logo2

ugm-logo

Global Platform for disaster risk reduction 2019: Proceedings - Resilience Dividend: Towards Sustainable and Inclusive Societies

previewThis document summarises the proceedings of the sixth session of the Global Platform for Disaster Risk Reduction (GP2019), which took place in Geneva from 13 to 17 May 2019.

The world’s top disaster risk reduction thinkers and practitioners, policy makers, government officials and other stakeholders met to debate and discuss how to reduce disaster impact, accelerate Sendai Framework implementation, and to discuss coherence with the related goals of the 2030 Agenda, and the commitments of the Paris Agreement on Climate Change. Outcomes will contribute to the discussions of the High-Level Political Forum on Sustainable Development to be held in New York in July 2019, as well as the UN Secretary General’s Climate Summit in September 2019. It is also the last global gathering for all stakeholders before the 2020 deadline for achieving Target (e) of the Sendai Framework: to substantially increase the number of countries with national and local disaster risk reduction strategies (by 2020).

The theme of GP2019 – “Resilience Dividend: Towards Sustainable and Inclusive Societies” - focused on how managing disaster risk and scaling up risk-informed development investments pay dividends in multiple sectors and geographies. It encompasses more than just economic profit, it continues to reduce disaster risk and strengthens outcomes across the social, economic, financial and environmental sectors in the long term. GP2019 promoted integrated gender perspective and balance; 50% of session speakers and 40% of the total participation were female.

Literasi Bencana Belum Diutamakan

FAJAR.CO.ID, MAMUJU— Upaya Pemprov dan Pemda dalam penanganan dan memberikan imbauan atas terjadimya gempa melalui literasi bencana belum ada penerapan. Alasannya, alokasi anggaran khusus bencana gempa tidak ada.

Padahal, BPBD Sulbar sejak November 2018 lalu hingga Juni 2019 ini, telah mencatat getaran gempa terjadi di atas seribu kali. Itu dari pengaruh Sesar Saddan dengan rata-rata magnitudo 4.0 ke bawah.

Plt Kepala BPBD Sulbar, Darno Majid mengakui, pemahaman bencana belum begitu dipahami masyarakat khususnya di Mamasa terkait gempa bumi. “Kita dan pihak BPBD Kabupaten hanya bisa mengimbau, tetapi untuk membuat masyarakat tidak panik dengan menunjukkan hasil penelitian secara ilmiah belum bisa dilakukan,” ujarnya, kemarin.

Kata dia, pihaknya pernah berkomunikasi dengan pihak lembaga penelitian. Tetapi, untuk memaksimalkan belum bisa dilakukan, pasalnya keterbatasan anggaran. “Kita upayakan di 2020,” kata dia.

Padahal kata Darno Majid, kebutuhan literasi bencana atau pengawasan bencana secara ilmiah itu sangat mendesak. Sebab, aturan-aturan wilayah hingga pendirian bangunan baiknya berdasarkan hasil penelitian demi menjamin keamanan warga ke depan.

Terpisah, Kepala BPBD Mamasa, Daut Sattu mengutarakan, pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak karena permasalahan anggaran. “Kita pernah mengusulkan proposal ke Kementerian untuk bantuan alat pendeteksi gempa atau getaran gempa tetapi tidak direspons, baru sekitar Rp400 juta ji,” bebernya.

Untuk itu, pihaknya saat ini hanya bisa melakukan kesiapsiagaan dan turun langsung memberikan imbauan ke warga jika kembali terjadi gampa. “Dalam sebulan puluhan kali gempa itu,” tuturnya. (sal)

More Articles ...