logo2

ugm-logo

Khawatir Bencana Susulan, Warga Jepang Ogah Balik ke Rumah dan PilihTidur di Mobil

Jakarta - Kendati Jepang dikenal dengan bangunan tahan gempa-nya, namun sebagian penduduk masih trauma dan enggan kembali ke rumah mereka setelah gempa yang mengguncang negeri matahari terbit itu.

Alih-alih tinggal di rumah mereka, banyak di antaranya yang malah memilih tidur di dalam mobil mereka.

Ini seperti yang dilakoni Ayuko Noto, pendeta di kuil Juzo Wajima. Sebuah yang sejarahnya sudah ada sejak 1.300 tahun yang lalu.

Mengutip Reuters, Minggu (7/1/2024), Noto juga memilih untuk tidur di mobilnya bersama anggota keluarganya, meski rumah mereka tahan gempa. Dengan cara ini mereka berharap dapat melindungi diri mereka dari gempa besar lebih lanjut dan kemungkinan gelombang tsunami.

"Gempa susulan masih terus terjadi," kata pria 47 tahun itu dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Reuters.

"Kami memilih mobil daripada rumah agar kami dapat segera mengungsi jika terjadi gempa besar lagi," sambung dia.

Berapa lama mereka akan terus melakukan hal itu?

"Saya tidak punya jawaban untuk itu," aku dia.

Noto dan keluarganya hanya segelintir orang yang enggan kembali ke rumah mereka setelah gempa dahsyat mengguncang Jepang awal tahun ini. Bahkan, banyak di antara mereka juga ogah tinggal di pusat evakuasi bersama korban gempa lainnya.

Meskipun para pengungsi telah memadati pusat evakuasi di Wajima untuk mendapatkan makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya, beberapa dari mereka ada yang memilih untuk tidur di dalam mobil mereka.

Yutaka Obayashi 75 tahun, dan istrinya Akiko 73 tahun kehilangan rumah kayu dalam bencana hebat kemarin. Namun setelah bermalam di tempat evakuasi darurat di pusat komunitas, mereka memutuskan untuk pulang dan tidur di mobil kecil mereka.

"Mata orang-orang membuatku sangat gugup," kata Obayashi kepada Reuters, saat istrinya beristirahat di kursi bersandar di mobil mereka.
"Aku hanya tidak suka hidup dengan banyak orang di sekitarku," sambungnya.

Pejabat cuaca memperingatkan kemungkinan hujan salju lebat di wilayah tersebut mulai Minggu malam hingga Senin pagi, yang dapat memicu bencana susulan, seperti tanah longsor.

Gemuruh seismik terus berlanjut, dengan gempa berintensitas 5 skala seismik Jepang di kota Anamizu pada Sabtu pagi.

Amukan Longsor di Subang yang Telan Korban

Bandung - Minggu (7/1/2024) sore itu, suasana perkampungan warga di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang tiba-tiba berubah mencekam. Bencana longsor datang tanpa diduga-duga yang akhirnya dilaporkan menimbulkan korban jiwa.

Berdasarkan informasi, longsor terjadi di sekitar mata air Cipondok, Subang. Bencana alam mengerikan ini dilaporkan menerjang sekira pukul 17.45 WIB.

Dari laporan awal yang diterima, 2 warga meninggal dunia akibat insiden tersebut. Tim rescue pun dikerahkan karena ada warga yang dilaporkan hilang setelah longsor menerjang Subang.

"Petugas Damkar Subang bersama dengan BPBD dan petugas yang lain kami kerahkan semuanya saat ini ke lokasi kejadian," kata Kabid Damkar Subang, Dede Rosmayadi saat dikonfirmasi.

Informasi korban jiwa yang tewas dalam insiden ini turut dibenarkan Kepala Puskesmas Kasomalang Andri Suratman. Ia mengatakan, pihaknya telah menerima 3 pasien korban dari bencana longsor, yang satu di antaranya meninggal dunia.

"Betul, kami telah menerima pasien korban longsor Cipondok. Ada tiga pasien yang dibawa ke UGD Kasomalang, dari tiga pasien itu satu orang meninggal dunia, dan dua pasien lainnya mengalami luka ringan," ujar Andri saat dihubungi detikJabar.

Menurut Andri, korban tewas tersebut bernama Oom (50), warga dari sekitar terjadinya longsor. "Korban meninggal dunia di lokasi longsor. Sementara dua pasien lainnya berhasil selamat," katanya.

Andri menuturkan, korban akibat bencana longsor tidak hanya dibawa ke Puskesmas Kasomalang. Ada juga yang dibawa ke Puskesmas Cisalak.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Subang Udin Jazudin menyebut, sejauh ini ada dua warga yang dilaporkan meninggal dunia. "Ada korban jiwa, dua orang meninggal dunia, lain luka-luka," ujar Udin.

Rencananya, proses pencarian korban akan dilanjutkan esok hari, Senin (8/1/2024). Kondisi lokasi kejadian yang terkena longsor tidak memungkinkan dijangkau petugas karena kurangnya penerangan.

"Pencarian dihentikan sementara mengingat waktu sudah malam," ujarnya.

Camat Kasomalang Tatang Saepulloh mengatakan, pihaknya mencatat sebanyak 300 warga Kampung Cipondok yang terdampak bencana longsor ini. Dari ratusan warga tersebut, 60 warga di antaranya sudah mengungsi karena khawatir terjadinya longsor susulan.

"Sementara 300 orang warga Cipondok akan diungsikan ke Majlis Ta'lim Bantar Panjang. Sekarang yang sudah masuk di lokasi pengungsian kurang lebih ada 60 orang," ujar Tatang kepada detikJabar, Minggu (7/1/2024).

Dari informasi sementara yang diperoleh pihaknya, diduga masih terdapat korban yang masih tertimbun dan masih belum diketemukan. "Menurut informasi masih ada korban yang belum ditemukan. 11 orang luka-luka dirawat di Puskesmas Kasomalang dan Cisalak," katanya.

(ral/sud)

More Articles ...