logo2

ugm-logo

China Umumkan Semua Pasien Corona di Wuhan Telah Dipulangkan dari RS

Kebijakan lockdown di kawasan Wuhan berakhir pada 8 April 2020. Area transportasi seperti stasiun hingga bandara di wilayah itu pun kembali ramai oleh penumpang.

Beijing - Otoritas China mengumumkan bahwa seluruh pasien virus Corona (COVID-19) di Wuhan, yang menjadi titik nol pandemi global ini telah dipulangkan dari rumah sakit (RS).

"Dengan upaya gabungan para profesional medis dari Wuhan dan berbagai wilayah negara ini, hingga 26 April, seluruh pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di Wuhan telah dinyatakan bersih (dipulangkan dari rumah sakit)," sebut juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), Mi Feng, seperti dilansir CNN, Senin (27/4/2020).

Hingga Sabtu (25/4) waktu setempat, data NHC menyebut total 46.452 kasus virus Corona terkonfirmasi di Wuhan. Angka itu mencapai 56 persen dari total kasus virus Corona di China daratan.

Jumlah korban meninggal akibat virus Corona di Wuhan mencapai 3.869 orang, atau sekitar 84 persen dari total kematian di China daratan.

Wuhan menjadi kota pertama di dunia yang berada di bawah lockdown akibat pandemi virus Corona. Beberapa waktu terakhir, kota Wuhan secara perlahan kembali ke situasi normal, setelah berbulan-bulan diselimuti ketakutan dan kecemasan akibat virus Corona.

Namun luka dan trauma akibat wabah virus Corona masih dirasakan warga kota Wuhan, yang otoritasnya baru saja mencabut lockdown setelah 76 hari terakhir. Banyak warga kota Wuhan yang khawatir dengan adanya gelombang kedua virus Corona dan pusat-pusat bisnis berjuang untuk bangkit kembali.

Kasus pertama virus Corona diyakini muncul di Wuhan pada pertengahan Desember 2019. Beberapa pekan kemudian, jumlah kasusnya melonjak drastis. Pada 23 Januari hingga 8 April, warga kota Wuhan tidak bisa meninggalkan kota itu karena semuanya di-lockdown oleh pemerintah China yang berupaya mengatasi wabah virus Corona yang menyebar luas.

Namun, meskipun berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan wabah ini, virus Corona kini telah menginfeksi lebih dari 2,9 juta orang di dunia dan menewaskan lebih dari 206 ribu orang.

sumber: detik.com

 

Riset Terbaru: Corona di Indonesia Diprediksi Berakhir 6 Juni

Jakarta, CNBC Indonesia - Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi penyebaran virus corona COVID-19 di Indonesia akan berakhir 6 Juni 2020, di mana 97% kasus sudah selesai.

Untuk membuat prediksi ini, SUTD menggunakan data hingga 25 April 2020. Penelitian ini menggunakan model SIR (susceptible-recover-recovered) yang diregresikan dengan data berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memperkirakan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara.

Dalam situs SUTD yang dikutip Senin (27/4/2020), data ini ini untuk tujuan pendidikan dan penelitian dan mungkin mengandung kesalahan. Data akan dimasukkan secara harian.

"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Terlalu optimisme berdasarkan perkiraan tanggal akhir berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan seharusnya dihindari," tulis SUTD dalam situsnya.


Dalam laporan tersebut diungkapkan 97% kasus akan berakhir pada 6 Juni 2020 dan 99% kasus akan berakhir di 23 Juni 2020.

Sebelumnya, sejumlah ilmuwan dan peneliti memprediksi puncak virus corona di Indonesia akan terjadi pada bulan Juni dan Juli 2020 dengan jumlah korban yang terinfeksi mencapai 106 ribu kasus.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan  tim pakar gugus tugas mengumpulkan informasi dan prediksi mengenai puncak virus corona di Indonesia dari ilmuwan dan institusi terpercaya.

Dari data tersebut, secara kumulatif puncak penyebaran virus corona di Indonesia pada awal Mei dan awal Juni 2020 dengan total pasien positif corona mencapai 95 ribu.

"Selama Juni dan Juli, kasus terkonfirmasi secara kumulatif akan mencapai 106 ribu kasus," ujar Wiku.

Wiku menambahkan ini semua masih bentuk prediksi dan seperti prediksi pada umumnya tidak memiliki angka yang pasti atau belum tentu benar.

"Kami memiliki cara kolektif mengacu pada peraturan yang ada dan memastikan prediksi adalah prediksi dan kasus sebenarnya lebih rendah dari prediksi," pungkasnya.

More Articles ...