederhana demonstrasi tersebut Klik Disini
Kami kembali ke FK UiTM untuk menyimak demonstrasi dekontaminasi CBRNE. Menarik sekali menyimak SOP dan perlengkapan yang digunakan. Saya jadi teringat simulasi dengan skenario ledakan nuklir di BATAN Yogyakarta dua tahun lalu yang diselenggarakan oleh BATAN dan BPBD DIY. Peralatan dan SOP yang kita demonstrasikan juga sama. Namun, kembali kita harus mengingat evaluasi saat itu diantaranya bagaimana kita dapat menyiapkan lebih banyak peralatan dekontaminasi untuk ambulans, peralatan di rumah sakit rujukan, dan first responder jika skenario itu benar - benar terjadi.
dr. Hendro kemudian masuk ke kelas B tentang Principle of Damage Control. Damage control memang pertama kali berawal dari bidang militer angkatan laut, dimana kerusakan kapal yang terjadi di tengah laut segera dapat diperbaiki. Kemudian konsep ini diadopsi oleh kedokteran. Konsep yang disampaikan oleh Dr. Husham Abdel Rahman dari Qatar tentang damage control ini menurut dr. Hendro sudah dilakukan juga di Indonesia. Namun, memang kita perlu mencontoh untuk perkembangan pesat peralatan dan sistem yang mereka telah dibangun.
dr. Handoyo masuk ke kelas F tentang Psychological Impact and Strategies of Disaster Invention for Children and Adolescence. Teori yang disampaikan oleh Dr. Zaraiah Aiza menarik, tetapi mengingat bencana yang kerap terjadi di Indonesia maka konsep ini perlu ditambahkan dengan pendekatan masyarakat lokal, bagaimana penanganan psikososial yang diberikan oleh relawan dapat diteruskan oleh masyarakat setempat. Konsep ini juga harus memperhatikan situasi yang tidak terduga seperti anak yang kehilangan orang tuanya, atau saudara yang kehilangan saudaranya, karena kasus ini banyak kita dapatkan di kejadian bencana di Indonesia.
Selesai makan siang, kami masuk ke kelas F. Ada 3 materi yang kami simak yakni tentang Role of Humanitarian Medicine, Public Health Emergency, and Medical Logistic Challenges. Sangat menarik untuk lebih menggali peran kita dalam kemanusiaan, banyak yang harus diperhatikan oleh relawan kesehatan. Tidak hanya kebutuhan pribadi dan tim, tetapi juga hal -hal lain dari masyarakat yang akan ditolong, misalnya aspek sosial budaya. Berhubungan dengan materi selanjutnya tentang logistik. Ada 5 pilar yang harus kita perhatikan dalam melakukan logistic preparedness yakni koordinasi/ kerjasama, orang, SOP, stok, dan informasi. Di sesi terakhir, IFRC lebih menjelaskan tentang perbedaan istilah antara Public Health Emergency (PHE) dan Public Health in Emergency (PHiE). PHE lebih kepada penanganan wabah, sedangkan PHiE lebih kepada penanganan kasus-kasus kesehatan masyarakat pasca bencana.
Apa yang disampaikan selama ini telah dilakukan oleh tim bencana FK - KMK UGM jika bertugas, mulai dari penyiapan logistik dan tim, serta upaya Public Health in Emergency. Surveilans dalam bencana kami mulai sejak Gempa Jogja 2010, kemudian diperkuat pada pasca gempa bumi di Pidie Jaya Aceh 2016, berlanjut dengan bencana Lombok, Palu, dan Lampung Selatan. Masih banyak pekerjaan public health dalam emergensi yang harus kita kembangkan bersama.
Seluruh delegasi diundang untuk gala dinner malam mini di KL Tower. Seru sekali menikmati hidangan dan keindahan malam dengan view seluruh KL. Ya, seluruh KL karena resto ini mampu berputar 360 derajat. Kami berharap kerjasama ini akan dapat berlanjut ke depannya.
Reportase oleh: Madelina Ariani (FK – KMK UGM).
Hari 3
Rabu 3 Juli 2019
Sejak pukul 7 MYT dari homestay kami sudah terdengar sirine mobil bergantian menuju kampus UiTM. Bagaimana tidak, banyak pejabat negara Malaysia dan delegasi dari berbagai bangsa hadir pada pembukaan konferensi TOPCOM kali ini. Kami sendiri baru hadir sekitar pukul 8.30 MYT, LO langsung mengarahkan kami ke ruang auditorium Fakultas Kedokteran UiTM. Benar saja, auditorium sudah dipenuhi oleh para undangan, pejabat, dan pembicara. Banyak peserta diarahkan ke ruangan lain dan mengikuti seremonial pembukaan melalui siaran live TV.
Lagu Kebangsaan Malaysia diputar, seluruh peserta berdiri, dan bernyanyi dengan khidmat. Acara dilanjutkan dengan doa mengharap ridho Allah SWT untuk kelancaran dan keberkahan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk penanganan kebencanaan dan kemanusiaan ke depannya.
Datuk Dr. Mohamed Alwi bin Haji Abdul Rahman selaku Head of Departement and Consultant Emergency Physician, Hospital Selayang memberikan sambutannya. Dr. Alwi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa tidak hanya untuk terselenggaranya kegiatan ini tetapi juga pada dedikasi selama ini pada bidang disaster and emergency medicine baik dari Malaysia dan Negara - negara lain yang datang. Malaysia memang cukup aman dari bencana alam seperti gempa, tetapi tidak lepas dari ancaman banjir yang terjadi setiap tahun ataupun ancaman CBRNE. Untuk itu, kesiapsiagaan tetap harus dilakukan.
Sambutan berikutnya dari Datuk Wira Dr. Hj Bahari Bin Datuk Abu Mansor, Deputi Chairman Malaysian Red Cressent. Kemudian sambutan dari perwakilan Kementerian Kesehatan Malaysia. Pembukaan secara simbolis dilakukan dengan tanda tangan digital oleh Kementerian Kesehatan, diikuti oleh Dr. Alwi, Dr. Sakinah, dan Datuk Wira. Acara selanjutnya adalah “Jasamu Dikenang” atau pemberian penghargaan kepada orang - orang yang berjasa selama ini untuk upaya kemanusiaan, kebencanaan, dan emergensi di Malaysia. Penghargaan ini dberikan tidak saja untuk orang Malaysia tetapi juga orang - orang dari negara lain yang berjasa untuk Malaysia.
Ada demonstrasi penanganan bencana yang ditunjukkan oleh Malaysia hari ini. Selama kurang lebih satu jam simulasi penanganan kebakaran di sebuah perusaan cat. Badan Bomba dan Penyelamatan (Jika di Indonesia seperti Damkar dan SAR, termasuk tim HAZMAT) serta tim medis dari Hospital Selayang datang ke lokasi kejadian. Simulasi ini menunjukkan proses evakuasi, dekontaminasi, triage, penanganan korban, dan evakuasi medis udara menggunakan helikopter. Simulasi seperti ini sering dilakukan di Indonesia, terutama bencana alam. Namun, seperti yang saya sampaikan pada reportase hari kedua setelah menyaksikan demonstrasi dekontaminasi, kita memang harus memberi perhatian lebih untuk bencana kegagalan teknologi, nuklir, dan CBRNE, terutama untuk daerah - daerah yang banyak memiliki perusahaan kimia.
Kelas pleno dimulai tepat pukul 14.00 MYT. Dr Alwi membuka dan mempesilakan pembicara pertama presentasi dari Qatar. Judul presentasinya berjudul Crisis Surge Capacity and Mitigation Plan in Trauma. Menarik untuk memulai sesi pembelajaran siang ini dengan penjelasan mengenai surge capacity. Meminjam kata - kata bijak dari Sun Tzu, Jika kita mampu mengenali diri kita sendiri dan musuh kita maka kita tidak akan kalah dalam pertempuran. Surge capacity merupakan salah satu cara kita untuk mengenali diri kita sendiri. Sedangkan mengenali dan menghitung risiko ancaman adalah cara kita untuk mengenali musuh kita, tentu dalam hal kebencanaan. Presentasi berlanjut dengan contoh mengenai kesiapsiaagaan sektor kesehatan Qatar dalam menghadapi ancaman bencana dan emergensi.
Pembicara kedua dari Australia. Khusus membicarakan mengenai aeromedical, retrieval, and evacuation medicine. Tantangan geografi dan demografi Australia mengharuskan mereka untuk melakukan penanganan lebih yakni melakukan evakuasi dan layanan medis melalui udara. Tidak semudah dibayangkan, banyak tantangan yang harus dipertimbangkan, misalnya mengenai besarnya biaya logistik yang harus disiapkan, apakah tim terlatih, termasuk tantangan teknis dalam melakukan layanan kesehatan di dalam helikopter atau pesawat, getaran dan tekanan udara misalnya. Menarik untuk membaca lebih jauh sebuah penelitian yang membandingkan efektivitas rujukan pasien dengan pendamping atau didampingi oleh tim aeromedical saja.
Pembicara ketiga dari Amerika Serikat membawakan presentasi: what is an active shooter? Ya, ancaman penembakan terutama di negara dengan ancaman teror dan konflik yang tinggi perlu diberikan perhatian. Bagaimana kita siap untuk melakukan penanganan korban, termasuk manajemennya. Mulai dari pengetahuan tentang jenis dan model peluru/ senjata, bagaimana cara kerja dan dampak tembakannya terhadap tubuh, sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan penyelamatan.
Terakhir, tiba saatnya dr. Hendro presentasi tentang sharing experience in disaster management lesson learnt from Indonesia natural disaster. Segar dalam ingatan semua bencana yang pernah terjadi Indonesia, tidak hanya bencana alam tetapi juga krisis kesehatan seperti kurang gizi yang terjadi di Lombok 34 tahun kemudian terulang pada bencana Asmat 2017 lalu. Melalui semua peristiwa bencana besar yang pernah terjadi dimana Hendro terlibat memberikan pembelajaran tersendiri, terutama progress kemajuan manajemen bencana sektor kesehatan di Indonesia.
Reportase oleh: Madelina Ariani (FK – KMK UGM).
Hari 4
Kamis 4 Juli 2019
Masih sama seperti kemarin, TOPCOM 2019 pagi hingga siang diisi dengan pleno. Empat paparan menarik, pertama tentang Medical Preparedness in Radiological and Nuclear Incidence (USA), kedua tentang Mass Casualty Incident Management Blast Injury (Sri Lanka), ketiga tentang Management of Mechanical Ventilator in Pediatric Critical Care (USA), dan keempat tentang Psychology Fisrt Aid (USA).
Kasus - kasus konflik dan bencana alam yang pernah dialami oleh Sri Lanka menarik untuk diambil pelajarannya. Terutama mengenai kejadian bom atau peledakan yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja sehingga rumah sakit harus siap menerima dan melakukan penanganan korban. Tidak hanya itu, kegagalan nuklir dan bahaya radiasi juga perlu diberikan perhatian. Tidak hanya penting bagaimana cara penanganan pasien terkontaminasi radiasi tetapi juga bagaimana keamanan tim medis yang menolong, untuk itulah keamanan dan keselamatan petugas medis menjadi perhatian utama. Demikian resume dari dua materi pertama.
Selalu menarik membahas tentang kasus penanganan gangguan psikososial, terutama saat dan pasca bencana. Saya jadi teringat saat mendapat pelatihan tentang pendampingan psikososial, saya berpikir pendampingan psikososial mudah untuk dilakukan, kita hanya perlu menghibur. Ternyata tidak segampang itu. Banyak hal yang perlu diperhatikan seperti cara bertanya, memilih permainan, begitu juga dengan konteks sosial budaya masyarakat setempat. Namun, pertolongan pertama psikososial dapat dilakukan oleh siapa saja dan menjadi tanggung jawab saat berhadapan dengan korban.
Kegiatan table top exercise berlangsung satu jam sebelum makan siang. Dimulai dengan sedikit materi tentang ICS. Tiba - tiba datang korban dan kemudian tim penyelamat. Menyaksikan tim penyelamat dan medis melakukan pertolongan, seluruh peserta menjadi observer. Debriefing kemudian ditanyai mengenai what went well dan wrong nya. Salah satu yang jelas terlihat adalah, semua orang ingin melakukan penyelamatan korban. Namun, seharusnya juga memperhatikan prosedur medis dan regulasi, serta keselamatan diri sendiri.
Setelah makan siang, table top exercise berpindah ke ruang skills lab di lantai 2. Di lokasi ini sudah disiapkan 10 meja dan nama - nama kelompok. Table top excercise kali ini diinstrukturi oleh dr. Via dari USA dan tim, serta difasilitatori oleh pembicara dari berbagai negara lainnya. Sedangkan kami ditugaskan menjadi observer.
Table top exercise dilakukan dua kali. Tujuannya untuk memberikan pemahaman mendalam tentang ICS, gaya kepemimpinan, dan komunikasi dengan dua kasus yang berbeda. Mengobservasi table top exercise ini menyadarkan saya bahwa kegiatan seperti ini pun sudah sering kami lakukan saat pelatihan rumah sakit, dinkes, dan puskesmas disaster plan, bahkan untuk praktek logistik medis bencana untuk mahasiswa kedokteran. Sebelum berangkat untuk kegiatan ini, tim kami melakukan pelatihan dinkes disaster plan dan dilanjutkan dengan simulasi aktivasi klaster kesehatan. Banyak pembelajaran dari metode pengembangan skenario kasus, model fasilitasi, dan debriefing yang dapat diambil untuk pelatihan bencana sekembalinya kami nanti ke Indonesia.
Reportase oleh: Madelina Ariani (FK – KMK UGM).
Hari 5
Your text...
Hari 6
Your text...
Video
Dekontaminasi pasien ambulatory (pasien dapat berjalan)
Dekontaminasi pasien non ambulatory (pasien tidak dapat berjalan)
Reportase
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia
18-19 Juni 2019
PKMK – Bogor. PembukaanPertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesiaatau PIT IABI diawali dengan laporan ketua panitia,Lilik Kurniawan ST.MSi (Sekretaris IABI) yang melaporkan sejarah perjalanan IABI dimulai dari PIT 1 dengan deklarasi pembentukan IABI, dilanjutkan PIT IABI ke - 2 di UGM, berturut - turut selanjutnya di Bandung, Jakarta, Padang dan terakhir di Bogor ini. Selanjutnya, Bupati Bogor dalam pidatonya menyampaikan bahwa kepedulian pemkab Bogor terhadap bencana ini sangat besar. Hampir setiap tahun bencana alam terjadi di wilayah Bogor dan sekitarnya, bupati mempunyai target dalam 5 tahun kedepan harus terbentuk minimal 200 desa siaga bencana di wilayah Bogor.
Sambutan selanjutnya dari Menteri Pertahanan yang sedianya hadir, namun diwakili oleh staf dari Kementrian PertahananyaituBondan Tiara. Bondanmengajak untuk insan bencana untuk terus aktif mengembangkan peran dan fungsinya masing - masing dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Kepala BNPB Letjen TNI Dony Monardo, menyampaikan program ke depan BNPB dengan roadmap yang kontinu. Semua tahapan bencana harus diisi dengan program sehingga jumlah korban bisa diminimalkan. Dony juga menekankan juga bahwa TNI mempunyai tugas yang menjadi tumpuan dalam penanggulanan bencana di Indonesia bersama para relawan. Kemudian, perlu juga dilakukan upaya mendorong para peneliti untuk meningkatkan penelitian – penelitian dengan topik bencana. Bencana boleh terjadi tetapi tidak boleh ada korban (korban dapat diminimalisir). Pembukaan diakhiri denganmemukul kentongan bersama.
Foto : Pembukaan oleh Ketua BNPN Letjen Dony Monarno
Acara selanjutnya Keynote Speecholeh Prof Syamsul Maarif dengan tema "Inovasi Sosial Dan Teknologi Kebencanaan Menuju Revolusi 4.0”. Beberapa poin yang disampaikan Syamsul antara lain:
Kehidupan back to nature
Bangunan tidak boleh merusak alam
Untuk lembaga pemerintah : program penanggulangan bencana harus tetap sustainable, dimana ini berarti program berkesinambungan tidak terpengaruh oleh pergantian pejabat
Mengutamakan setiap event ilmiah harus melahirkan naskah akademik
Acuan bencana tidak hanya 1wilayah, perlu dilakukan pendekatan sinergi antar lembaga serta ahli
Mengembangkan banyak penelitian tentangkebencanaan
Keynote Speaker: Prof Syamsul Maarif
Upacara pembukaan diakhiri dengan penanaman pohon dan pembukaan pameran kebencanaan IABI di Gedung INA DRTG BNPB.
Rangkaian kegiatan PIT IABI adalah :
Diskusi panel di Gedung UNHAN dengan paparan makalah terpilih
Pameran Expo kebencanaan dan Ignite stage
Lomba Tematik Inovasi Kebencanaan
Seminar Internasional
Special session dengan topik :
Keagamaan
Pendidikan Kebencanaan
Lesson learn kejadian bencana NTB, Sulteng dan Selat Sunda
IABI ASEAN
e.Disaster cdifferent point of view
Pemutaran film dan diskusi
Oral presentation
Gala dinner yang diisi dengan ramah tamah anggota IABI dan peserta PIT
Seluruh acara tersebut berlangsung selama 2 hari yang diselenggarakan bersama di Gedung INARDTG dan Kampus Universitas Pertahanan. AgendaIlmiah selanjutnya yaitu diskusi panel, seminar internasional dan sesiparalel untuk presentasi makalah ilmiah.Demikian laporan singkat pelaksanaan PIT IABI yang diselenggarakan di Kawasan BNPB dan Universitas Pertahanan di Sentul Bogor.
Reporter: Sutono
Reportase
Bimbingan Teknis Hospital Disaster Plan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung
Lampung, 2 - 3 Mei 2019
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah salah satu rumah sakit yang terkena dampak tsunami 22 Desember 2018, tsunami yang disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menghantam pesisir Banten dan Lampung, Indonesia. Tidak hanya itu, kejadian gawat darurat sehari - hari, krisis kesehatan, dan bencana lainnya juga akan berdampak pada RSUD Dr. H Abdul Moeloek karena merupakan rumah sakit rujukan provinsi dari 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Hal ini mendasari kebutuhan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk mempersiapkan Hospital Disaster Plan (HDP)-nya.
Workshop bertujuan untuk menyusun dokumen HDP, menilai kebutuhan rumah sakit dalam penanggulangan bencana, review HDP rumah sakit, dan memberikan masukan untuk perbaikan HDP. Sasaran workshop sebanyak 85 orang peserta. Dua tugas rumah sakit adalah dukungan hal teknis dan manajerial. Rumah sakit ini merupakan rujukan tertinggi dari 15 rumah sakit, hal ini menjadi alasan kuat untuk menyusun HDP. Peserta diharapkan dapat memahami teknis dokumen dan melakukan review dokumen HDP. Kepada narasumber, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang komponen HDP sehingga RS siap jika terjadi bencana.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Pembukaan dan Pengarahan”
Materi 1. Konsep Rumah Sakit Aman Bencana (Safe Hospital)
Materi ini disampaikan oleh Pusat Krisi Kemenkes, Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam, non alam maupun sosial. Potensi bencana adalah banjir, gempa dan tsunami. Paradigma manajemen bencana bahwa terdapat 3 fase dalam manajemen bencana yaitu pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015 - 2030 ada perubahan paradigma dari tanggap darurat ke pengurangan bencana. Prinsipnya untuk mengurangi risiko bahaya maka harus meningkatkan kapasitas. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian bidang kesehatan akibat bencana. permasalahan kapasitas ada di pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Solusi permasalahan kapasitas tersebut adalah koordinasi dan kolaborasi.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Konsep RS Aman Bencana”
Materi 2. Komponen HDP dalam Akreditasi SNARS oleh dr Bella Donna, MPH
Standar manajemen rumah sakit terkait kebencanaan ada dalam manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK). Elemen penilaian I adalah rumah sakit mempunyai regulasi manajemen bencana yang meliputi butir 1 - 8. Butir (1) elemen Penilaian MFK 6 rumah sakit menentukan jenis bencana yang mungkin terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman dan kejadian. Ada skenario bencana di rumah sakit dan disesuaikan dengan skenario di daerah. Butir (2) rumah sakit menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien bila terjadi bencana, melibatkan seluruh tim dan organisasi tiap bidang. Butir (3) menentukan peran rumah sakit dalam kejadian bencana, rumah sakit menyiapkan rencana keseluruhan terhadap bencana misalnya all hazard dan SOP. Butir (4) rumah sakit menentukan strategi komunikasi, ada daftar kontak, data petugas dan alat komunikasi. Butir (5) rumah sakit mengelola sumber daya termasuk sumber - sumber alternatif, ini mulai dari menyiapkan tim, manajemen tim HDP, EMT dan manajemen relawan. Butir (6) rumah sakit mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif seperti ruang pos komando, fasilitas triase, ruang media, dan jalur evakuasi. Butir (7) mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian. Butir (8) proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab staf dan RS untuk tetap menyediakan pelayanan pasien.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Komponen HDP dalam Akreditasi SNARS”
Materi 3. Overview Hospital Disaster Plan
Materi disampaikan oleh dr. Handoyo Pramusinto, SpB, pemateri membagikan skenario penanganan erupsiMerapi Jogja 2006. Pelayanan sehari - hari adalah tulang punggung pelayanan kesehatan artinya ketika bencana terjadi jangan mengabaikan pelayanan kesehatan sehari - hari. Kemudian memaparkan skenario Hurricance Sandy di New York. RSUD Abdul Moelek memiliki 720 tempat tidur, artinya saat simulasi bencana dibutuhkan sekitar 50 pasien terlibat dalam proses simulasi. Manajemen sehari - hari di rumah sakit berbeda dengan manajemen ketika terjadi bencana. Hospital By Law untuk situasi sehari - hari, Hospital Disaster Plan untuk situasi bencana.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Overview HDP”
Materi 4. Pengorganisasian dan Teknis Medis (Triase, Treatment and Transport)
Materi ini disampaikan oleh dr. Handoyo Pramusinto, Sp.B. Incident command system dimulai dari komando, sekretariat, keselamatan & keamanan, operasional, perencanaan, logistik, dan admin/keuangan. Konsep pengorganisasian harus sederhana dan jelas artinya dapat dimobilisasi dalam waktu yang singkat. Incident command system dimulai dari komandan penanggulangan bencana, sekretariat, keselamatan & logistik, perencanaan, keuangan dan operasional. Struktur organisasi tersebut harus disusun dengan uraian tugas yang jelas. Misalnya komandan bencana bertugas untuk mengorganisasikan dan memimpin secara keseluruhan saat kejadian, memberikan arahan operasional dan jika dibutuhkan memimpin evakuasi. Bagian operasional bertugas menyusun dan mengarahkan semua aspek yang terkait dengan bagian operasional serta mengembalikan kondisi operasional jika kondisi sudah membaik.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Pengorganisasian”
Diskusi :
Direktur RS, dimana porsi penugasan penanggulangan bencana antara pusat dan daerah, kapan kita bisa meminta bantuan ke pusat krisis ini? Kemudian tentang PSC itu bagaimana. Harapannya narasumber bisa menyampaikan output apa yang bida didapatkan dari pelatihan ini dan harapannya peserta bisa mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Koordinasi antar BPBD pada saat prabencana.
Pemerintah daerah dan pemerintah sama - sama bergerak sesuai dengan wilayahnya masing - masing dan sesuai dengan regulasi. Misalnya kab/kota bertanggung jawab mengurangi risiko sesuai dengan wilayahnya misalnya early warning system. Pada tanggap darurat yang memimpin klaster kesehatan adalah dinas kesehatan, Kemenkes hanya sebagai pendamping. Kecuali jika bencana menjadi tingkat nasional maka diambil alih oleh Kemenkes. Kriteria bencana tingkat nasional ditentukan oleh pemerintah daerah.
PSC ada Permenkes, diharapkan setiap kab/kota memiliki PSC. Beberapa provinsi sudah mempunyai PSC.
Pada pra bencana, klaster kesehatan dan BPBD sudah berkoordinasi secara rutin dan menyusun renkon bersama. BPBD yang menginisiasi koordinasi tersebut, dinkes bisa menginisiasi untuk penyusunan renkon kesehatan dan akan dilampirkan di renkon BPBD
Tim penanggulangan bencana sudah lama dibentuk namun sekarang kurang diarahkan. Soal pembiayaan, kalau dalam tingkat RS pembiayaannya dari mana, dan adakah asuransi untuk TRC?
Pembiayaan dari dana siap pakai (DSP), berkoordinaasi dengan BPBD dan BNPB untuk pencairannya. Asuransi TRC belum ada. Tapi daerah atau RS bisa membuat asuransi.
Berkaca dari pengalaman erupsi Merapi, jumlah pasien yang ditangani sangat besar sementara jumlah bed terbatas. Bagaimana kebijakan yang diambil oleh pejabatnya untuk menangani kondisi tersebut?. Kemudian tentang dokter spesialis, bagaimana regulasi dokter bisa masuk dan bagaimana cara mengaturnya?
Pusat krisis menverifikasi. Kemudian bisa meminta STR.
Sebaiknya simulasi dilakukan tiap berapa lama dalam setahun?
Acuannya sekali 6 bulan sekali. Jangan beranggapan kalau simulasi itu harus dilakukan besar - besaran (parsial).
Dalam HDP kita ada tidak sistem organisasi dengan BPBD?
Dalam HDP perlu disebut koordinasinya, sebelum bencana juga dibentuk forum komunikasi untuk mengatur pertemuan reguler. Termasuk dalam simuasi dan pelatihan bisa bekerja sama dengan BPBD.
Hari 2
Materi 5: Sistem Informasi/Komunikasi dan Manajemen Relawan
Relawan wajib mentaati peraturan dan menjunjung tinggi asas, prinsip dan panca darma. Relawan berhak memperoleh pengakuan dan tanda pengenal. Peran relawan dalam penanggulangan bencana dimulai dari pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Sebelum tanggap darurat selesai rumah sakit sudah bisa menyusun laporan untuk pencairan Dana Siap Pakai, karena jika masa tanggap darurat selesasi maka dana tersebut tidak bisa dikaim lagi. Kita tidak perlu menyediakan untuk relawan atau perlengkapan yang lainnya, relawan yang datang harus siap untuk bekerja, tidak boleh sesukanya. Klaster kesehatan berhak mengatakan dan memulangkan relawan jika memang di lapangan sudah tidak dibutuhkan relawan.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Sistem Informasi/Komunikasi dan Manajemen Relawan
Materi 6. Analisis Risiko, Hospital Safety Index
Materi disampaikan oleh Madelina Ariani, SKM, MPH. Hospital Safety Index (HSI) terdiri dari 4 modul, modul pertama membantu mengukur bencana, kerentanan apa yang dihadapi rumah sakit. Kemudian pemateri mengajak peserta bersama - sama mengisi HSI.
Peserta menyampaikan bahwa manajemen komunikasi dan informasi kedaruratan, komunikasi risiko untuk pasien sudah ada misalnya jalur evakuasi sampai ke titik kumpulyang jumlahnya 3. Pengaturan SOP tentang pengaturan informasi juga belum ada dalam situasi bencana. Humas memberikan peringatan jika terjadi bencana melalui sirene gedung dan melalui handphone, jadi masih dikategorikan belum ada SOP - nya. Kapasitas ketersediaan SDM dalam situasi bencana masih kurang dan belum ada protap terkait tugas dan fungsinya. Dalam logistik dan keuangan belum ada persetujuan dengan supplier lokal untuk kegawatan dan bencana. Tersedia 6 ambulans dan 8 mobil jenazah. Selama ini ambulans dan mobil jenazah mencukupi. Gizi menyediakan bahan kering saat bencana, memanfaatkan orang ketiga untuk membantu saat bencana terjadi. Perluasan ruangan dilakukan secara spontan saat bencana, pra bencana belum dipersiapkan. Layanan psikososial bekerja sama dengan rumah sakit jiwa namun belum ada SOP - nya. Prosedur evakuasi saat bencana ada tetapi APD dan dokumentasi belum memenuhi syarat SNARS. APD juga masih sangat terbatas.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Diskusi dan penugasan penyusunan dokumen HDP”
Presentasi kelompok
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Presentasi Kelompok”
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk penugasan menyusun SOP. Satu kelompok menyusun 3 - 4 SOP berdasarkan kesepakatan peserta. Beberapa rencana SOP yang akan dilampirkan dalam dokumen HDP adalah SOP penanganan jenazah tanpa identitas, SOP pengadaan obat alkes, SOP pengaktifan dana bencana, SOP publikasi informasi dan sebagainya. Seluruh SOP yang disusun sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Penyusunan Peta Respon
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyusunan Peta Respon”
Peserta yang disepakati bertugas sebagai liason dan bagian fasilitas mewakili untuk menyusun peta respon. Mereka menyusun penempatan relawan sesuai dengan fungsi fasilitas saat terjadi bencana. Fasilitator membuat skenario relawan datang dan siap untuk ditugaskan di rumah sakit. Liason yang bertugas akan menempatkan relawan tersebut dengan melihat peta respon yang sudah dibuat.
Penutup
Demikian laporan kegiatan Penyusunan Hospital Disaster Plan (HDP) RSUD Abdul Moeloek Lampung. Pelatihan ini bermanfaat bagi rumah sakit untuk me - review dan update HDP yang sudah ada. Beberapa perbaikan dalam HDP untuk selanjutnya dilengkapi oleh rumah sakit. HDP ini menjadi dokumen penting untuk peningkatan kapasitas sumber daya RSUD Abdul Moeloek dalam penanggulangan becana di rumah sakit. Pokja Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM akan terus mendampingi rumah sakit dalam penyelesaian dokumen HDP RSUD Abdul Moeloek.
Reportase : Happy R Pangaribuan
Reportase
Seminar Kedaruratan Medis dan Manajemen Klaster Kesehatan
Palu, 25 April 2019
Disusun oleh : Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM bekerjasama dengan KAGAMA Dok. FK - KMK UGM dan Caritas Germany
Sejak 4 Oktober 2018, FK - KMK UGM sudah tiba di Palu dan memberikan bantuan baik dalam bentuk dukungan medis di rumah sakit, puskemas, dan di pengungsian, serta dukungan manajemen di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Pada kunjungan Dekanat FK - KMK UGM dan Kagama Dok. Pada awal November 2018 Palu juga menyempatkan kunjungan ke RS Undata, dinas kesehatan, puskesmas, Universitas Tadulako, serta pengungsian. Dalam kunjungan tersebut disampaikan rencana perbantuan selanjutnya untuk RS Undata, dan sistem kesehatan memasuki masa pemulihan ke depannya. Memasuki masa pemulihan pasca bencana Sulawesi Tengah, maka FK - KMK UGM, Kagama Dok, dan Caritas Germany memberikan bantuan dan pendampingan penguatan kapasitas daerah dalam penanganan bencana. Bantuan yang diberikan berupa peralatan bedah syaraf untuk rumah sakit, update pengetahuan melalui seminar, serta pendampingan sistem penanggulangan bencana untuk rumah sakit dan dinas kesehatan.
PELAKSANAAN
Kegiatan seminar dilakukan bersamaan dengan sosialisasi program pendampingan rutin dalam menguatkan sistem manajemen dan kapasitas SDM kesehatan pasca bencana Sulawesi Tengah oleh Divisi Manajemen Bencana Kesehatan bekerja sama dengan Caritas Germany. KAGAMA Dok memberikan penyerahan bantuan alat bedah syaraf secara simbolis kemudian dilanjutkan penyampaian materi terkait update evaluasi penanganan bencana dan kedaruratan medis. Kemudian terakhir sosialasi dan sinkronisasi program pendampingan rutin dalam menguatkan sistem manajemen dan kapasitas SDM kesehatan pasca bencana Sulawesi Tengah.
Simbolis Penyerahan Bantuan Alat Kesehatan Bedah Syaraf
Alat kesehatan diserahkan oleh perwakilan dari KAGAMA Dok FK - KMK. Bantuan alat kesehatan yang akan diberikan adalah alat bedah yang dapat digunakan ketika bencana terjadi. Bantuan diberikan kepada RSUD Undata, dimana alat tersebut juga bisa digunakan oleh rumah sakit lainnya jika terjadi bencana.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Simbolis Penyerahan Bantuan Alat Kesehatan”
Penyampaian Materi Seminar Kedaruratan
Materi 1. Evaluasi dan Update Penanganan Bencana Sulawesi Tengah disampaikan oleh BPBD Kabupaten Donggala. Pemateri memaparkan gambaran wilayah yang terkena gempa. Jumlah korban jiwa akibat gempa sekitar 4402 orang terdiri dari korban meninggal dunia 2685 orang, korban hilang 701 orang dan dikubur massal 1.016 orang. Jumlah rumah masyarakat yang mengalami kerusakan berat, sedang dan ringan sekitar 100.405 unit. Sebanyak 639 unit hunian sementara yang sudah dibangun. Beberapa hunian sementara dibantu oleh relawan dari berbagai organisasi. Kendala adalah banyak penolakan dari masyarakat yang tinggal di lokasi patahan untuk direlokasi.
Materi 2. Evaluasi dan Update Penanganan Bencana Sulteng Sektor Kesehatan disampaikan oleh Kepala Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. Pelayanan kesehatan di tingkat primer dan rujukan serta sistem rujukan sudah kembali aktif seperti semula. Pelayanan kesehatan yang sudah berjalan adalah pengaktifan Posyandu, KIE bersama AYAH ASI, pelayanan mobile, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan adalah lokakarya perencanaan penanggulangan bencana bagi petugas puskesmas dan pendampingan persiapan akreditasi penyusunan standarisasi loket dan rekam medik. Beberapa workshop yang sudah dilakukan adalah tatalaksana klinis kasus kekerasan seksual pada situasi krisis kesehatan, konseling HIV & AIDS dan skrining pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita. Dinkes provinsi sudah membuat rencana aksi penanggulangan bencana.
Materi 3. Evaluasi layanan kesehatan oleh rumah sakit selama bencana disampaikan oleh Direktur RSUD Undata Palu. Pemateri menunjukkan beberapa gambar wilayah sekitar Undata yang terkena gempa. Realita pelayanan saat bencana adalah dalam hitungan jam, pasien/korban berdatangan dari luar rumah sakit. Kepanikan yang luar biasa terjadi, beberapa pasien juga dievakuasi ke halaman rumah sakit, beberapa tenaga kesehatan juga menjadi korban. Rumah sakit menggunakan genset sebagai aliran listrik dan ini memakan biaya yang banyak. Korban meninggal terus berdatangan dan dibantu oleh panglima TNI. Beberapa pasien tidak mau dirawat dalam ruangan karena takut dan trauma sehingga mereka lebih memilih dirawat di halaman dan di tenda. Banyak jenazah yang lama selesai permasalahannya dan akhirnya panglima TNI turun tangan. Pasien yang tidak dapat ditangani di rujuk ke RS Wahidin Makasar.
Dok. PKMK FK -KMK UGM “Penyampaian Materi Evaluasi Layanan oleh Rumah Sakit selama Bencana”
Manajemen 4. Klaster Kesehatan saat Bencana disampaikan oleh dr. Bella Donna dari PKMK FK - KMK UGM. BPBD memiliki 8 klaster dan salah satunya adalah klaster kesehatan. Bencana terjadi tentu berdampak pada kesehatan dimana beban layanan melebihi kapasitas. Ketika bencana terjadi, Emergency Medical Team (EMT) akan membantu pelayanan kesehatan. Dinas kesehatan akan membentuk klaster kesehatan dimana semua komando terkait pelayanan kesehatan berpusat dalam klaster kesehatan. Dalam klaster kesehatan terdapat alert yang berfungsi dalam pengumpulan informasi, pihak mana bisa menyampaikan apa yang harus dilakukan. Rumah sakit juga berhak mengirimkan laporan ke klaster kesehatan.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Klaster Kesehatan saat Bencana”
Materi 5. Kedaruratan medis saat bencana dipaparkan oleh dr. Handoyo Pramusinto, Sp.B dari PKMK FK - KMK UGM. Mengacu pada SDG’s 2030, bencana akan berdampak pada kemiskinan, kelaparan dan kerusakan lingkungan. Perbaikan manajemen penanggulangan bencana harus bersama – sama dikerjakan semua pihak. Kedaruratan medis saat bencana, clinical medicine bersifat klinis dan public health bersifat tenaga - tenaga kesehatan yang bekerja di luar klinis. Medical emergency case fisik terbagi menjadi traumatik dan non traumatik.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Kedaruratan Medis saat Bencana”
Materi 6. Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana dipaparkan oleh Sutono S.Kep, M.Kep dari PKMK FK - KMK UGM. Indonesia merupakan negara yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami bencana. Tenaga keperawatan bekerja di rumah sakit menempati proporsi terbesar yaitu 48,36%. Tenaga keperawatan bekerja di puskesmas sebesar 34%, sementara puskesmas lebih dekat dengan masyarakat. Tujuan keperawatan bencana adalah masyarakat siap menghadapai bencana dengan meningkatkan resilience dan mengurangi morbiditas serta mortalitas. Kompetensi perawat bencana menurut International Council of Nurse (ICN) dibutuhkan pada setiap siklus manajemen bencana dari kegiatan mitigasi, preparedness, relief, pemulihan dan rehabilitasi.
Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana”
Sesi Diskusi :
BPBD Donggala : terkait pra bencana, wilayah kami terpecah dua. Pengalaman kami ketika bencana pertama terjadi di Kabupaten Donggala, jika ada yang membutuhkan pertolongan rumah sakit untuk dirujuk dan lokasinya sangat jauh. Sekarang Donggala sedang membangun rumah sakit dimana posisinya ada di tengah Donggala, dan ini membutuhkan dukungan dari dinkes. Kemudian kita juga butuh satu manajemen/prosedur tetap (protap) bencana, selanjutnya perlu diadakan simulasi bukan hanya di rumah sakit dan di puskesmas - puskesmas juga perlu.
Dinkes provinsi : Koordinasi ini sangat sulit dilakukan, sering sekali undangan hadir jika ditanda tangani oleh Gubernur. RS rujukan di pantai barat itu adalah rumah sakit pratama, jadi sekarang masih repot pengurusan untuk naik kelas. Kalau mau naik kelas harus akreditasi dulu. Kemudian yang sulit itu pengadaan dokter spesialis. Sarannya dokter - dokter umum disekolahkan untuk mengambil spesialis supaya tidak pindah - pindah. Mengenai protap sekarang lagi dalam penyusunan, mulai dari protap pra bencana, bencana dan pasca bencana. Kita sudah menyusun bentuk laporan singkat, padat dan mudah dimengerti. Simulasi sudah dibuat pelatihan kota Palu kemudian Donggala, sayangnya Donggala begitu tahap ketiga terjadi bencana. Kegiatan simulasi di Donggala akan dilanjut 2019.
Dimana link koordinasi klaster ini? Pertanyaan kedua, begitu banyak jenazah tapi dimana penguatannya sehingga kami dari kesehatan tidak perlu mengurus lagi. Selanjutnya terkait dengan relawan, semua relawan mau bekerja namun bingung mau mengerjakan apa. Misalnya ada relawan ahli bedah sementara di rumah sakit tidak lengkap peralatan bedahnya.
Kondisi pengalaman kami di Undata, perawat kurang lebih 450 orang dan yang tinggal pada saat bencana hanya yang dinas sore saja. Bagaimana pengelolaan SDM perawat di RS?
Pelayanan sehari hari tetap harus dilakukan. Seperti yang disampaikan tadi, tugas dan fungsi perawat ini sudah ada dalam SOP sehingga mereka memahami apa yang menjadi tanggung jawab mereka. Jika kekurangan SDM rumah sakit bisa melaporkan ke klaster kesehatan supaya ada beberapa relawan di tugaskan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. SOP terkait relawan juga perlu disiapkan.
Bagaimana menangani triase ini supaya pelayanan di lapangan tidak lambat?
Menyiapkan triase ini harus berkoordinasi dengan BPBD, SARS, PMI dan organisasi terkait. Triase juga bisa dilakukan di depan rumah sakit tidak harus di IGD.
Sosialisasi Program Penguatan Sistem Manajemen dan Kapasitas SDM Kesehatan Pasca Bencana Sulawesi Tengah
Sosialisasi program dipaparkan oleh Madelina Ariani, SKM, MPH dari PKMK FK - KMK UGM. Program bertujuan untuk penguatan kapasistas sistem dan sumber daya kesehatan dalam manajemen bencana. Penyelenggara program adalah Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM bekerja sama dengan Caritas Germany dimana pendampingan dilakukan selama satu tahun. Sasaran program adalah Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Dinkes Kabupaten Sigi, RSUD Tora Bello dan Puskesmas Marawola.
Secara keseluruhan, bentuk kegiatan yang direncanakan sesuai dan sinkron dengan kebijakan rencana aksi penanggulangan bencana oleh Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. Bentuk kegiatan ada yaitu (1) aktivitas di dinkes terdiri dari dinkes disaster plan, dan pelatihan pengaktifan klaster kesehatan. (2) aktivitas di rumah sakit terdiri dari HDP dan sistem rujukan, pendampingan sosialisasi HDP. (3) aktivitas di puskesmas terdiri dari puskesmas disaster plan, finalisasi, sosialisasi refreshing training first aid, dan pelatihan basic first aid.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Sosialisasi Program Penguatan sistem manajemen dan kapasitas SDM kesehatan pasca bencana Sulawesi Tengah”
Diskusi
RS TNI Wirabuana : saran kami adalah jika ada terjadi bencana lagi supaya sistem komando dikuatkan. Sosialisasikan sistem klaster dan kita mengembangkan rumah sakit untuk menunjuk seorang manajerial yang bisa memberikan laporan ke klaster kesehatan.
Dinkes Kab. Sigi : hasil diskusi dengan petugas format yang ada berbeda dengan yang biasa mereka lakukan. Kalau bisa formatnya disamakan.
Pembuatan Peta Respon
Skenario pembuatan peta respon menggunakan peta Kabupaten Donggala. Praktek pembuatan peta respon peserta dari Donggala. Peserta membuat titik - titik tempat pelayanan kesehatan dala peta respon. Fasilitator mengajak peserta lain untuk membuat skenario relawan datang dan siap untuk ditugaskan. Misalnya dari RS Sardjito mengirimkan dokter spesialis 2 orang, dokter umum 2 orang dan perawat 4 orang. Maka liason yang bertugas akan menempatkan relawan tersebut dengan melihat peta respon yang sudah dibuat. Peta respon akan memudahkan klaster kesehatan untuk mengaturpenampatan relawan di posko kesehatan dan untuk melihat perkembangan keluar masuknya relawan.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pembuatan Peta Respon”
Penutup
Demikian laporan kegiatan seminar kedaruratan medis dan manajemen klaster kesehatan. Secara keseluruhan, seminar berlangsung dengan baik dan peserta antusias ikut andil dalam seminar. Seminar ini menjadi suatu bentuk proses kerja sama PKMK FK - KMK UGM dengan pemerintah daerah dan sektor kesehatan Sulawesi Tengah untuk mendukung keberlangsungan dan keberlanjutan program penguatan kapasitas daerah Sulawesi Tengah dalam penanganan bencana pada sektor kesehatan. Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM bersama dengan Caritas Germany akan berkomitmen melakukan pendampingan demi tercapainya tujuan program.
Penyusun : Happy R. Pangaribuan
WADEM CONGRESS
World Association on Disaster and Emergency Medicine
Reportase Hari 1: Selasa, 7 Mei 2019 oleh Madelina Ariani dan tim
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Tarian pembuka tradisional Australia
Tarian tradisional Australia yang dibawakan secara apik begitu membakar semangat di tengah cuaca dingin pagi ini. Tepat 08.30 AEST pagi acara ini dibuka dan dibawakan juga dengan sangat baik oleh Gerry Fitzgerald. Ballroom Plaza Terrace, Brisbane Convention and Exhibition Centre menjadi penuh sesak baik oleh peserta dari berbagai negara maupun oleh semangat menerima dan berbagi keilmuan dalam bidang ini.
Pembukaan kali ini sangat spesial karena telah diisi oleh deretan pembicara dan topik yang justru menjadi poin penting selama empat hari pertemuan ini. Pertama diisi oleh Jeanette Young dari Queensland Health. Jeanette menceritakan kejadian bencana dan krisis kesehatan yang terjadi di Australia selama ini, penanganannya sangat membutuhkan pendekatan rumah sakit. Perkembangan rumah sakit sangat tergantung juga dengan teknologi dan IT. Semua ini merupakan bagian dari sistem kesehatan yang utuh, termasuk juga pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan.
Dok. PKMK FK-KMK UGM: Gregory Ciottone
Kedua, begitu berkesan pesan yang disampaikan oleh Gregory Ciottone sebagai perwakilan presiden WADEM, penanganan bencana kesehatan itu harus dilakukan bersama - sama, kolaborasi!. Semua yang hadir kali ini adalah para ahli bencana bidang kesehatan, bukan saatnya lagi kita hanya mengkaji tetapi aksi untuk melakukan promosi kepada masyarakat luas. Tentunya dengan payung yang menyatukan kita, yakni kesiapsiagaan.
Ketiga, WHO Welcome yang diwakili oleh Heather Papowitz. WHO sangat mendukung keberadaan WADEM dimanapun anggotanya berada. WADEM begitu memfasilitasi area concern WHO seperti mass gathering, EMT, dan healthcare system dalam situasi bencana. Tugas utama kita adalah melindungi masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa peran pemimpin masyarakat sangatlah penting diantaranya untuk melakukan komunikasi risiko ke masyarakat. Selain itu, upaya penguatan surveilans penyakit dan laboratorium. Ke depannya, akan ada health emergency and disaster risk management framework.
Sesi kemudian dihanyutkan oleh cerita pengalaman presiden MSF di daerah konflik di dunia. Mengiris hati memang ceritanya, ada satu kejadian di Libya dimana kita harus membuka pintu sebuah gudang yang ternyata isinya ratusan pasang mata yang berharap belas kasih pertolongan darimu, bayangkan! Apa yang harus kita lakukan pada saat kita juga tidak dapat berbuat banyak karena keadaan krisis. Di akhir ceritan, presiden MSF menyampaikan gagasan bahwa berfikir untuk masa depan pada intinya adalah kembali ke dasarnya. Dasar kita yang paling kuat adalah rumah sakit, maka inilah yang harus kita kuatkan.
Pembaca dapat menyimak buku program pada link yang telah diberikan untuk melihat lebih jauh agenda per harinya. Padat dan semua sesi sangatlah menarik. Tidak mengherankan jika kongres WADEM dilaksanakan hingga 4 hari lamanya.
Dok. PKMK FK - KMK UGM : WHO Panel
Selanjutnya adalah sesi WHO panel yang dimoderatori oleh Ian Norton (tim divisi cukup sering berinteraksi dengan Ian untuk pendampingan pengembangan EMT di Indonsia bersama dengan PKK Kemenkes). Ian begitu apik membawakan sesi ini sehingga empat pembicara dengan topik yang berbeda dapat ditarik benang merahnya dengan mudah, yakni data dan informasi krisis kesehatan di dunia yang menunjukkan tren dinamis yang disampaikan oleh Heather Papowitz, dapat ditanggapi diantaranya dengan pengembangan Emergency Medical Team (EMT) yang secara prinsip global tetapi tetap harus menyesuaikan dengan kondisi dan kapasitas lokal. Semua tantangan SDGs dan hubungannya dengan Sendai Framework dijelaskan dengan sangat baik oleh Virginia Murray.
Sesi siang, tim ini masuk ke sesi sesuai dengan minat masing - masing. Sorenya, sesi poster presentasi. Sutono dan tim sudah siap di depan poster sejak pukul 17.00 AEST hingga sesi poster berakhir (18.30 AEST). Menarik menanggapi pertanyaan dan tanggapan peserta mengenai program interprofesional education di fakultas yang menggunakan bencana sebagai kasusnya. Cukup bangga bahwa FK - KMK UGM berproses untuk menyempurnakan kurikulumnya.
Dok. PKMK FK - KMK UGM : Presentasi poster
Hari 2
Rabu, 8 Mei 2019 oleh Madelina Ariani dan tim
Dok. PKMK FK-KMK UGM : Basil leodoro
Sesi yang tidak kalah menarik hari ini tentang Emergency Medical Team (EMT). Langsung dimoderatori oleh pakar EMT, Ian Norton (WHO). Sesi ini sangat ditunggu oleh tim bencana kita, karena sangat mendukung untuk lebih memahami tentang EMT standar, data dan kapasitas EMT dunia, pengalaman pengembangan EMT di beberapa negara, dan hasil data penelitiannya. Semua itu sangat bermanfaat untuk tim bencana FK yang sedang mendampingi kementerian kesehatan menyusun standar EMT nasional.
Sesi ini dimulai dengan paparan Ian Norton sendiri tentang Global Update on the Emergency Medical Team initiative. Latar belakang, tujuan, dan standar EMT dijelaskan dengan sangat jelas dan sederhana oleh Ian. Salah satu tujuannya untuk memastikan EMT yang memberikan layanan kesehatan pada masyarakat di situasi bencana memang benar - benar kompetensinya baik dari personal maupun logistiknya. Definisi EMT sendiri memiliki tiga pilar yakni merupakan tim yang bisa dibentuk dari instansi pemerintah dan non pemerintah, melakukan layanan kesehatan langsung, dan mendukung sistem kesehatan yang ada.
Selanjutnya, Basil Leodoro menyampaikan tentang EMT di Pasifik: sebuah insiatif dari regional. Basil mendorong penguatan nasional EMT karena nasional EMT - lah yang hadir pertama kali untuk masyarakat pada situasi bencana sebelum EMT internasional lainnya datang. Untuk itulah penguatan nasional EMT sangat dibutuhkan. Nasional cukup melakukan adaptasi dari EMT standard kemudian WHO dapat memberikan bantuan dalam bentuk mentoring dan akreditasi.
Pembicara ketiga, Ashok Pandey memaparkan tentang review efektivitas pengiriman EMT asing/ Foreign Medical Team (FMT) di gempa Nepal 2015. Ya semuanya kacau saat terjadi bencana, termasuk FMT yang datang. Maka dari itu, klaster kesehatan lokal juga dapat berbagi beban dengan FMT yang ada sehingga terciptalah kekuatan yang lebih dalam menyelesaikan masalah yang ada. Dari ini disadari pentingnya kepemimpinan lokal itu. Disaster are our business and veterans are our passion, tambah Ashok.
Dok. PKMK FK-KMK UGM: ARCH Project
Di tingkat ASEAN, inisiatif EMT ini juga dilakukan, terlebih dalam beberapa tahun terakhir ini. Phumin Silaput dari NIEM Thailand menjelaskan tentang peran ARCH Project dalam penguatan manajemen bencana kesehatan di regional ASEAN. Latihan bersama untuk negara - negara ASEAN dalam dua tahun terakhir menunjukkan hasil yang sesuai harapan. Namun, model kerja sama, pengujian SOP dan lainnya masih perlu dilakukan sebab belum ada standar yang diberlakukan untuk EMT Negara - negara ASEAN.
Terakhir, Soichiro Koi menerangkan tentang kapasitas EMT di global tidak seberapa dari ancaman dan event bencana yang terjadi selama ini. Untuk merespon kebutuhan ini maka kita harus menguatkan EMT kita, salah satunya. Namun, mampukah negara - negara dunia ini mempersiapkan klasifikasi standar EMT.
Dok. PKMK FK-KMK UGM: sebaran EMT
Sesi selanjutnya, peserta mengikuti banyak sesi dan topik. Ada ebola, natural hazard, military, dan lainnya. Hal yang cukup menarik adalah sesi Non Communicable Diseases dalam situasi bencana. Tidak mungkin masalah penyakit tidak menular ini berhenti karena situasi bencana. Tidak ada hipertensi, kegemukan, atau diabetes berhenti dampaknya atau layananannya pada situasi bencana. Untuk itulah upaya persiapan, respon, dan recovery harusnya juga memperhatikan penyakit - penyakit tidak menular ini.
Ada orasi tentang thougth on the future dan WADEM chapter meeting sebelum sesi poster presentasi. Tim bencana hari ini mempresentasikan poster yang membahas tentang perkembangan data informasi di klaster kesehatan. Salah satu kemajuannya adalah kita dapat mengembangkan form yang standar yang dapat digunakan baik oleh dinas kesehatan dan EMT.
Dok. PKMK FK-KMK UGM : Komentar dan masukan dari expert pada sesi poster presentasi
Hari 3
Kamis, 9 Mei 2019 oleh Madelina Ariani dan tim
Dok. PKMK FK-KMK UGM: tim bencana FK-KMK UGM
Hari ketiga, pembahasan mengenai bencana dan manajemen kesehatan semakin hangat dibicarakan. Memahamkan bahwa konteks resiko dan bencana tidak terpisah dengan tantangan penyakit ternyata merupakan tantangan hamper semua negara. Cerita pengalaman dalam mempromosikan bencana kesehatan kami dapatkan saat berdiskusi dan bertukar informasi dengan delegasi antar negara.
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Virginia Murray and WHO framework
Sesi WHO Thematic Platform for Health Emergency and Disaster Risk Management and Its Development langsung dipimpin oleh konsultannya, Virginia Murray. Paparan mengenai WHO framework dan hasil - hasil penelitian yang mendukungnya dibahas secara apik oleh Virginia Murray, Frank Archer, Alistar Humprey, Ryoma Kayano, Holly Lam, Shuhei Nomura, Ngoy Nsenga, dan Heather Papowitz.
Seperti yang disampaikan Virginia, bencana dan penyakit tidaklah dalam kerangka yang berbeda. Penyakit dan ancaman bencana alam adalah ancaman yang sama untuk bidang kesehatan. Oleh karena itu, internasional health regulation mengatur tidak hanya untuk global health security tetapi juga bagaimana Manajemen bencana dan resikonya.
Dok. PKMK FK-KMK UGM: dr. Hendro di sesi Lesson learned from Jepang, Africa, dan Indonesia
Hari ini, dr. Hendro dan dr. Bella mempresentasikan paper- nya. Masing - masing di kelas Lesson Learned Japan, Africa, and Indonesia experience, dan Oceania Chapter. Sangat menarik, dr Bella menyampaikan presentasi tentang perkembangan manajemen bencana kesehatan di Indonesia mulai dari gempa Padang 2009 hingga Palu 2018 lalu. Secara administratif memang terjadi kemajuan dalam bidang manajemen bencana kesehatan yang terlihat dengan semakin fokusnya perhatian bidang kesehatan dalam merespons bencana yang ada.
Dok. PKMK FK - KMK UGM: presentasi dr. Bella
Begitu juga dengan paper yang disampaikan oleh dr. Hendro di sesi Lesson Learned. Tidak ada dua bencana yang benar - benar sama, kata beliau. Tsunami yang terjadi di Palu tidak sama penanganannya dengan tsunami Selat Sunda. Walaupun sama - sama tsunami sebab masalahnya sangat dinamis sehingga membutuhkan respons yang juga dinamis setiap saat.
Poster kali ini dari dr. Handoyo. Poster nomor 62 ini menceritakan proses dan hasil kegiatan pengiriman EMT ke bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi Palu 2018 silam. Banyak delegasi yang tertarik dengan poster ini membuat beliau harus lebih sabar dalam menjelaskan prosesnya.
Dok. PKMK FK-KMK UGM: sesi poster
Hari 4
Jumat, 9 Mei 2019 oleh Madelina Ariani dan tim
Penutupan kongres WADEM selalu membawa kesan haru tersendiri. Bagaimana tidak? Seluruh pakar dan praktisi kesehatan di dunia yang concern tentang bencana dan krisis berkumpul untuk membahas ide, pengalaman, dan lesson learned, sehingga rasanya seluruh beban selama ini bisa dibagi dengan banyak orang lainnya yang akhirnya menimbulkan semangat yang membakar untuk aksi ke depannya yang lebih baik lagi.
Dok. PKMK FK-KMK UGM : sesi presentasi road safety (atas) dr. Ina Agustina (bawah)
Hari keempat ini, tim bencana mendukung dr. Ina Agustina dari Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes yang mempresentasikan paper dengan tema safety road. Paper ini merupakan hasil kerjasama dengan PKMK FK - KMK UGM pada 2017. Bersama kami membuat instrument untuk mengukur kesiapsiagaan sektor kesehatan dan daerah dalam menghadapi arus mudik, dan kemudian diujicobakan langsung pada 4 daerah yang terpadat arus mudiknya di Indonesia: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Paper ini cukup membuat ketertarikan peserta untuk menanyakan lebih jauh kepada dr. Ina bahkan setelah sesi presentasi.
Secara resmi kepanitian kongres WADEM Brisbane 2019 ditutup dan diserahterimakan ke kapanitiaan 2021 di Tokyo Jepang. Berakhirnya kongres ini bukan mengakhiri upaya kita dalam mempromosikan tentang bencana dan krisis kesehatan. Seminggu ini adalah waktu kita rehat sebentar dan kemudian kembali melakukan aksi dalam bentuk apapun untuk peningkatan upaya penanganan bencana dan krisis kesehatan.
Closing ceremony juga berarti pengumuman pemenang presentasi poster dan penghargaan. Berikut beberapa penghargaan yang diberikan, WADEM President Award untuk Andrew Lavelle, best humanitarian group untuk CRIMEDIM, dan Lennart Reifels untuk best scientific paper award.
Dok. PKMK FK - KMK UGM: Closing Ceremony dan penghargaan