logo2

ugm-logo

Blog

Laporan Kegiatan

Table Top Exercises Penanggulangan Bencana Sektor Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
25 Februari 2020

 ttx 1

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Table Top Exercise (TTX) HDP RSUD Tora Bello

Pengantar

Table top exercises (TTX) ini dirancang untuk menguji kemampuan teoritis dan manajemen (berdasarkan dokumen) petugas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Dinkes Prov. Sulteng) untuk menanggapi situasi bencana yaitu bagaimana mereka memahami tugas dan fungsi mereka saat bencana. Kemudian dari proses TTX ini dihasilkan informasi dan tindakan apa saja yang perlu ditambahkan dalam dokumen. Kegiatan ini dilaksanakan di Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah peserta 100 orang terdiri dari staf dinkes provinsi, DVI Bidokkes Sulteng, BPBD, Dinas Sosial Sulteng, FK Universitas Tadulako, FKM Universitas Tadulako, dan FK Universitas Alkhaeraat.

Pelaksanaan

                Pada pembukaan disampaikan bahwa saat bencana dinkes provinsi lebih berperan ke fungsi koordinasi dan pengawasan tindakan respon di dinkes kabupaten, rumah sakit dan puskesmas. Dokumen sudah ada, namun belum maksimal sehingga dalam kegiatan TTX ini nantinya ada informasi - informasi penting yang belum tertulis bisa dituangkan kembali saat revisi. Staf yang terlibat harus memahami apa yang menjadi peran fungsinya saat bencana. PKMK FK - KMK juga menyampaikan bahwa TTX ini bukanlah ujian namun salah metode yang dilakukan untuk menguji dokumen dinkes disaster plan provinsi apakah sudah operasional, apakah semua orang yang terlibat dalam dokumen sudah benar - benar paham tugasnya masing - masing.

ttx 2

Dok. PKMK FK-KMK UGM “TTX sesi pertama penerimaan informasi bencana”

Sesi pertama menilai bagaimana peserta menerima dan memproses informasi kejadian bencana, pengaktifan klaster kesehatan dan manajemen relawan kesehatan/ EMT. Narasumber menanyakan alur informasi awal kejadian bencana, siapa yang bertanggung jawab dan informasi apa yang dibutuhkan. Dinkes belum menuliskan alur dan ceklis informasi tersebut dalam dokumen. Peserta yang bertugas di penerimaan relawan masih keliru menjelaskan dan memahami bagaimanan manajemen penerimaan relawan. Dokumen belum tersosialisasikan secara merata kepada seluruh staf yang berperan di dalam dokumen.

Sesi kedua menilai manajemen bantuan logistik kesehatan, non kesehatan dan pengaktifan sub - sub klaster kesehatan. Dalam pelaksanaan dan pengaktifan sub klaster SOP alur program belum dimasukkan ke dalam dokumen. Secara umum, sub klaster sudah memahami apa yang menjadi tugas fungsi mereka. Pemahaman yang perlu ditingkatkan adalah tindakan awal yang akan dilakukan sub klaster saat pertama sekali diaktifkan dan menerima informasi bencana. Hal lain yang perlu diperhatikan dan ditambahkan dalam dokumen adalah SOP rujukan dan terkait manajemen penanganan jenazah.

ttx 3

Sesi ketiga menilai pembuatan peta respon, manajemen pencatatan, analisis, dan pelaporan data dan informasi. Pada sesi ini ada praktek pembuatan peta respon dan input data informasi untuk laporan harian klaster kesehatan. Praktek dibantu oleh peserta dari Universitas Tadulako dan Universitas Alkhairaat berperan sebagai relawan. Selanjutnya pada sesi 4 praktek rapat koordinasi lintas sektor. Komandan yang bertugas melaporkan kegiatan klaster kesehatan kepada BPBD dan sektor lainnya. Secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik. Rencana selanjutnya adalah tim penyusun akan melengkapi dokumen. Dinkes provinsi juga akan membantu dan mendorong Dinkes Kab. Sigi, Puskesmas Maeawola dan RSUD Tora Bello untuk memperbaiki dokumen disaster plan mereka.

Reporter : Happy R Pangaribuan

Reportase Webinar

Outlook Bencana Kesehatan 2020

Yogyakarta, 16 Januari 2020


outlook1

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Outlook Bencana Kesehatan 2020”

 

Pengantar     

Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM mengadakan diskusi outlook bencana kesehatan 2020 dengan mengangkat isu rumusan penguatan dinas kesehatan dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan termasuk penguatan pembiayaan, koordinasi lintas program dan kerja sama perguruan tinggi di daerah. Kegiatan ini dilakukan juga melalui webinar dengan sasaran peserta dari dinkes provinsi/kabupaten/kota, rumah sakit, puskesmas, BPBD provinsi/kabupaten/kota, Fakutas Kedokteran/Kesehatan Masyarakat, peneliti, mahasiswa dan pemerhati bencana kesehatan. Dari hasil diskusi outlook terdapat dua poin penting yang menjadi perhatian khusus yaitu penguatan dinkes provinsi dan penguatan peran perguruan tinggi dalam penanggulangan bencana sektor kesehatan.

Pelaksanaan

Peserta yang menghadiri langsung outlook sebanyak 25 orang dan diikuti secara webinar dari 38 titik di Indonesia. Materi yang disampaikan terbagi menjadi dua yaitu outlook krisis kesehatan Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes dan outlook bencana kesehatan Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM. Kemudian ditanggapi oleh pembahas dan diskusi dengan peserta.

outlook2

Dok. Peserta Webinar “Peserta Webinar dari FK Universitas Tadulako (kiri) dan FK Universitas Alkhairaat (kanan)

 Outlook Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2019 - 2020

Materi ini disampaikan oleh dr. Budi Sylvana, MARS selaku Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Indonesia. Jumlah kejadian bencana tertinggi 2019 terjadi di Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Riau. Konsentrasi penduduk Indonesia banyak di provinsi tersebut. Hasil pantauan Pusat Krisis Kesehatan data kejadian bencana pada 2019 terdapat 2.954 bencana. Jumlah korban krisis kesehatan 2019 kurang lebih 2,5 juta jiwa dan lebih dari 1 juta penduduk yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan. Paradigma manajemen bencana sekarang ini adalah pengurangan risiko bencana dengan tidak mengesampingkan program respon. Selama ini rata - rata masalah yang muncul di lokasi pengungsian adalah keterbatasan ketersediaan air bersih. Selama 2015 - 2019 Pusat Krisis Kesehatan telah melakukan intervensi ke Kabupaten/Kota dengan kegiatan asistensi kapasitas kabupaten/kota dalam manajemen krisis kesehatan. Pada 2020 akan difokuskan ke penguatan provinsi yaitu melalui asistensi kapasitas manajemen krisis kesehatan, pendampingan penyusunan peta respon, pendampingan penyususnan rencana kontijensi, table top exercise dan simulasi. Selengkapnya DISINI

outlook3

Dok. Peserta Webinar “Materi Outlook Krisis Kesehatan tahun 2019-2020”

Kaleidoskop dan Outlook Bencana Kesehatan dari Divisi Manajemen Kesehatan PKMK FK - KMK UGM

Materi ini disampaikan oleh dr. Bella Donna M.Kes selaku Kepala Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM. Secara umum, beberapa kegiatan yang dilakukan oleh divisi adalah respon bencana, call for proposal, kurikulum/pelatihan/buku, kerjasama/pendampingan, konferensi dan publikasi. Penguatan provinsi dalam penanggulangan bencana menjadi tantangan bersama. Ketahanan kesehatan, klaster kesehatan dan rencana kontijensi menjadi kegiatan penting bagi dinas kesehatan. Outlook Divisi Manajemen Bencana Kesehatan 2020 akan melakukan upaya penguatan ketahanan kesehatan di Kabupaten/Kota melalui penyusunan dokumen rencana penanggulangan bencana dan krisis kesehatan yang operasional sesuai dengan ancaman masing - masing daerah (disimulasikan, dikomunikasikan ke lintas sektor). Pada 2020 ada beberapa program yang dilakukan bekerja sama dengan Caritas yaitu pendampingan Sulawesi Tengah melalui perluasan pendampingan ke Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Akan dilaksanakan juga Training of Trainer (ToT) untuk pendampingan penyusunan dokumen dinkes, rumah sakit dan puskesmas. Dimana sasaran ToT ini adalah dinas kesehtan dan perguruan tinggi (FK Universitas Tadulako dan FK Universitas Alkhairaat), harapannya setelah pelaksanaan ToT pendampingan ke kabupaten lainnya bisa dilakukan oleh sumber daya lokal. Selengkapnya DISINI

outlook4 

Dok. PKMK FK.KMK UGM “Sesi Materi Kaleidoskop dan Outlook Bencana Kesehatan”

 

Pembahas

dr. Hendro Wartatmo, SpB - KBD

Pengetahuan kita terkait bencana belum terstruktur, pendidikan bencana juga belum menyeluruh. Kita lihat banjir Jakarta, kelihatannya ada ketidaksinkronan early warning system antara BPBD DKI dengan aparat DKI. Artinya ilmu terkait bencana ini belum meluas. Saat ini kita berusaha kearah bagaimana menerapkan ilmu kebencanaan ini.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD

Membahas dalam konteks waktu dan ada efek samping dari politik dalam bencana ini. Siap tidak negara, pemerintah dengan masyarakat itu bekerja sama? Kerja sama ini akan rumit pada era teknologi dan digital sekarang ini. Pertanyaan selanjutnya adalah dimana peran perguruan tinggi? Harapannya jangan sampai lengah, karena variasi bencana ini semakin banyak. Kira membutuhkan sumber daya lokal untuk mengembangkan manajemen bencana kesehatan ini di masing - masing daerah.

Sakinah SE, MT

Dinkes Sulawesi Tengah sudah menyusun peta rawan bencana di kabupaten/kota. Contohnya frekuensi bencana banjir di Kabupaten Sigi sangat tinggi. Dinkes juga sudah membentuk tim dalam klaster kesehatan dan sekarang dokumen dinkes disaster plan atau sering disebut dengan rencana kontijensi sudah disusun dan sekarang masih proses tahap revisi dimana penyusunan dokumen tersebut didampingi langsung oleh PKMK FK - KMK UGM. Pada 2020 ini program - program kita di bidang UPT K2T telah didiskusikan juga dengan PKMK FK - KMK UGM dan dalam pelaksanaan program ke depan akan tetap bekerja sama. Pendampingan dari perguruan tinggi ini sangat dibutuhkan. FK Universitas Alkhairaat juga menambahkan bahwa mereka memiliki visi kesehatan matra, jadi sangat mendukung pelaksanaan program penanggulangan bencana kesehatan. Pengembangan melalui kurikulum bencana di universitas akan tetap dilakukan dan tentu tidak lepas dari arahan dinas kesehatan.

outlook5

Dok. PKMK FK-KMK UGM “ Sesi Pembahas dan Diskusi”

Diskusi :

Pada sesi diskusi, peserta menanyakan beberapa hal berikut :

  1. Terkait rancangan kurikulum nasional tentang kebencanaan yang bisa diaplikasikan sebagai panduan. à Fakultas Kedokteran yang memiliki kurikulum bencana itu masih sedikit. Masalahnya berbeda, jikakurikulum untuktrauma itu sudah ada polanya namun kalau di manajemen belum ada. Melihat dari SNI terkait tentang pendidikan kebencanaan kesehatan, kalau untuk UGM sendiri sudah melewati batas-batas SNI yang ada Dikti. Inilah yang menjadi tantangan, harapannya tahun ini kita bisa mengaktikan forum perguruan tinggi untuk menyamaratakan kurikulum bencana kesehatan di fakultas kesdokteran bencana. Perluasan pendidikan ini juga bisa dimasukkan melaluiKKN tematik mahasiswa yang dikirimkan ke daerah rawan bencana.
  2. Pembagian tugas dalam penanggulangan bencana, sistem koordinasi lintas sektor, siapa yang menjadi leading -
    • Pada program BPBD DIY sudah mengembangkan sistem bersama sama dengan sektor lainnya. Akan ada gladi posko dan gladi lapangan untuk melatih sistem. Jadi dari kegiatan tersebut akan terlihat masing - masing peran dari sektor. SK Klaster kesehatan DIY sekarang ini sudah disusun, klaster kesehatan sudah beberapa kali melakukan rakornis, ini merupakan salah satu strategi untuk pembagian tugas dan pemahaman peran masing - masing institusi
    • Pada dinkes DIY terkait klaster kesehatan, mengikuti sistem yang sudah dibentuk oleh BPBD, mengikuti komando yang sudah ditentukan di ICS saat bencana. Dinkes juga mencoba membuat mekanisme pengorganisasian sistem komando bencana ini pada Dinkes Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem pengorganisasian ini juga menyesuaikan dengan ICS yang ada di BPBD.
  3. Bagaimana pendekatan secara manajemen terkait dengan bencana sosial.
    • Pendekatan yang akan dialkuakn baik itu bencana sosial akan dilakukan Dinkes Provinsi langsung jadi provinsi sebagai aktor atau pelaku pada kabupaten dan kota

 

Reporter : Happy R Pangaribuan

Laporan Kegiatan

Sosialisasi dan Persiapan Table Top Exercise Penanggulangan Bencana Sektor Kesehatan Sulawesi Tengah

7 - 9 Januari 2020


tot 1

Pengantar

Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam penguatan sistem manajemen dan kapasitas sumber daya sektor kesehatan dalam penanggulangan bencana Sulawesi Tengah. Salah satunya telah dilakukan kegiatan penyusunan dan pendampingan dokumen dinkes disaster plan (Dinkes Prov. Sulteng dan Dinkes Kab. Sigi), dokumen hospital disaster plan RSUD Tora Bello Sigi dan dokumen puskesmas disaster plan Puskesmas Marawola. Proses penyusunan dokumen tersebut didampingi oleh PKMK FK - KMK UGM dan sudah berproses selama kurang lebih 9 bulan. Tujuan penyusunan dokumen ini sama yaitu untuk meningkatkan koordinasi antar sektor dan lintas program yang terlibat dalam penanggulangan bencana baik pada fase pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Banyak sektor dan lintas program yang terlibat saat pengaktifan klaster kesehatan dimana semua proses pengaktifan klaster kesehatan tersebut telah tercantum dalam dokumen. Dengan demikian dokumen ini penting untuk disosialisasikan kepada pihak - pihak yang terlibat dan diuji apakah dokumen sudah operasional. Salah satu cara yang dilakukan adalah table top exercise. Kegiatan table top exercise membutuhkan persiapan yang matang seperti pemahaman terhadap dokumen yang akan diuji coba, penyusunan skenario, dan penyusunan pemain. Kegiatan ini menjadi wadah bagi dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, BPBD, dinas sosial, dan sektor lainnya untuk berdiskusi hal - hal yang perlu dipersiapkan pada table top exercise.

Pelaksanaan

Hari 1

Selasa, 7 Januari 2019

Kegiatan diawali dengan pembukaan singkat dari Kepala Dinkes Provinsi Sulteng kemudian dilanjutkan dengan penjelaskan tujuan dari pertemuan. Agenda pertemuan ini adalah refleksi kegiatan PKMK dan Caritas 2019, persiapan TTX Februari 2020 dan finalisasi dokumen dinkes disaster plan. Saat penyusunan dokumen dinkes disaster plan, UPT P2KT Dinkes Provinsi Sulteng belum terbentuk sehingga perlu dilakukan penyesuaian dokumen dengan UPT P2KT. Kadinkes menyampaikan bahwa dokumen ini sudah didukung oleh sekda provinsi.

tot 2

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Diskusi internal refleksi kegiatan PKMK dan Caritas 2019, persiapan TTX Februari 2020”

 

 

Reporter : Happy R Pangaribuan

Reportase

Webinar

Peringatan 15 Tahun Tsunami Aceh (2004 - 2019)

Webinar di Yogyakarta, Aceh dan Palu

19 Desember 2019


Kegiatan dimulai dengan sambutan oleh Prof. Dr. Ir. Marwan, Wakil Rektor 1 Universitas Syiah Kuala. Prof. Marwan menyampaikan bahwa kebencanaan menjadi isu penting sejak tsunami Aceh, sehingga kita sudah mulai menyadari mitigasi bencana ini penting. Universitas Syiah Kuala sudah mempunyai riset penelitian terkait kebencanan dan sudah menetapkan pendidikan bencana. Sambutan selanjutnya oleh dr. M. Ardi Munir, M.Kes, Sp.OT, FICS, MH Wakil Dekan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako. Dr. M. Ardi menekankan bahwa pada 2018 tsunami dan likuifikasi Sulawesi Tengah menjadi peringatan untuk masyarakat supaya lebih kuat dan lebih siap dalam menghadapi bencana. FK Untad mendukung pengembangan kurikulum dalam manajemen bencana. Sambutan terakhir oleh dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K), PhD selaku Wakil Dekan bidang Kerjasama, Alumni, dan Pengabdian Masyarakat FK - KMK UGM sekaligus membuka kegiatan ini secara keseluruhan. dr. Mei Neni juga menekankan kembali bahwa mitigasi menjadi hal yang penting, tujuannya bukan untuk mencegah bencana melainkan sebagai kesiapsiagaan untuk mengurangi kerugian yang terjadi. Secara institusi pendidikan juga FK - KMK UGM sudah mempersiapkannya dengan adanya pusat studi bencana dan kurikulum bencana.

 

Pengantar

Pengantar yang disampaikan terkait mengenang Tsunami 15 tahun lalu oleh dr. Hendro Wartatmo, Sp.B.KBD dan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD dari FK - KMK UGM. Tsunami Aceh menjadi batu loncatan khususnya untuk FK - KMK UGM dalam memberikan respon dalam bencana. Tanpa diatur terlebih dahulu tim UGM berangkat sebagai tim medis dan tim manajemen. Hal tersebut yang dikembangkan sampai sekarang sehingga produk kita adalah kurikulum terkait kebencanaan pada mahasiswa S1. Selanjutnya Prof. Laksono memperkenalkan 3 buah buku melalui website http://bencana-kesehatan.net/. Buku pertama berjudul 3 Tahun Kegiatan di Aceh mencatat berbagai kegiatan RS Sardjito, Fakultas Kesehatan UGM, dan Fakultas Psikologi UGM dalam misi kemanusiaan. Buku kedua berjudul Satu Tahun Kegiatan di Aceh menceritakan pengalaman pribadi ketika ikut membantu ke Aceh. Buku ketiga berjudul Relawan Kesehatan di Medan Bencana merekam perjalanan tim FK - KMK UGM/RSUP Dr. Sardjito membantu korban bencana selama 15 tahun (2004 - 2018).

15th aceh 1

Dok. FK Unsyah “Pengantar mengenang tsunami 15 tahun”

 

Talkshow 1: Situasi Perkembangan Penanggulangan Bencana (Sektor Kesehatan) di Indonesia.

Pada sesi talkshow 1 ada 3 pembicara yang membahas perkembangan penanggulangan bencana Indonesia dari segi kebijakan, ilmu manajemen klaster kesehatan dan secara globalisasi pasca tsunami Aceh. Pembicara pertama Yudi Satria SST, MPS, SP dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Banyak hal yang sudah dilakukan di Indonesia untuk membangun kesadaran masyarakat. Sosialisasi terus - menerus diberikani kepada masyarakat, supaya tidak lupa.

Pembicara kedua dr. Budi Sylvana, MARS Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes. Trend meningkat dalam 3 tahun terakhir, terjadi pergeseran ke bencana non alam dan kegagalan teknologi. Dari sisi jumlah korban bencana juga meningkat selama 2019 (Januari - Desember). Logistik bencana belum terjamah dengan baik. SDM kita sudah lengkap dan pembiayaan juga banyak yang membantu. Terdapat 3 program pengurangan risiko bencana oleh pusat krisis yaitu asistensi, peta respon renkon dan TTX simulasi.

Pembicara ketiga dr. Bella Donna, M.Kes selaku Kepala Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM. Indikator perkembangan ini bisa dilihat dari koordinasi, pengorganisasian, komunikasi dan data informasi. Pertama pada gempa tsunami Aceh dan Yogyakarta hampir mirip, sudah ada pertemuan klaster yang didukung oleh WHO. Relawan yang datang pada saat itu langsung menuju pos kesehatan. Belum ada pelaporan yang jelas. Kedua pada gempa Padang dan erupsi Merapi, manajemen sudah mulai diperbaiki dimana relawan sudah mulai terkelola dengan baik. Ketiga pada gempa Lombok, Palu dan Lampung sudah jauh lebih baik lagi, klaster kesehatan sudah terbentuk. Form - form yang ada untuk pelaporan sudah terstandar dan sudah bisa memetakan relawan yang datang berdasarkan peta respon.

15th aceh 2

Dok. FK Unsyah dan FK-KMK UGM “Talkshow 1: Situasi Perkembangan Penanggulangan Bencana (Sektor Kesehatan) di Indonesia”

 

Launching EMT Specialize Cell (EMT SC)

Dalam webinar ini, diluncurkan pula EMT SC yang mengangkat slogan: dari Aceh untuk dunia. Ini bukan satu karier tapi satu panggilan. Kapuskris memberikan ransel relawan EMT kepada anggota secara simbolik. Sampai sekarang terkumpul 100 anggota yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis bedah, perawat, surveilans dan tenaga kesehatan lainnya.

15th aceh 3

Dok. FK Unsyah “Peluncuran EMT Specialize Cell Aceh”

 

Talkshow 2: Kurikulum Manajemen Bencana Kesehatan di Fakultas Kedokteran

Sesi kedua ada 4 pembicara yang membahas tentang kurikulum. Pembicara pertama dr. Hendro Wartatmo Sp.B.KBD dari FK - KMK UGM. Latar belakang kurikulum manajemen bencana di FK - KMK UGM adalah ilmu kebencanaan relatif baru, institusi yang berpartisipasi belum mapan, dan referensi dari luar bervariasi. Partisipasi dalam pendidikan formal ada di S1 FK - KMK, S2 IKM (opsional) dan magister manajemen bencana sekolah pasca sarjana UGM. Konsep kurikulum di FK - KMK akhirnya mengerucut menjadi disaster medicine dan disaster managemen. Disaster medicine dalam aspek teknis berdasar pada emergency medicine dan disaster managemen dalam aspek manajerial berbasis pada manajemen krisis. Penyusunan kurikulum berdasar lesson learnt, berbasis referensi dan ada prioritas, yang belum ada adalah biological disaster dan hazard. Kurikulum mulai diberikan pada mahasiswa S1 FK 2010 sebagai materi intrakulikuler.

Pembicara kedua yaitu Sutono, SKp, M.Sc, M.Kep dari FK - KMK UGM tentang penggunaan kasus bencana sebagai sarana pembelajaran IPE - CFHC di FK - KMK UGM. Komponen-komponen kerja sama dimasukkan dalam kurikulum IPE - CFHC. Kurikulum ini diterapkan pada seluruh mahasiswa FK - KMK UGM. Pengembangan kompetensi lulusan berbasis interprofessional collaborasion (IPE). Tahun keempat CFHC yaitu pengembangan keluarga siaga bencana, 480 mahasiswa belajar bersama (prodi kedokteran, keperawatan dan gizi). Mahasiswa mendampingi keluarga menangani permasalahan keluarga, memanfaatkan fasilitas kesehatan, harapannya agar sudah mencapai profesi masing – masing mereka dapat bekerja sama. Mengenali early warning system dan peta respon adalah 2 dari banyak hal yang harus dikuasai mahasiswa.

15th aceh 4

Dok. FK-KMK UGM “Penyampaian Kurikulum Manajemen Bencana Kesehatan FK-KMK UGM”

Pembicara ketiga ialah Dr. dr.Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT dari FK Unsyah. FK Unsyah memulai kurikulum terkait bencana sejak 2006 pada mahasiswa program sarjana, pasca sarjana dan doktoral. Harapannya bagi mahasiswa program sarjana terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran untuk pengembangan karir mereka dalam penanganan bencana. Pada mahasiswa pasca sarjana harapannya bisa memimpin tim medis atau klaster kesehatan pada saat bencana. Terdapat beberapa inovasi mahasiswa dalam pengembangan penanganan bencana ini. Mahasiswa menciptakan satu lampu sebagai early warning system, living room untuk pengungsi dan ransel penampung untuk anak - anak. Selanjutnya harapan bagi mahasiswa program doktoral, mereka sudah mulai bisa mengkritisi kebijakan pemerintah dan kebijakan dunia sehingga mereka juga harus ikut mewarnai sistem kebijakan kebencanaan.

Pembicara keempat adalah dr. Indah Puspasari, MMedEd dari FK Universitas Tadulako. Kurikulum bencana di FK Untad sudah dikembangkan sejak 2008 untuk mahasiswa semester 8 dan pada 2015 untuk mahasiswa semester 6. Sekarang sudah ada pada blok 13 yaitu health system, disaster management and traumatology. Blok ini wajib diikuti oleh mahasiswa. Harapannya mahasiswa bisa menjelaskan sistem manajemen bencana, tahapan mulai dari pre sampai dengan pasca bencana, dan mampu menjelaskan trauma manajemen. Mahasiswa juga mulai mendapatkan ilmu terkait sistem koodinasi dalam penanganan bencana.

Setelah sesi talkshow 2 dilanjutkan dengan penyampaian materi via webinar oleh Dr. Penny Burns tentang The mission and vision of Ocaenia Chapter WADEM. Oceania Chapter bertujuan untuk advokasi dan promosi pengembangan dan peningkatan penanganan bencana dalam penelitian, pengembangan dan aplikasi. Oceania Chapter WADEM sudah membangun kolaborasi dengan para ahli bencana dari berbagai negara sehingga interpretasi dan pertukaran informasi didapatkan melalui jaringan dan publikasi. Sekarang Oceania Chapter WADEM sedang mengembangkan peningkatan penanggulangan bencana di masyarakat. Respon lokal dalam pemulihan bencana sangat penting. Misi saat ini adalah mempromosikan integrasi profesional Primary Health Care lokal ke dalam manajemen bencana untuk memastikan kebutuhan kesehatan primer masyarakat dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik.

15th aceh 5

Dok. FK-KMK UGM “Penyampaian Rumusan dan Kesimpulan”

Sesi terakhir Rumusan dan kesimpulan, webinar 15 tahun Pasca Tsunami Aceh: Akan kemana sistem pendidikan dan riset kedokteran kita dalam manajemen bencana? disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD. Berbagi isu selama proses diskusi adalah risiko bencana semakin besar, tidak terbatas pada medical emergency unit. Terjadi pembelajaran selama 15 tahun termasuk adanya klaster kesehatan dalam konteks BNPB. Kecepatan yang makin meningkat tapi koordinasi belum baik termasuk adanya duplikasi komando di lapangan. Mitigasi perlu ditekankan. Ada kombinasi antara disaster medicine dan disaster managemen, ada ilmunya sendiri termasuk manajemen logistik bencana sektor kesehatan. Perguruan tinggi mempunyai modal tenaga dan sarana untuk membantu mitigasi dan penanggulangan bencana secara baik. Diharapkan penelitian bencana masuk dalam prioritas nasional, ada buku teks dan modul pendidikan tentang bencana.

Beberapa saran dari peserta :

  • Aceh : Harapannya kerjasama tidak putus disini. Dibutuhkan jurnal disaster managemen bencana sehingga ilmu ini bisa disebarkan secara luas dan penting juga merancang modul-modul tentang kebencanan diamana secara parsial bisa diajarkan juga kepada masyarakat awam.
  • Palu : Kerja sama ini lebih ditingkatkan dan kami berharap terus dilibatkan khususnya kolaborasi perbaikan penanganan bencana di Sulawesi tengah.
  • Yogyakarta : Penting ada workshop pengembangan kurikulum kebencanaan tentang klaster kesehatan yang diikuti oleh fakultas kedokteran, kesehatan masyarakat dan institusi selevel lainnya.
  • Bengkulu : Program studi kesehatan masyarakat Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu masih kesulitan untuk mendapatkan buku kajian. Selanjutnya mohon dilibatkan jika ada workshop.

Reporter: Happy R Pangaribuan

Laporan Kegiatan

Pelatihan Manajemen Pos Klaster Kesehatan dalam Bencana

Yogyakarta, 9 Desember 2019


pos1

Pelatihan ini diselenggarakan untuk mendukung koordinasi dan pelaksanaan bantuan medis serta manajemen bencana ke depannya, FK - KMK UGM berencana melakukan penjaringan minat anggota bencana baik di dalam lingkup FK - KMK UGM maupun AHS UGM, manajemen dan dukungan medis. Peserta berasal dari AHS UGM (RSUP Sardjito, RS UGM, RSPAU Hardjulukito, RSUD Wates, RSUP Klaten); Pokja bencana FK - KMK UGM; Departemen FK - KMK UGM dan PKMK UGM. Hal ini juga mendukung rencana strategis Kementerian Kesehatan untuk mempersiapkan Emergency Medical Team (EMT) nasional Indonesia.

Pelaksanaan

Acara dibuka oleh dr Handoyo Pramusinto selaku ketua Pokja Bencana kemudian disusul dengan pengarahan oleh dr. Awalia Febriana, PhD, Sp. KK mewakili Wakil Dekan Bidang Alumni FK - KMK UGM. Mereka menyampaikan manajemen dalam penangan bencana penting untuk dikembangkan karena selama ini sumber daya manajemen masih sedikit.

Penyampaian materi pertama tentang Disaster Management oleh dr. Handoyo Pramusinto. Pemateri menyampaikan sekilas bencana yang pernah terjadi di Indonesia mulai dari tsunami Aceh hingga bencana Palu. Pokja Bencana selalu terlibat membantu penanganan korban bencana. Sejak 2010 sudah ada kurikulum manajemen bencana di level S1 di FK - KMK UGM dimana melalui kurikulum tersebut diharapkan mahasiswa aware bagaimana sikap ketika terjadi bencana. Pokja bencana juga mengembangkan modul atau pelatihan kepada rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya terkait manajemen bencana bidang kesehatan. Capacity building untuk tim manajemen perlu dilakukan secara terus menerus. Materi selengkapnya KLIK DISINI

Materi kedua terkait Public Health Emergency dalam Manajemen Bencana oleh dr. Hendro Wartatmo. Aktivitas penanggulangan bencana ada medical support dan management support. Tim medis ini sangat banyak namun tim manajemen masih sedikit. Tim medis sekarang yang akan diberangkatkan telah menggunakan standar. Penanganan pada masa respon tergantung dengan persiapan yang sudah dilakukan. Public Health Response ini dilakukan dengan pendekatan klaster kesehatan. Pendekatan klaster ini adalah pendekatan manajemen. Pokja bencana mulai memberikan managemen support itu sejak gempa Padang 2009. Modalitas relawan tim medis Pokja Bencana adalah pengetahuan teknis, kesiapan fisik dan motivasi. Materi selengkapnya KLIK DISINI

pos2

Dok. PKMK FK-KMK “Penyampaian materi Disaster Manajemen (kiri) dan materi Public Health Emergency (kanan)”

Materi ketiga tentang Manajemen Klaster Kesehatan oleh dr. Bella Donna. Klaster kesehatan adalah salah satu komponen klaster nasional/ klaster kesehatan ini terdiri dari 6 sub klaster kesehatan dan 3 tim. Konsep klaster kesehatan ini karena butuh koordinasi, kolaborasi dan integrasi. EMT adalah sekelompok tenaga bantuan kesehatan di wilayah yang terkena dampak bencana. kriteria dan kapasitas standar minimal tenterntu (terintegrasi dan kredensialing). Materi selengkapnya KLIK DISINI

Materi keempat terkait Data dan Informasi Kesehatan Saat Bencana oleh Madelina Ariani, MPH. Salah satu pendampingan di klaster kesehatan adalah terkait pengelolaan data dan informasi. Data informasi awal kejadian disampaikan oleh dinkes segera setelah kejadian awal krisis kesehatan diketahui. Data informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan segera setelah laporan awal krisis kesehatan diterima. Beberapa formulir yang ada di data dan informasi adalah alur relawan, formulir registrasi EMT, alur harian data dan informasi. Materi selengkapnya KLIK DISINI

pos 3

Dok. PKMK FK-KMK “Penyampaian materi Manajemen Klaster Kesehatan (kiri) dan materi Data dan Informasi (kanan)”

Sesi Diskusi :

  1. Salah satu kendala dari kami adalah transportasi dari udara ke daerah. Ketika tim hendak berangkat ke daerah terkendala di penjadwalan pesawat dan pemeriksaan logistik. Apakah sudah ada MoU dengan pesawat komersil?
    • dr. Handoyo : Sekarang ini seharusnya kita sudah mempersiapkan MoU termasuk dengan TNI dan juga maskapai. Di Malaysia ada MoU dengan maskapai, sehingga jika ada kepentingan tim dan nasional yang membutuhkan trasnportasi udara. Kita masih bersifat on the spot, memang perlu MoU termasuk MoU dengan relawan, misalnya dengan fakultas kedokteran, fakultas keperawatan.
    • dr. Mei Neni Sitaresmi : yang membedakan kita dengan tim yang lain adalah kita tidak hanya menyediakan tim medis tetapi juga dari segi manajemen. Terkadang kita juga kesulitan untuk mengirimkan tim, sehingga kita penting melakukan handover atau regenerasi tim yang siap ditugaskan. Ketika ada pelatihan kita juga sering diminta sebagai fasilitator. Kita juga sudah ada memiliki draft MoU, namun MoU itu harus lebih tinggi olrh Rektor, Bupati, TNI. MoU ini juga terkait dengan pengabdian masyarakat.
  2. Antara posisi kantor dinas kesehatan dengan pos klaster kesehatan itu mungkin agak jauh. Sebaiknya dimanakan tempat yang pas untuk membuka klaster kesehatan ini?
    • dr. Bella Donna : Pos klaster kesehatan itu bisa di dekat wilayah yang terdampak. Jika dinas kesehatannya cenderung aman maka pos klaster kesehatan bisa dibangun di halaman kantor dinkes. Tempatnya sebaiknya berdekatan dengan dinkes. Untuk penempatan tim medis, ditempatkan di tempat yang aman. Kecuali tim medis memiliki kompetensi untuk pencarian.
  3. Keterlibatan Dinkes dalam pelayanan gizi. Apakah staf gizi itu dilibatkan juga dalam manajemen ini?
    • Madelina Ariani, MPH : Staf gizi juga dilibatkan dalam manajemen. Kadang staf kita tidak terlibat karena perencanaan saat bencana terjadi tidak ada. Pengalaman rekam medik di Lombok itu muncul minggu ketiga, mereka menganggap kalau mereka bukan dokter atau perawat jadi tugasnya apa. Artinya mereka tidak paham apa yang menjadi tugas mereka. Karena tidak ada perencanaan mereka saat bencana terjadi.

pos 4

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Latihan mebuat peta respon”

Selanjutnya pembagian kelompok untuk praktek pengisian formulir dan pembuatan peta respon. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok dimana setiap kelompok didampingi oleh satu fasilitator. Fasilitator menyediakan skenario kejadian bencana, peserta membuatkan peta respon sesuai dengan scenario tersebut. Dalam skenario digambarkan situasi bencana pada hari pertama, berapa banyak tim relawan yang datang, jumlah korban, dan fasilitas kesehatan yang terdampak. Peserta sangat aktif bertanya dan tertarik dengan pembuatan peta respon ini. Kegiatan ditutup dengan pembagian surat kesediaan peserta untuk terlibat dalam tim manajemen dan siap untuk diberangkatkan jika terjadi bencana.

Reporter : Happy R Pangaribuan