logo2

ugm-logo

Kota Bogor Sempat Dilanda 31 Bencana Akibat Hujan Deras

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Badan PenanggulanganBencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Jawa Barat mencatat ada 31 bencana pohon tumbang, tanah longsor, bangunan roboh, dan angin kencang terjadi di wilayahnya saat hujan deras hingga ringan pada Ahad (4/9/2022) pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB.

"Hingga saat ini, laporan yang kami data terdapat 31 bencana. Tadi bersama pak wali kota kami sudah tinjau beberapa lokasi pohon tumbang, petugas lain menyebar ke titik-titik lain," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor Theofilo Patrocinio Freitas saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Ahad.

Theofilo menyebutkan terdapat 15 kejadian pohon tumbang yang didominasi wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah dan satu titik di Kemacatan Bogor Selatan. Lokasi pohon tumbang pun berada di depan Gedung Serbaguna sekitar Istana Bogor.

Theofilo bersama Wali Kota Bogor Bima Arya pun telah meninjau dua lokasi pohon tumbang yakni di area Istana Bogor dekat Balai Kirti di Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah dan di Jalan Cidangiang, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah.

Sementara, untuk kejadian tanah longsor terjadi di satu titik di Wilayah Lebak sari, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. Dua kejadian bangunan roboh berada di Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat.

Kemudian sebanyak 12 kejadian angin kencang terjadi di tiga kecamatan. Enam kejadian berada di wilayah Kecamatan Bogor Selatan, empat kejadian di Bogor Tengah, dua kejadian di Kecamatan Bogor Barat. Akibat kejadian angin kencang, kata Theo, tower Diskominfo di dalam area Balai Kota Bogor roboh menimpa sebagian gedung Sekretaris Daerah (setda) dan atap masjid.

Sebelumnya, saat meninjau lokasi pohon tumbang di Jalan Cidangiang, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah bersama Theofilo, Wali Kota Bogor itu memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama lurah, camat dan Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) berkoordinasi untuk melakukan tindakakan darurat bagi warga terdampak bencana pohon tumbang hari ini.

Bagi bangunan warga yang terdampak kerugian pohon tumbang maupun korban luka ringan agar segera dapat ditangani petugas gabungan BPBD, aparat setempat dan Disperumkim.

BNPB: Periode Kering Sangat Singkat, Bencana Hidrometeorologi Basah Mendominasi

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan memasuki akhir Agustus 2022, bencana hidrometeorologi basah kembali mendominasi. Setelah selama tiga minggu di awal hingga pertengahan bulan Agustus kejadian bencana hidrometeorologi kering yang mendominasi.

Hal ini dikatakan oleh Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB , Abdul Muhari, dikutip dari keterangan resminya, Rabu (31/8/2022).

"Perlu menjadi perhatian kita di sini, di minggu pertama, minggu kedua, dan minggu ketiga Agustus, itu kita memiliki frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi kering yakni kekeringan dan kebakaran hutan, khususnya kebakaran hutan dan lahan ini, ini lebih banyak dari hidrometeorologi basah," kata Abdul Muhari.

Aam sapaan akrabnya menjelaskan, bencana hidrometeorologi ini ada dua yakni hidrometeorologi basah adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrem, abrasi pantai. Kemudian hidrometeorologi kering itu dominan kekeringan dan karhutla.

"Yang paling sering di kita itu karhutla, tetapi kekeringan juga di awal Agustus di Lani Jaya juga terjadi dan cukup signifikan dampaknya," ucapnya.

"Setelah 3 Minggu berturut-turut kita memiliki frekuensi kejadian hidrometeorologi kering lebih dominan dibanding hidrometeorologi basah, masuk di minggu-minggu terakhir Agustus ini, ini menjadi kembali hidrometeorologi basah yang dominan," tambah kata Aam.

Artinya kata Aam, periode kering yang dialami di tahun ini sangat singkat. Biasanya, musim kemarau mulai Juni, Juli, Agustus, kemudian September, Oktober, November masuk peralihan dari kemarau ke hujan, dan pada Desember, Januari, Februari masuk puncak musim hujan.

"Tetapi saat ini di Juni, Juli, Agustus ini kita memiliki waktu kering di mana Karhutla itu dominan sangat-sangat singkat," jelasnya.

"Di Minggu 22 hingga 28 Agustus ini kita udah balik lagi hidrometeorologi basah yang sangat dominan di mana kejadian banjir ini merata hampir di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Kalimantan Sulawesi sampai Papua Sorong tadi yang menjadi perhatian kita," ungkap Aam.

Oleh karena itu Aam mengimbau, agar hal ini menjadi alarm bagi masyarakat bahwa bencana hidrometeorologi kering selama awal bulan kembali lagi ke bencana hidrometeorologi basah di akhir bulan Agustus ini.

"Peringatan dini buat kita, bahwa kita sudah mulai bergeser lagi ke hidrometeorologi basah, meskipun potensi kebakaran hutan dan lahan masih ada. Tetapi dominannya sudah bergeser kembali ke hidrometeorologi basah dengan intensitas yang cukup besar," imbaunya.

More Articles ...