logo2

ugm-logo

Blog

Merapi Luncurkan Awan Panas, Boyolali dan Klaten Diguyur Hujan Abu

YOGYAKARTA, KOMPAS – Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan empat kali awan panas guguran pada Minggu (21/1/2024) pagi hingga sore. Akibat awan panas guguran yang terjadi pada Minggu siang, terjadi hujan abu di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jateng.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 08.25 WIB. Awan panas tersebut memiliki amplitudo maksimal 62 milimeter (mm), durasi 191,28 detik, dan jarak luncur maksimal 2.000 meter ke barat daya atau menuju Kali Bebeng.

Cuaca Ekstrem Landa Jawa Timur, BMKG Juanda Ingatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi di Beberapa Wilayah

JawaPos.com – Akhir-akhir ini, beberapa wilayah di Jawa Timur dilanda hujan dengan intensitas cukup deras.

Bahkan tak dipungkiri, kedatangan hujan juga disertai dengan tiupan angin kencang.

Karenanya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Sidoarjo mengimbau masyarakat untuk selalu tetap waspada.

Apalagi, Jawa Timur berpotensi mengalami cuaca ekstrem selama sepekan ke depan.

Pada Rabu (17/1), Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan menyampaikan soal beberapa potensi yang terjadi akibat cuaca ekstrem di Jawa Timur.

Terutama terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat, banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.

Bencana hidrometeorologi berpotensi melanda Jawa Timur selama sepekan, mulai dari tanggal 17 hingga 23 Januari 2024.

"Potensi bencana hidrometeorologi tersebut diprediksi terjadi pada periode 17-23 Januari 2024, di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur," ungkapnya, mengutip dari Antara.

Baca Juga: Waspadai Potensi Hujan Badai di Sejumlah Daerah, BMKG: Cuaca Saat Ini Dampak dari Siklon Tropis Anggrek

Rinciannya, wilayah yang berpotensi dilanda bencana tersebut adalah Kabupaten Banyuwangi, Kota Batu, Kota Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Magetan, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Sumenep, Kota Surabaya, Kabupaten Trenggalek, dan Kota Mojokerto.

Tak hanya itu, wilayah yang juga berpotensi mengalami bencana ini ialah Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik, Jember, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kota Madiun, dan Kabupaten Sampang.

Kota dan kabupaten di atas berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi karena sebagian wilayah Jawa Timur sudah memasuki puncak musim hujan.

"Saat ini sebagian wilayah Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan," katanya.

Apalagi, kondisi dinamika atmosfer mencerminkan suhu permukaan air laut di sekitar wilayah perairan Jawa Timur sedang hangat.

Hal ini menandakan pasokan uap air di sekitar wilayah Jawa Timur cukup signifikan. Selain itu, terdapat aktivitas gelombang atmosfer, seperti Madden Jullian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby, yang melintasi provinsi Jawa Timur.

Sehingga akan membentuk pola pertemuan angin di sekitar wilayah Jawa Timur. Karenanya, dapat mendorong peningkatan pertumbuhan awan hujan yang cukup intensif.

"Hal tersebut didukung terbentuknya pola pertemuan angin di sekitar wilayah Jawa Timur yang mendukung peningkatan pertumbuhan awan hujan hingga sepekan ke depan, diprakirakan cukup intensif," tuturnya.

Dengan demikian, BMKG Juanda mengingatkan masyarakat dan instansi terkait supaya tetap waspada. Apalagi, Jawa Timur berpotensi dilanda cuaca ekstrem yang mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, juga diikuti petir dan angin kencang selama sepekan ke depan. 

"Diharapkan masyarakat mengantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, serta berkurangnya jarak pandang," katanya.

Cuaca Ekstrem Landa Jawa Timur, BMKG Juanda Ingatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi di Beberapa Wilayah

JawaPos.com – Akhir-akhir ini, beberapa wilayah di Jawa Timur dilanda hujan dengan intensitas cukup deras.

Bahkan tak dipungkiri, kedatangan hujan juga disertai dengan tiupan angin kencang.

Karenanya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Sidoarjo mengimbau masyarakat untuk selalu tetap waspada.

Apalagi, Jawa Timur berpotensi mengalami cuaca ekstrem selama sepekan ke depan.

 

Pada Rabu (17/1), Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan menyampaikan soal beberapa potensi yang terjadi akibat cuaca ekstrem di Jawa Timur.

Terutama terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat, banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.

Bencana hidrometeorologi berpotensi melanda Jawa Timur selama sepekan, mulai dari tanggal 17 hingga 23 Januari 2024.

"Potensi bencana hidrometeorologi tersebut diprediksi terjadi pada periode 17-23 Januari 2024, di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur," ungkapnya, mengutip dari Antara.

Rinciannya, wilayah yang berpotensi dilanda bencana tersebut adalah Kabupaten Banyuwangi, Kota Batu, Kota Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Magetan, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Sumenep, Kota Surabaya, Kabupaten Trenggalek, dan Kota Mojokerto.

Tak hanya itu, wilayah yang juga berpotensi mengalami bencana ini ialah Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik, Jember, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kota Madiun, dan Kabupaten Sampang.

Kota dan kabupaten di atas berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi karena sebagian wilayah Jawa Timur sudah memasuki puncak musim hujan.

"Saat ini sebagian wilayah Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan," katanya.

Peralihan Musim Hujan, Sumsel Antisipasi Bencana Hidrometeorologi

TEMPO.CO, Palembang - Beberapa daerah di Sumatera Selatan sedang dilanda bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Peristiwa terjadi di Musirawas Utara, Lahat, Musi Banyuasin dan daerah lainnya.

Potensi musibah serupa juga terdapat di Ogan Komering Ilir (OKI). Guna mengantisipasi dampak fase peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan, jajaran Pemkab OKI menggelar Apel Gelar Pasukan dan Peralatan dalam rangka Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi di wilayah OKI.

Apel gelar pasukan dan peralatan diawali dengan pengukuhan secara simbolis pemakaian topi penanggulangan oleh Pj Bupati OKI Asmar Wijaya kepada Satgas Penanggulangan Bencana dilanjutkan pengecekan pasukan dan peralatan bersama Forkopimda Kabupaten OKI.

Dalam amanatnya, apel siaga ini untuk mensinergikan seluruh elemen masyarakat, Pemerintah Daerah, TNI/Polri dalam menghadapi bencana dan upaya, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan kemampuan  bersama dalam menghadapi bencana. “Kita berharap agar Kabupaten OKI maupun daerah lainnya dapat terhindar dari bencana alam ,” ujarnya, Kamis, 18 Januari 2024.

Menurut Asmar, Kabupaten OKI telah siap baik dari personel, peralatan maupun cara bertindak apabila terjadi bencana alam. "Melakukan pengecekan baik personil, peralatan maupun lainnya dipastikan siap. Diharapkan kegiatan ini dapat mewujudkan ketangguhan dalam menghadapi bencana dan memberikan rasa aman kepada masyarakat,” ujarnya.

Asmar berharap pola penanggulangan bencana alam secara kolaboratif ini dapat juga diterapkan pada pola pencegahan sehingga bisa memberikan dampak yang lebih optimal dalam rangka penanganan bencana alam di OKI. "Kerja-Kerja kolaborasi pada pihak terkait sangatlah penting untuk jadi sandaran dalam penanganan bencana alam di Kabupaten OKI," kata dia.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan Agus Fatoni akan meninjau langsung sejumlah titik lokasi banjir di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Sebagaimana diketahui, terdapat enam kecamatan di lokasi ini yang terdampak banjir.

Fatoni mengatakan pihaknya akan menyalurkan sejumlah bantuan kepada warga terdampak banjir, diantaranya berupa makanan, pakaian dan terpal. "Kita sudah siapkan bantuan untuk semua lokasi banjir baik itu berupa makanan, pakaian, kemudian ada terpal dan berbagai bantuan yang lain ke seluruh alokasi banjir,” kata Fatoni.

Saat ini, Pemprov bersama Pemerintah Kabupaten setempat tengah menghitung kerugian yang diakibatkan oleh banjir tersebut. Fatoni memastikan gedung sekolah yang masih dapat digunakan tetap akan difungsikan sebagai sarana belajar mengajar.

"Sekolah yang masih bisa dipakai tentu digunakan, namun yang tidak bisa dipakai nanti kita alihkan,” kata Fatoni.

Bencana banjir bandang itu dipicu curah hujan tinggi di wilayah Muratara yang menyebabkan meluapnya sungai Rawas dan sungai Rupit. Banjir yang terjadi Rabu, 10 Januari lalu tersebut menyebabkan enam kecamatan  yang terdampak banjir meliputi Ulu Rawas, Rawas Ulu, Karang Jaya, Rupit, Karang Dapo dan Rawas Ilir.

Mengenal Apa Itu Bencana Hidrometeorologi: Pengertian dan Jenis

Jogja - Tahukah kamu, apa itu bencana hidrometeorologi? Penting untuk memahami apa itu bencana hidrometeorologi karena fenomena tersebut sering melanda wilayah di Indonesia.

Peringatan mengenai fenomena ini juga kerap disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terutama saat akhir tahun menjelang tahun baru. Seperti diketahui, bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam maupun ulah manusia.

Bencana alam sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya bencana hidrometeorologi. Lantas, apa yang dimaksud bencana hidrometeorologi?

Pengertian Bencana Hidrometeorologi

Mengutip laman BMKG, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).

Dampak dari fenomena ini dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, cedera, atau dampak kesehatan lainnya. Misalnya kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, serta kerusakan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di laman BPBD Yogyakarta, bencana hidrometeorologi disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.

Jenis-jenis Bencana Hidrometeorologi

Menukil informasi dari laman BMKG, berikut ini jenis dan contoh bencana hidrometeorologi lengkap dengan penjelasannya:

A. Bencana Hidrometeorologi Basah

Fenomena ini terjadi akibat adanya cuaca ekstrem, seperti hujan yang sangat lebat dibanding biasanya. Jenis bencana hidrometeorologi ini sering terjadi pada periode musim hujan. Contohnya:

  • Banjir
    Banjir adalah luapan air yang merendam tanah yang biasanya kering, yang dapat terjadi akibat limpahan air dari sungai, danau, atau laut. Fenomena ini juga dapat terjadi karena akumulasi air hujan di tanah yang sudah berlebih.
  • Longsor
    Tanah longsor ditandai oleh kemiringan lereng yang curam atau landai dengan sudut tertentu, seperti pegunungan hingga tebing pantai atau di dasar laut. Dalam banyak kasus, tanah longsor dipicu oleh peristiwa tertentu. Misalnya hujan lebat, gempa bumi, lereng miring untuk membangun jalan, dan lain sebagainya.
  • Curah Hujan Ekstrem
    Curah hujan ekstrem adalah curah hujan yang jatuh di suatu lokasi tertentu dengan intensitas tinggi melebihi batas atas curah hujan biasanya dalam waktu tertentu. Fenomena ini bisa dipicu oleh awan konventif (cumulonimbus) yang masif dan mencapai atmosfer yang tinggi.
    Selain curah hujan dengan intensitas yang tinggi, awan ini juga dapat disertai golakan angin kencang, hujan es, dan potensi puting beliung.
  • Angin Kencang
    Angin kencang adalah naiknya kecepatan angin lebih dari 27,8 km/jam dari wilayah dengan tekanan udara yang lebih tinggi ke wilayah dengan tekanan udara yang lebih rendah.
  • Puting Beliung
    Puting beliung adalah kumpulan angin yang berputar dengan kecepatan tinggi. Fenomena ini dapat berlangsung selama beberapa menit, yang biasa terjadi saat pergantian musim hujan ke musim kemarau (pancaroba).

B. Bencana Hidrometeorologi Kering

Sementara itu, bencana hidrometeorologi terjadi akibat kelangkaan hujan atau dalam kurun waktu yang lama tidak terjadi hujan akibat kemarau panjang. Fenomena ini sering terjadi pada periode musim kemarau. Contohnya:

  • Kekeringan
    Kekeringan adalah defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan kelembaban tanah dan kerusakan tanaman.
  • Kebakaran Hutan dan Lahan
    Fenomena ini juga sering disebut karhutla, yakni terbakarnya banyak pohon, semak, paku-pakuan dan rumput di suatu wilayah. Fenomena ini disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia.
  • Kualitas Udara Buruk
    Kualitas udara buruk berkaitan dengan tingkat polusi udara yang tinggi, kualitas udara ini ditentukan oleh konsentrasi polutan berdasarkan indeks kualitas udara lainnya.

Tips Menghadapi Bencana Hidrometeorologi

Dirangkum dari laman BPBD Yogyakarta dan Bogor, berikut ini cara dan tips menghadapi bencana hidrometeorologi:

  1. Pastikan talang air bersih dan lancar.
  2. Pastikan atap tidak bocor.
  3. Periksa kondisi pintu rumah dan perbaiki jika rusak.
  4. Periksa jendela dan pastikan tidak rusak atau retak.
  5. Perhatikan lingkungan sekitar. Pantau kondisi pohon, tiang listrik, reklame, dan Penerangan Jalan Umum (PJU).
  6. Cari tahu tentang potensi bencana di lingkungan sekitar.
  7. Ikuti laporan cuaca terkini.
  8. Siapkan perlengkapan darurat.
  9. Cari tahu langkah tanggap bencana.
  10. Hindari berteduh di bawah pohon.
  11. Menjaga kebersihan.
  12. Menjaga kebugaran tubuh.
  13. Konsumsi air putih untuk cegah dehidrasi.

Demikian penjelasan tentang bencana hidrometeorologi, mulai dari pengertian, jenis, hingga tips menghadapinya.