logo2

ugm-logo

Bupati Minta Warga Tingkatkan Kewaspadaan Bencana

Tanah longsor menimpa rumah penduduk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA –- Hujan yang terus menerus turun dikhawatirkan akan meningkatkan potensi bencana di beberapa wilayah Kabupaten Banjarnegara. Untuk itu, Penjabat Bupati Banjarnegara Prijo Anggoro, dalam berbagai kesempatan bertemu dengan warganya selalu meminta mereka meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya bencana.

"Sekitar 70 persen wilayah Banjarnegara merupakan wilayah yang rawan longsor. Untuk itu, pada musim seperti sekarang ini saya minta warga terus menerus meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai terjadi korban," katanya, Senin (6/3).

Bahkan dia mengaku sudah mengeluarkan surat edaran pada para camat dan kades, agar benar-benar memperhatikan kondisi wilayahnya. Mereka juga diminta untuk tidak meninggalkan wilayahnya terlalu lama, terutama pada musim hujan seperti sekarang.

"Begitu ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan, mereka harus segera mengambil tindakan. Kalau perlu, warga yang tinggal di lokasi bencana agar segera diungsikan ke tempat aman," tegasnya.

Kepala Pelaksana Harian pada BPBD, Arief Rahman, mengakui tingginya curah hujan saat ini menyebabkan berbagai wilayah di Banjarnegara berpotensi terjadi bencana longsor atau tanah bergerak. "Kami terus memantau lokasi-lokasi yang rawan bencana," jelasnya.

Dia menyebutkan, sejak akhir Februari hingga awal Maret 2017, setidaknya terjadi empat kali longsor. Meski demikian, bencana tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Bencana longsor, antara lain terjadi di Desa Cendana Kecamatan Banjarnegara. Longsor yang terjadi pada beberapa tebing tepi jalan menyebabkan akses ke Desa Cendana tertutup longsoran tanah. Selain itu, longsor juga terjadi di Desa Pringamba Kecamatan Banjarnegara dimana tebing setinggi 15 meter runtuh dan menimpa satu rumah milik keluarga Kiswono (45).

Selain itu, longsor juga terjadi di Desa Sidengok Kecamatan Pajawaran yang menyebabkan rumah milik Raharjo (55) mengalami kerusakan. Demikian juga, longsor terjadi di Desa Kalilunjar Kecamatan Pejawaran dan Desa Purwodadi Kecamatan Karangkobar yang menyebabkan rumah Sutarso (73) jebol.

"Longsor di Desa Purwodadi sempat menyebabkan jalan desa yang menghubungkan Desa Purwodadi ke Desa Gumelar dan Karangkobar tertutup total. Jalan tertimbun longsiran sepanjang 20 meter dengan ketebalan 1 meter," katanya. 

DPKPB Purwakarta Inventarisasi Ulang Daerah Rawan Bencana Alam

INILAH, Purwakarta - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Becana (DPKPB) Kabupaten Purwakarta, tengah melakukan pemetaan ulang terkait daerah-daerah rawan bencana alam di wilayah itu. Mengingat, kabupaten ini merupakan salah satu daerah di Jabar yang dinilai rawan bencana.
 
Kepala DPKPB Kabupaten Purwakarta, Wahyu Wibisono menjelakan, bencana alam yang kerap terjadi di wilayah kerjannya meliputi tiga hal. Antara lain, tanah longsor, banjir dan puting beliung. Selain itu, juga rawan kebakaran.
 
“Kebakaran dan Bencana alam akibat pergerakan tanah (longsor) yang paling kami waspadai,” ujar Wahyu kepada INILAH, Minggu (5/3/2017).
 
Untuk itu, terang dia, pihaknya telah meminta kepada pemerintahan di tingkat kecamatan untuk menginventarisasi ulang daerah rawan bencana alam di wilayah masing-masing. Selain itu, masyarakat pun diminta untuk lebih tanggap bencana.
 
“Beberapa pekan lalu, kita sudah surati camat untuk mendata ulang daerah-daerah yang dianggap rawan bencana alam di wilayah mereka. Tapi, sampai saat ini data tersebut belum juga diserahkan ke kita,” jelas dia.
 
Jika merujuk pada peta lama, dia menambahkan, bencana alam yang paling sering terjadi di wilayahnya, yakni tanah longsor. Bahkan, dari 192 desa/kelurahan yang ada 18 desa diantaranya merupakan daerah rawan bencana alam akibat pergerakan tanah.
 
Bencana alam akibat pergerakan tanah ini bisa saja terjadi. Apalagi, menilik dari kontur tanah di beberapa wilayah di Purwakarta yang terdiri dari tanah lempung. Sehingga sangat berpotensi terjadi longsor. Sebut saja salah satunya, Desa Parakan Lima dan Cisalada, Kecamatan Jatiluhur.
 
Berbeda dengan longsor, kata dia, untuk bencana banjir nyaris tidak ada. Memang, dulu ada satu desa yang kerap menjadi langganan banjir. Yaitu, hanya Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur saja. Desa tersebut, berada di bawah Bendungan Waduk Jatiluhur dan jadi wilayah pertemuan antara Sungai Citarum dengan Sungai Cikao.
 
“Tapi, sejak dibangunnya tanggul penahan air di aliran sungai Citarum, desa tersebut tak lagi dilanda banjir. Biasanya, kalau musim hujan seperti sekarang ini wilayah tersebut pasti terkena banjir akibat luapan sungai,” jelas dia.
 
Sedangkan, dia kembali menambahkan, untuk wilayah yang sering dilanda bencana angin ribut, hampir seluruh kecamatan yang ada di Purwakarta berpotensi diterjang angin puting beliung.
 
“Dari kecamatan yang ada, wilayah Kecamatan Bungursari dan Purwakarta yang paling sering terjadi kasus angin puting beliung,” tambah dia.
 
Sebagai antisipasi bencana, pihaknya telah menguatkan koordinasi dengan beberapa pihak. Dari mulai TNI/Polri, Camat dan seluruh perangkat desa, hingga bupati. Supaya, bila terjadi bencana alam di suatu wilayah bisa segera ditanggulangi. [jek]

More Articles ...