logo2

ugm-logo

Kepala BNPB Tak Mau Indonesia Disebut Supermarket Bencana

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan Indonesia bukanlah supermarket bencana sebagaimana disebut-sebut banyak pihak. Doni mengatakan Indonesia lebih tepat disebut sebagai laboratorium bencana.

"Indonesia memiliki jenis bencana terlengkap di dunia. Peneliti dari luar negeri bisa belajar tentang kebencanaan di Indonesia," kata Doni saat Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan 2019 di Bogor, seperti mengutip Antara, Selasa (18/7).

Doni mengatakan saat pertama dilantik sebagai Kepala BNPB, dia langsung berkeliling ke wilayah-wilayah bencana yang terjadi saat itu, antara lain longsor di Sulawesi Selatan dan letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

Dalam perjalanan berkeliling selama tiga hari, dia didampingi oleh sejumlah pakar kebencanaan. Dari para pakar itu, dia berusaha menyerap dan belajar tentang penanggulangan bencana.

"Potongan-potongan kalimat dari para pakar dalam perjalanan tiga hari itu yang menjadi bekal saya menjadi Kepala BNPB," tuturnya.

Doni mengatakan Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan sangat penting karena bisa menjadi ajang berdiskusi tentang konsep dan strategi kebencanaan mulai dari prabencana, tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

Di tahap prabencana, Doni berharap para peneliti dan ahli kebencanaan bisa memberikan masukan kepada pemerintah tentang pembangunan sebuah sistem yang terhubung satu sama lain sehingga mengecilkan jumlah korban.

"Kenali ancamannya, siapkan strateginya. Perlu pakar, penelitian dan anggaran," ujar Doni.

BNPB bersama Universitas Pertahanan dan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) mengadakan Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan 2019 di Kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC), Sentul, Kabupaten Bogor.

Pertemuan tersebut merupakan pelaksanaan yang keenam untuk mengumpulkan para ahli kebencanaan untuk meningkatkan budaya riset dan memberikan pemikiran secara komprehensif, holistik, dan sistemik.

BNPB Paparkan Kebutuhan Mendesak Pengungsi Banjir Sultra

Seorang anak menangis di depan rumahnya yang terendam banjir di Desa Laikandonga, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (17/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis kebutuhan pengungsi bencana banjir di Sulawesi Tenggara (Sultra). Pengungsi masih memerlukan perlengkapan logistik, penyediaan air bersih, hingga mandi cuci kakus (MCK).

Kasubdit Pengembalian Hak Pengungsi Kedeputian Penanganan Darurat BNPB Budhi Erwanto mengatakan, 7.963 kepala keluarga (KK)/30.226 jiwa pengungsi tersebar di titik pengungsian. Selain itu, ia menyebut masih terdapat pengungsian mandiri di sepanjang jalan poros Konawe-Kendari Wonggeduku dan Pondidaha.

"Hingga per Senin (17/6), kebutuhan mendesak pengungsi adalah sandang, selimut, tikar, logistik, obat-obatan, kelambu, genset, alat komunikasi untuk daerah terisolir (HT), penyediaan air bersih, MCK darurat," katanya saat dihubungi, Selasa (18/6).

Meski masih memerlukan kebutuhan mendesak, ia mengklaim pemerintah tidak lepas tangan.

Ia menyebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe bersama OPD, TNI/polri, relawan melakukan distribusi logistik di delapan kecamatan dan delapan desa dengan menggunakan angkutan darat, berjalan kaki dan perahu karet. BNPB juga memberikan bantuan berupa selimut 1.750 lembar, matras 700 lembar, family kit 50 paket, kids ware 30 paket, tenda gulung 30 unit. Kemudian pelayanan kesehatan (YanKes) Kabupaten Konawe beserta relawan untuk warga terdampak melakukan pelayanan kesehatan secara rutin di semua titik lokasi bencana dan pengungsian.

"Jadi logistik dan kebutuhan cukup tersedia," ujarnya.

Curah hujan di lokasi bencana mulai berkurang. Tim petugas terus berupaya menyisir dan memulihkan akses. Ia menyebut tim SAR TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan bencana menyisir lokasi Kecamatan Latoma melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu karet mesin 40pk.

Dinas PU Kabupaten Konawe, Balai Besar Wilayah Sungai, dan jalan dan pihak swasta di Konawe untuk mengoptimalkan alat berat di Kabupaten Konawe. Tim Balai Jalan dan Irigasi Wilayah IV telah berupaya menimbun jalan yang terputus di Jembatan rahabangga.

Ia menambahkan, diusahakan tiga-empat hari sudah dapat difungsikan tetapi dengan kapasitas berat maksimal enam ton. Kemudian alat berat sebanyak satu unit dikerahkan oleh Dinas PU Kabupaten Konawe.

 

More Articles ...