logo2

ugm-logo

Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Kota Tangerang 56,2 Persen

TANGERANG, KOMPAS.com - Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kota Tangerang, Banten mencapai 56,2 persen.

Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah pun mengapresiasi kerja tim kesehatan dan tenaga medis Kota Tangerang dalam menangani para pasien Covid-19.

"Kalau menurut saya kesuksesan tim dokter dan tim kesehatan. Mereka yang bikin cepat sembuh," kata Arief, Jumat (5/6/2020).

Pemkot Tangerang, kata dia, terus memantau ketersediaan obat dan alat kesehatan selama penanganan Covid-19.

"Terapinya kami pantau, kalau ada rumah sakit yang kekurangan obat, kami fasilitasi," kata dia.

Angka kesembuhan yang terus naik, lanjut Arief, tidak terlepas juga dari perjuangan pasien yang mampu bersabar dala menjalani terapi kesehatan untuk melawan Covid-19. Pasien yang tidak memiliki gejala akut bisa dengan sabar dikarantina sehingga cepat sembuh.

"Mereka cukup sabar mengikuti terapi dan karantina, akhirnya mereka juga cepat sembuh," kata dia.

Berdasarkan data terbaru di covid19.tangerangkota.go.id hari ini, di Kota Tangerang tercatat 375 kasus Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 211 kasus telah dinyatakan sembuh atau sebanyak 56,2 persen.

Jumlah orang meninggal dunia karena Covid-19 sebanyak 28 dan pasien positif Covid-19 yang masih dirawat sebanyak 136 orang.

Bagaimana Satu Keluarga di Surabaya Terpapar COVID-19 Hingga Meninggal?

Surabaya - Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak di Surabaya meninggal diduga karena positif COVID-19. Lantas bagaimana awalnya satu keluarga tersebut terpapar COVID-19?

DW, anak bungsu keluarga tersebut mengatakan bahwa awalnya kakaknya dengan ditemani sang suami sempat kontrol kandungan di salah satu rumah sakit di kawasan Ampel. Kemudian kakaknya sempat menginap di rumah milik keluarganya yang ada di Ampel.

"Ini dugaan kuat ya, karena saya diceritakan juga oleh mama dan kakak sendiri waktu itu. Saya lupa tepatnya tanggal berapa, kakak saat itu kontrol kandungan di RS Muhammadiyah di Ampel. Saat itu kakak gak pulang, jadi sempat nginep 1 malam di rumah ampel," kata DW kepada detikcom, Kamis (4/6/2020).

Kemudian, lanjut DW, setelah kakaknya pulang ke rumah di Gubeng Kertajaya, suami kakaknya tersebut langsung sakit selama 3 hari. Sakit tersebut yakni demam dan batuk.

"Dari situ terus ketularan semua satu per-satu anggota keluarga. Tapi karena mungkin imun tubuh suami kakak kuat, jadi dia sembuh. Sedangkan kakak yang sedang hamil 8 bulan gak kuat mungkin imunnya lemah, akhirnya positif COVID-19 dan meninggal. Sementara orang tua saya sendiri sudah tua juga akhirnya terpapar dari hasil rapid test yang reaktif," jelasnya.

DW menyebut kedua orang tuanya disiplin selama pandemi COVID-19. Bahkan keponakan DW yang tinggal serumah dengan kedua orang tuanya tidak diperbolehkan keluar rumah.

"Jadi di sana (rumah Gubeng) ada kakakku pertama (yang meninggal) dan kakak kedua. Kakak-kakakku udah punya anak semua masing-masing 1 dan di sana sama orang tua saya. Mereka disiplin, apalagi semenjak ada pandemi ini gak pernah keluar rumah," terang DW yang mengaku tidak tinggal di rumah Gubeng.

Untuk kondisi keluarganya yang meninggal dunia, DW menjelaskan hanya ayahnya yang memiliki riwayat penyakit penyerta yakni jantung dan diabetes. Sementara ibu dan kakak DW tidak memiliki riwayat penyakit.

Sementara, 3 anggota keluarga DW yang meninggal telah dimakamkan dengan protokol COVID-19. DW menegaskan bahwa yang meninggal karena COVID-19 adalah kakaknya. Sementara kedua orang tuanya meninggal dengan status PDP. Mereka reaktif namun belum melakukan tes swab.

DW berpesan kepada masyarakat khususnya warga Surabaya bahwa virus Corona itu nyata dan berbahaya. Ia menilai banyak orang yang masih menganggap remeh virus tersebut.

"Virus ini jahat, tapi virus ini benar-benar ada dan gak bisa dianggap remeh. Jadi harus sadar akan kesehatan, kebersihan dan kalau memang tidak perlu kemana-mana lebih baik di rumah saja," pungkasnya.

sumber:detik.com

More Articles ...