logo2

ugm-logo

Blog

“Ghetto” Sebagai Tempat Bernaung Ratusan Imigran di Agadez, Niger

3 ghettoNiger dikenal sebagai tempat transit utama dalam proses migrasi. “Ghetto” merupakan nama yang diberikan kepada kelompok rumah yang disewa oleh imigran di daerah Agadez. Daerah tersebut dihuni lebih banyak oleh orang muda dari berbagai negara. Kondisi lingkungan yang penuh tanpa air mengalir, listrik maupun suplai makanan yang memadai. Francesso Rocca sebagai Presiden dari IFRC melakukan kunjungan dan mendengarkan perjalanan para imigran tersebut.

Menurut salah satu imigran, daerah Agadez merupakan tempat transit para imigran yang gagal mencapai dataran Eropa. Perjalanan panjang menuju Eropa menyebabkan jumlah imigran yang mennggal karena kelaparan dan haus tidak terhitung. Pemerintah Niger pada Agustus 2016 akhirnya memulai untuk mengimplementasikan peraturan terkait dengan imigran tersebut. Hasilnya menunjukkan penurunan jumlah imigran ilegal sebesar 80%. Mereka hidup dalam kerasnya kondisi lingkungan. Imigran maupun penduduk lokal merupakan kelompok rentan dan menghadapi tantangan hidup yang ekstrim.

SELENGKAPNYA

 

Angka Kejadian dan Alasan Migrasi

3 2 migrantPeningkatan jumah imigran memberikan tantangan yang besar pada era modern saat ini. Para imigran memilih untuk pindah karena beberapa alasan seperti takut dipenjara, konflik dan kekerasan, kemiskinan serta prospek ekonomi yang kurang atau karena bencana alam. Alasan seseorang untuk pindah sangat kompleks dan kombinasi dari berbagai faktor.

Pada 2015 tercatat 1000 anak berhasil berkumpul dengan keluarganya yang imigran dan 50% imigran wanita mengalami kekerasan seperti kekerasan seksual. Menurut United of Nation (UN) terdapat 258 juta migrasi, angka ini merupakan angka terbesar dalam sejarah. Terdapat 65,4 juta orang melakukan migrasi secara terpaksa karena alasan bencana alam, kekerasan, maupun alasan lainnya.

SELENGKAPNYA

 

Peristiwa Banjir di Jawa Barat dengan Jumlah Pengungsi Mencapai 1855 orang

Peta banjir 2018

Banjir kembali melanda salah satu daerah di Indonesia. Menurut laporan Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan Pada 26 Februari 2018 pukul 21.00 WIB, telah terjadi banjir di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Jawa Barat. Curah hujan yang tinggi dan menyebabkan sungai Cikapundung, Cusangkuy, dan Citarum meluap. Terdapat 256 KK atau 738 orang mengungsi ke tempat yang lebih aman. Laporan perkembangan sehari setelah kejadian (27/02/2018) menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengungsi mencapai 1.855 orang. Pada kejadian ini, tidak terdapat korban luka berat dan upaya yang dilakukan adalah pemantauan dan pembuatan laporan. Kondisi diharapkan segera membaik, mengingat banyaknya jumlah pengungsi dari daerah sekitar sungai.

SELENGKAPNYA

Kelaparan di Wilayah Afrika, Sudan Selatan, dan Daerah Lainnya

Krisis makanan atau kelaparan terjadi di wilayah Afrika, Ethiopia, Kenya, Somalia hingga Sudan Selatan. Sejak akhir 2016, wilayah Afrika mengalami kekurangan pangan. Kenaikan harga barang dan ketidakstabilan situasi yang dialami membutuhkan bantuan kemanusiaan yang besar dari negara-negara lainnya. Jutaan orang di wilayah Afrika mengalami kelaparan akibat berbagai kondisi yang ada. Perhatian utama pada 2018 adalah 76 juta orang yang tersebar di 45 negara (terbesar di wilayah Afrika) membutuhkan bantuan pangan, ketidakamanan pangan memiliki dampak negatif dalam jangka panjang seperti pada mata pencaharian, perdagangan maupun keluarga. Fokus utama tindakan yang dapat dilakukan adalah keamanan pangan dan mata pencaharian; kesehatan dan nutrisi; air, sanitasi dan kebersihan; resiliansi komunitas serta pembangunan kapasitas keamanan nasional.

SELENGKAPNYA

Dampak Masalah Nutrisi di Asia dan Afrika

Kekurangan nutrisi dapat meningkatkan resiko kematian akibat infeksi, peningkatan frekuensi dan keparahan akibat infeksi, maupun tertundanya kesembuhan. Menurut data Unicef 2018, terdapat 3 juta balita dalam setahun meninggal akibat kekurangan nutrisi. Nutrisi yang buruk selama 1000 hari perrtama kehidupan seseorang dapat menyebabkan terjadinya stunting atau kekerdilan. Prevalensi terjadinya stuting pada 2000-2016 menurun dari 32,7% menjadi 22,9%. Penurunan angka ini merupakan suatu kabar baik sesuai dengan tujuan SDGs yang kedua tentang menghentikan terjadinya kelaparan, pencapaian keamanan pangan dan peningkatan nutrisi serta kestabilan agrikultural. Namun, penurunan tersebut tidak merata di seluruh wilayah Asia dan Afrika menilik kejadian di Asmat awal 2018 lalu. Hal tersebut menunjukkan dibutuhkannya pengkajian secara komprehensif terhadap daerah-daerah yang membutuhkan perhatian khusus. Informasi selengkapnya KLIK DISINI