logo2

ugm-logo

Sleman Dorong Penguatan Sinergi Elemen Penanggulangan Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman, DIY, kembali menggelar kegiatan pembinaan komunitas relawan penanggulangan bencana. Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Makwan menilai, kegiatan ini merupakan agenda yang wajib dilakukan berdasarkan Peraturan Ka BNPB 17/2011.

Makwan menerangkan, setidaknya ada sebanyak 60 komunitas relawanpenanggulangan bencana yang ada di Kabupaten Sleman. Pembinaan dilakukan dalam lima sesi. Dalam setiap sesi, menghadirkan 12 komunitas relawan dan komunitas diwakili 10 orang.

"Pembinaan tersebut diisi dengan sosialisasi terkait dengan keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan dan program kerja BPBD Sleman melibatkan komunitas relawan," kata Makwan, Jumat (1/7).

Untuk penguatan kesadaran bencana, Pemkab Sleman masih terus melakukan pengukuhan Kampung Siaga Bencana di Kabupaten Sleman. Pada Juni 2022, ada satu lagi kampung yang dikukuhkan yaitu Kalurahan Bangunkerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman.

Kalurahan Bangunkerto sendiri merupakan kampung ke-52 yang telah memiliki pengurus Kampung Siaga Bencana di DIY. Selain penanggulangan bencana, keberadaan mereka diharapkan mampu menggerakkan kesadaran masyarakat terhadap mitigasi.

Dalam sambutannya, Bupati Sleman, Kustini Purnomo, menyampaikan dukungannya terhadap penyelenggaraan kegiatan pembinaan komunitas relawan penanggulangan bencana tersebut. Apalagi, Kabupaten Sleman termasuk daerah rawan bencana.

Disebabkan oleh karakteristik geologis, topografis, klimatologis, demografis, maupun sosiologis. Menyadari potensi ancaman bencana tersebut, maka Pemkab Sleman terus berusaha untuk meningkatkan kapasitas seluruh masyarakat.

Termasuk, lanjut Kustini, anggota-anggota komunitas relawan, khususnya kepada yang berada di wilayah-wilayah dengan potensi kebencanaan. Kustini menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada relawan yang telah memberikan kontribusi nyatanya.

Dengan terlibat langsung dalam mitigasi bencana maupun penanggulangan bencana seperti Covid-19. BPBD Sleman terus berusaha pula untuk memberi penghargaan, salah satunya lewat pembinaan komunitas relawan penanggulangan bencana.

"Saya berharap, melalui sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan dan program kerja BPBD Kabupaten Sleman ini kita dapat bersinergi dan berkoordinasi dalam setiap upaya upaya penanggulangan bencana," ujar Kustini.

Bencana Alam 2022: 104 Orang Meninggal, Hampir 2,5 Juta Jiwa Mengungsi

JAKARTA - Indonesia adalah negara yang rentan dengan bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 1.945 kali bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang 2022.

"Sampai tanggal 2 Juli 2022 tercatat jumlah kejadian bencana sebanyak 1.945 kejadian," tulis laporan BNBP melalui akun twitternya @BNPB_Indonesia, dikutip Senin (4/7/2022).

Adapun kejadian bencana alam yang mendominasi adalah cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor. Rinciannya, bencana banjir terjadi sebanyak 756 kali, tanah longsor 377 kali, cuaca ektrem 694 kali.

Sementara itu gempa bumi terjadi sebanyak 12 kali, kebakaran hutan dan lahan 94 kali dan gelombang pasang dan abrasi 11 kali.

"Dari dampak bencana alam tersebut menimbulkan korban meninggal dunia 104 jiwa, hilang 15 jiwa, 692 luka-luka dan terdampak dan mengungsi 2.433.952 jiwa," tutup laporan itu.

Sebelumnya, Plt Kepala Pusat Data, Informasi, Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan tren bencana alam pada 2022 ini merupakan hidrometeorologi basah, dan terjadi hampir di seluruh pulau yang ada Indonesia.

"Dominannya di 2021 kita hidrometeorologi basah sehingga ini menjadi perhatian kita karena tren ini juga kemudian terjadi di 2022," jelasnya dalam konferensi pers, beberapa waku lalu.

Untuk itu, pihaknya telah memetakan tujuh provinsi yang paling sering terjadi bencana alam hidrometeorologi basah. Ketujuh provinsi itu yakni, Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Untuk itu, BNPB mengimbau bagi pemerintah daerah di tujuh provinsi tersebut agar benar-benar memerhatikan kondisi lingkungannya untuk dibenahi secara kolektif.

"Kami meminta untuk melihat kembali kondisi lingkungan, kondisi sungai, kondisi alam pegunungan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air daerah resapan air, kondisi daerah sepanjang aliran sungai yang mungkin selama ini terjadi penyempitan terjadi pendangkalan itu harus benar-benar kita benahi bersama selanjutnya," pungkasnya.

More Articles ...