logo2

ugm-logo

Blog

23 Kecamatan di Jatim Rusak Parah akibat Gempa Bawean

Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 23 kecamatan di Jawa Timur mengalami kerusakan parah akibat gempa Tuban-Bawean yang mengguncang pada Jumat (22/3) lalu.

Sebanyak 23 kecamatan itu tersebar di 21 kabupaten dan 7 kota di Jawa Timur yang terdampak gempa.

Kabupaten Tuban menjadi wilayah paling banyak mengalami kerusakan. Sebanyak 12 kecamatan di Tuban tercatat mengalami rusak parah.

Selanjutnya di Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya di mana masing-masing terdapat 3 kecamatan terdampak kerusakan.

"Sisanya yakni di Kabupaten Lamongan dua kecamatan yang terdampak kerusakan dan Kabupaten Bojonegoro, Pamekasan, dan Sidoarjo masing-masing hanya satu kecamatan yang terdampak kerusakan," tulis rilis BNPB, Minggu (24/3).Selain itu, BNPB juga mencatat hingga saat ini ada 9.648 orang yang harus mengungsi akibat gempa Tuban-Bawean. Dua warga juga dilaporkan mengalami luka-luka akibat gempa.

Dampak lainnya, sejumlah bangunan juga ikut terdampak. Di antaranya 63 fasilitas pendidikan, 5 rumah sakit, 88 rumah ibadah, dan 8 gedung lainnya yang terdampak kerusakan.

Sebanyak lebih dari 2 ribu rumah warga juga dilaporkan mengalami kerusakan. Sebanyak 331 di antaranya mengalami rusak berat.

"Sisanya rumah rusak sedang sebanyak 706 dan rumah rusak ringan sebanyak 1.356," tulis BNPB.

Ada banyak kebutuhan pokok yang dibutuhkan pengungsi terdampak gempa saat ini, mulai dari tenda pengungsi, makanan, minuman, selimut, dan obat-obatan.

BNPB juga terus mengupayakan berbagai bantuan hingga menerjunkan personel tambahan ke lokasi terdampak kerusakan yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang sekitar Pulau Bawean yang terasa di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Pusat gempa terjadi di timur laut Tuban dengan kedalaman 10 km.

Meski disebutkan tak berpotensi tsunami, namun gempa susulan terus terjadi. Laporan teranyar, sebanyak 150 gempa susulan terjadi sejak Jumat kemarin.

sumber:  CNN Indonesia

Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan

Rencana Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit

(Hospital Disaster Plan / HDP)


April - November 2024


 

PENGANTAR

Apakah rumah sakit bapak/ibu selama ini mengalami kesulitan dalam menyusun dokumen hospital disaster plan? Mungkin dokumennya sudah ada namun tanpa disadari ternyata dokumen yang disusun hanya sekedar pemenuhan syarat akreditasi belum operasional digunakan sebagai pedoman perencanaan penanggulangan bencana. Kemudian Bapak/ Ibu bertanya siapa yang bertanggung jawab untuk menyusun dokumen HDP, apakah tim K3RS, tim bencana atau tim manajemen RS? Bagaimana dengan SOP, struktur pengorganisasian dan analisis risiko? Apakah sudah tercantum dalam dokumen HDP Bapak/ Ibu? Coba Bapak/ Ibu melihat kembali atau mempelajari kembali konsep disaster management cycle, PMK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Krisis Kesehatan dan Hospital Safety Index (HSI). Ketiga hal tersebut bisa menjadi dasar yang kuat bagi bapak/ibu untuk mengetahui betapa pentingnya Rumah Sakit menyiapkan dokumen Hospital Disaster Plan (HDP) untuk meningkatkan kesiapsiagaan RS dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan.

Perlu disadari bahwa memiliki dokumen HDP tidak serta merta membuat penanganan respons bencana menjadi mudah, lancar dan tidak ada masalah karena kekacauan atau chaos akan tetap terjadi di awal masa respons untuk setiap jenis bencana. Namun, durasi kekacauan akan menjadi lebih singkat dengan adanya perencanaan dan peningkatan kapasitas yang dipersiapkan saat sebelum terjadi bencana dibandingkan dengan rumah sakit yang tidak memiliki perencanaan sama sekali. Fungsi HDP lebih dari sekedar dokumen perencanaan, tetapi panduan yang operasional dan budaya kesiapsiagaan bencana.

Pelatihan ini kami hadirkan untuk me-review kembali dokumen HDP yang sudah ada di RS Bapak/ Ibu, untuk melengkapi komponen yang kurang dan untuk meningkatkan pemahaman peran dan fungsi bidang terkait dalam dokumen.

 

TUJUAN

Tujuan kegiatan ini adalah peserta memahami penyusunan Hospital Disaster Plan dengan komponen pokok di dalamnya.

 

OUTPUT KEGIATAN

  1. Peserta memahami konsep bab per bab dalam menyusun dokumen Hospital Disaster Plan.
  2. Rumah Sakit memiliki satu draft dokumen perencanaan penanggulangan bencana di RS (draft dokumen HDP) yang operasional digunakan saat terjadi bencana dan krisis kesehatan.

 

PESERTA

Peserta berasal dari tim bencana rumah sakit yang masih aktif dan/atau anggota baru yang meliputi unsur:

  • Unsur Manajemen (pengorganisasian/ sistem komando bencana rumah sakit; operasional, keuangan, perencanaan, sekretaris)
  • Unsur tim yang mengerjakan analisis risiko, HVA, dan HSI (*K3RS)
  • Unsur logistik, perencanaan, SDM, dan fasilitas

KLIK DISINI LINK PENDAFTARAN

https://bit.ly/REG-PelatihanPendampinganOnline


NARASUMBER

  1. dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD
  2. dr. Bella Donna, M.Kes
  3. Madelina Ariani, MPH
  4. Apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid
  5. Happy R Pangaribuan, MPH
  6. Dr. Yudha Mathan Sakti,SpOT,K(Spine)
  7. dr. Wahyu Kartiko Tomo, Sp.B

 

Waktu Pelaksanaan

Pelatihan dan Pendampingan akan dilaksanakan sebanyak 2 Batch (Gelombang) selama tahun 2024 dimana dalam setiap batch dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan. Pembagian waktu sebagai berikut :

Batch I :

⮚ Pertemuan 1: Jumat, 5 April 2024

⮚ Pertemuan 2: Jumat, 19 April 2024

⮚ Pertemuan 3: Jumat, 3 Mei 2024

⮚ Pertemuan 4: Jumat, 17 Mei 2024

⮚ Pertemuan 5: Jumat, 31 Mei 2024

 

Batch II :

⮚ Pertemuan 1: Kamis, 5 September 2024

⮚ Pertemuan 2: Jumat, 20 September 2024

⮚ Pertemuan 3: Jumat, 4 Oktober 2024

⮚ Pertemuan 4: Jumat, 18 Oktober 2024

⮚ Pertemuan 5: Jumat, 1 November 2024

 

 

Rundown Kegiatan

Pertemuan T P PL Materi

Pertemuan 1

 

1 4  

Materi 1. Komponen HDP dan Pengorganisasian tim HDP

 

Menampilkan ceklist komponen HDP yang sudah ada

(*sebelumnya sudah dibagikan pertanyaan google form : kuesioner singkat sebagai assessment awal kepada peserta)

Penugasan (*peserta dibagi kedalam 3 ruang zoom):

- Membagikan template HDP (dijelaskan oleh fasilitator)

- Menyusun struktur pengorganisasian dan tupoksi

Jeda 1 minggu penugasan didampingi fasilitator menyusun struktur pengiorganisasian dan tupoksi (Penugasan Mandiri)

Pertemuan 2

 

1 4   Pemaparan hasil penugasan struktur pengorganisasian
Materi 2. Analisis Risiko dan HSI

Penugasan (*peserta dibagi kedalam 3 ruang zoom) :

Analisis risiko bencana yang menjadi prioritas penanganan masing-masing RS

Jeda 2 minggu penugasan didampingi fasilitator untuk menyusun analisis risiko dan HSI (Penugasan Mandiri)

Pertemuan 3

 

3 7   Materi 3. Perencanaan surge capacity
Materi 4. SOP saat Bencana (kelanjutan dari analisis risiko dan skenario)
Penugasan : masing-masing RS identifikasi SOP yang dibutuhkan dan penjabaran SOP
Materi 5. Penyusunan peta risiko dan peta respons
Arahan untuk penugasan merangkum seluruh penugasan dalam template HDP --- pertemuan 4
Jeda 2 minggu penugasan didampingi fasilitator untuk menyusun SOP dan merangkum seluruh penugasan dalam satu file template HDP --- pertemuan 4 (Penugasan Mandiri)

Pertemuan 4

 

2 7   Pemaparan hasil penugasan analisis risiko dan diskusi
Materi 6. Implementasi Logistik medis dan non medis dalam dokumen HDP (persiapan, penyimpanan, pendistribusian, pelaporan) termasuk SOPnya

Penugasan (*peserta dibagi kedalam 3 ruang zoom) :

Identifikasi kebutuhan SOP terkait manajemen logistik

Materi 7. Penentuan fasilitas RS untuk bencana dan kelengkapan no kontak dan form-form
Jeda 1 minggu penugasan didampingi fasilitator untuk menyusun peta risiko dan SOP manajemen logistik (Penugasan Mandiri)

Pertemuan 5

 

 

2    

Pemaparan dokumen HDP

Review Dokumen

Total 9 22    

 

BIAYA KEPESERTAAN

Biaya kepesertaan Pelatihan dan Pendampingan sebesar Rp 7.500.000 / instansi. Peserta pelatihan dikenai biaya sebagai tim (Anggota tim maksimal 5 orang/institusi). Peserta akan mendapatkan sertifikat ber SKP Plataran Sehat

Pembayaran peserta dapat dilakukan dengan melalui transfer ke rekening panitia dengan Kode Unik 39, contoh Rp.7.500.039. No. Rekening sebagai berikut:
No Rekening : 9888807171130003
Nama Pemilik : Online Course/ Blended Learning FK UGM
Nama Bank : BNI
Alamat : Jalan Persatuan, Bulaksumur Yogyakarta 55281

Catatan:

pembayaran yang di lakukan dari beda Bank BNI,
mohon bisa menggunakan biaya transfer online sebesar Rp. 6.500,-
tidak bisa menggunakan biaya BI Fast sebesar Rp. 2.500,-

 


Pendaftaran peserta dapat dilakukan online melalui Google form:

https://bit.ly/REG-PelatihanPendampinganOnline


 

 

Narahubung Pelatihan

Pendaftaran :
Hagung Putra/ +62 813-2611-6064 / This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.">

Konten :
Happy R Pangaribuan, MPH/ 085325546433 / This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Gedung Litbang FK-KMK Lantai 1, Jl. Medika Yogyakarta 55281

Website :http://www.bencana-kesehatan.net/

 

BPBD Lembata aktifkan posko siaga darurat bencana gunung api

Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mengaktifkan posko siaga darurat bencana Gunung Api Ile Lewotolok.

"Kami mengaktifkan posko siaga darurat untuk siaga di kondisi darurat, ada di Kantor BPBD Lembata," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata Andris Koban ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.

Setelah kenaikan status Gunung Api Ile Lewotolok dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) pada 27 Februari 2024 pukul 10.00 Wita, BPBD Lembata mulai mengaktifkan posko siaga bencana dan rantai komando.

Ia mengatakan pengendalian terkait bencana ini berada dalam rantai komando yang terjalin baik dari kabupaten, desa, hingga rukun tetangga (RT).

Desa Jontona dan Desa Todanara di Kecamatan Ile Ape Timur yang menjadi desa terdampak pun telah mengaktifkan sistem siaga desa.

"Dua desa itu sudah aktifkan sistem siaga desa, sudah ada peringatan ke desa, sudah aktifkan siaga bencana, piket malam juga sudah diaktifkan, jadi tidak perlu panik," kata Andris.

Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) Kabupaten Lembata telah menyosialisasikan perkembangan terkini gunung api itu dan penanganan darurat bencana yang hendak dilakukan.

Di hadapan masyarakat Desa Jontona dan Todanara, SKPDB mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

Andris mengatakan pengamat gunung api dari Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok terus memantau perkembangan terkini khususnya aliran lava yang mengarah ke selatan dan tenggara gunung.

"Kita serius memperhatikan perkembangannya bagaimana," kata dia.

Ia meminta masyarakat untuk mengikuti perintah dan satu komando dalam rantai komando yang telah terbangun.

Pada level kabupaten, komando ada pada Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung selaku komandan SKPDB, sedangkan level desa berada pada kepala desa.

"Jadi semua warga satu komando di bawah kepala desa," kata dia.

Gunung Api Ile Lewotolok mengalami kenaikan status aktivitas vulkanik karena adanya peningkatan signifikan baik dari tinggi kolom erupsi dan aliran lava.

Kelompok Rentan Bencana Butuh Kehidupan Berkualitas dan Bermartabat

Jakarta-Humas BRIN. Indonesia adalah negara yang rentan terhadap berbagai jenis bencana alam dan non-alam karena letak geografisnya yang terletak di Cincin Api Pasifik dan memiliki topografi yang kompleks. Pada 2014-2023, bencana paling banyak terjadi pada 2020 sebanyak 5.003 bencana. Bencana yang paling banyak terjadi yaitu puting beliung sebanyak 8.569, diikuti bencana banjir sebanyak 8.334 dan tanah longsor sebanyak 7.437 kejadian.

Sebagian besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif. Sehingga bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan infrastruktur dan konektivitas dasar, namun dapat menimbulkan kerugian korban jiwa. Sekitar 96,27% populasi terpapar multihazard, 75% infrastruktur berada pada zona rawan bencana, dan 22,85 Trilyun/tahun rata-rata kerugian akibat bencana.

Penyandang disablitas, lansia, kepala keluarga perempuan, dan anak-anak sebagai kelompok rentan bencana yang perlu memperoleh jaminan untuk dapat menjalani kehidupan secara berkualitas dan bermartabat (human dignity). Kelompok ini mendapatkan kesamaan hak dan kewajiban dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks kebencanaan. Kelompok rentan juga perlu berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Pernyataan tersebut disampaikan Amich Alhumami Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan di Kementerian PPN/Bappenas pada gelaran Kick Off Meeting Nasional Indonesia untuk Program MOST – UNESCO. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan (DKP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara hibrid, di Gedung BJ. Habibie Jakarta, Selasa (27/2).

“Kelompok rentan merupakan kelompok yang paling berpotensi terdampak baik secara fisik, psikologis, maupun sosial ekonomi. Dampak langsung dan tidak langsung (jangka panjang), seringkali diatasi dengan strategi yang kurang tepat sehingga mengakibatkan kelompok rentan menjadi semakin rentan,” ujarnya.

Menurutnya, pengelolaan risiko bencana yang tepat guna merupakan aspek penting untuk memastikan keseimbangan dan keberlanjutan rencana pembangun, sebagaimana tertuang dalam Visi Indonesia Emas 2045 yaitu Negara Nusantara yang Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan.

“Berdaulat, artinya Indonesia sebagai negara kesatuan yang memiliki kemandirian dan kewenangan penuh untuk mengatur sendiri seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di wilayahnya. Maju, menunjukkan ekonomi yang mencapai posisi nomor lima terbesar dunia, berbasiskan pengetahuan dan inovasi yang berakar pada budaya Nusantara. Indonesia menjadi negara berdaya, modern, tangguh, inovatif, dan adil,” jelasnya.

Berkelanjutan, terang Amich, sebagai negara yang berkomitmen untuk terus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yag tinggi seimbang dengan pembangunan sosial, keberlanjutan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup, serta tata kelola yang baik.

Nara sumber berikutnya Dika Yudistira dari Kemensos RI memaparkan mengenai kerentanan sosial menurut Kemensos RI, bahwa risiko kerentanan dibagi tiga, yaitu kemiskinan, perubahan iklim, dan bencana. Kerentanan ini  akan terjadi di sepanjang siklus hidup manusia, mulai usia anak, usia sekolah, usia kerja, lansia, dan penyandang disabilitas.  

Dirinya juga menjelaskan, tugas Kemensos RI menyelenggarakan urusan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

“Di Kemensos ada beberapa program untuk mengatasi hal tersebut, yaitu Climate Change Adaptation berupa program sembako, atensi, bantuan sosial darurat, buffer stock logistic bencana. Selanjutnya, Disaster Risk Reduction yang meliputi Kampung Siaga Bencana (KSB), Lumbung Sosial, Taruna Siaga Bencana (Tagana), dan sebagainya,” paparnya.

KSB merupakan wadah formal penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang berada di kecamatan dan dijadikan kawasan/tempat untuk program penanggulangan bencana. Sasarannya yaitu kawasan dari sejumlah desa/kelurahan yang teridentifikasi memiliki risiko bencana.

“Lumbung Sosial adalah sarana penyediaan akses logistik kepada masyarakat di lokasi rawan bencana yang disimpan di ruangan pemerintah setempat atau yang berdasarkan kearifan lokal dan kesepakatan Masyarakat. Logistik disimpan di ruangan bukan milik pemerintah. Untuk pengelolaan, pencatatan dan pelaporannya dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dengan Keputusan Kepala Desa tempat lumbung sosial disimpan,” jelasnya.

Dika membeberkan, berdasarkan Permensos No. 28 Tahun 2012, TAGANA adalah relawan sosial yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana. “Tagana merupakan relawan yang berasal dari masyarakat dengan kepedulian tinggi, dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial. Tagana merupakan perwujudan dari penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis masyarakat,” kata Dika.

Ia memberikan contoh, tanggap darurat bencana penanganan korban saat gempa bumi Cianjur, Kemensos RI menyediakan tenda pengungsian, pos medis, pos layanan dukungan psikososial, lapangan olah raga, tempat ibadah. Menyediakan toilet umum, dapur umum, laundry, pos air bersih, dapur kreasi, layar hiburan, dan sekolah darurat.

“Pasca bencana, kami juga menyediakan bansos adaptif untuk 11.077 korban bencana Cianjur. Memberikan akses untuk program pemberdayaan sosial, kemudian reunifikasi dan reintegrasi anak-anak korban bencana yang terpisah dari keluarganya,” ucapnya.

Dirinya menguraikan, untuk bansos adaptif ini Kemensos RI membuat program Keluarga Harapan (PKH) sebagai program bantuan tunai bersyarat agar penyintas dapat meningkatkan kualitas SDM dan memutus kemiskinan yang terjadi akibat bencana.

“Ada juga program sembako, merupakan pemberian sosial pangan yang disalurkan dalam bentuk nontunai kepada penyintas korban bencana di Kabupaten Cianjur. Berikutnya Program Rumah Sejahtera Terpadu dan Atensi, yakni program yang diperuntukan untuk penyintas korban bencana untuk dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari kewirausahaan social,” pungkasnya. (ns)

 

Masyarakat Jawa Timur Diimbau Waspada Bencana Akibat Cuaca Ekstrem hingga Maret

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim meminta masyarakat serta BPBD kabupaten atau kota untuk meningkatkan kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung hingga Maret 2024.

Ia mengatakan, cuaca ekstrem yang terjadi dalam sepekan terakhir telah mengakibatkan bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah. Baik yang berupa, banjir, tanah longsor, angin kencang, angin puting beliung dan bahkan hujan es.

“Kepada masyarakat, kami juga minta untuk berhati-hati, utamanya saat terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Hindari berteduh di bawah pohon. Jangan sampai pohon tempat kita berteduh itu akhirnya patah dan menimpa kita sendiri,” kata Gatot Soebroto Kepala Pelaksana BPBD Jatim dilansir Antara, Kamis (29/2/2024).

Selain itu, khusus terkait potensi bencana angin kencang, Gatot menjelaskan, jika bencana ini telah mengalami peningkatan eskalasi dalam beberapa pekan terakhir.

Berdasarkan data Pusdalops BPBD Jatim per 28 Februari 2024, dalam dua bulan terakhir, jumlah kejadian bencana angin kencang di Jatim telah mendominasi dengan jumlah 47 kejadian.

Sedangkan, kejadian banjir hanya tercatat 25 kejadian. Disusul angin puting beliung dan tanah longsor yang masing-masing hanya 3 dan 2 kejadian.

Kejadian bencana angin kencang yang cukup besar ini, di antaranya, terjadi di wilayah Sidoarjo dan Kabupaten Pamekasan. Di dua lokasi ini, ratusan rumah mengalami kerusakan dengan kategori berat, sedang dan ringan. (ant/sya/iss)