Selamat berjumpa kembali pembaca website bencana kesehatan. Pengantar minggu ini akan membahas kebijakan terbaru untuk menekan kembali lonjakan kenaikan kasus COVID-19. Dimulai dari pasca lebaran Idul Fitri, kasus COVID-19 di Indonesia semakin meningkat khususnya di Jawa dan Bali. RS semakin kewalahan dan kolabs dengan lonjakan pasien COVID-19. Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian tempat tidur RS rujukan pasien terpapar COVID-19 nyaris penuh, terutama di Jawa. Kemenkes menginstruksikan pemerintah daerah untuk menambah jumlah tempat tidur di RS rujukan serta meningkatkan ruang rawat bagi pasien. Pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menekan lonjakan kasus ini, namum ketidakdisiplinan masyarakat dengan protokol kesehatan mengakibatkan penyebaran COVID-19 semakin cepat. Dengan dikeluarkan kebijakan PPKM Darurat, pemerintah menghimbau kembali supaya masyarakat bekerja sama semaksimal mungkin dengan keterlibatan mereka mengikuti protokol kesehatan. Kebijakan PPKM Darurat ini berlaku 3 - 20 Juli 2021 di beberapa kabupaten/kota se - Jawa dan Bali. Pembatasan dilakukan pada kegiatan perkantoran, belajar mengajar, pusat perbelanjaan, kegiatan ibadah, fasilitas umum dan sebagainya.
Blog
Bukti Ilmiah Tentang Bencana Alam dan Kedaruratan Kesehatan serta Manajemen Risiko Bencana di Kawasan Pedesaan Asia
Studi epidemiologi bencana menunjukkan bahwa Asia memiliki frekuensi bencana alam tertinggi. Masyarakat pedesaan sangat terpengaruh oleh bencana alam dan memiliki kebutuhan perawatan kesehatan yang berbeda dengan masyarakat perkotaan. Merujuk negara - negara Asia, tujuan makalah ini untuk memberikan gambaran tentang dampak kesehatan dan bukti terkini untuk merancang program dan kebijakan yang terkait dengan darurat kesehatan pedesaan dan manajemen risiko bencana (health-EDRM). Beban medis dan kebutuhan kesehatan masyarakat pedesaan paling sering dilaporkan diantara populasi usia ekstrem. Sebagian besar bukti penelitian yang ada untuk intervensi pedesaan dilaporkan di Cina. Tidak ada laporan tinjauan sejawat yang dipublikasikan tentang dampak program pada kesiapan pribadi dan masyarakat. Bencana terkait perubahan iklim semakin meningkat frekuensi dan keparahannya. Bukti diperlukan untuk intervensi pengurangan risiko bencana untuk mengatasi risiko kesehatan khusus untuk populasi pedesaan. Artikel ini dipublikasikan pada 2019 di British Medical Bulletin
Evaluation of COVID-19 Vaccine Effectiveness
Selamat berjumpa kembali pembaca website bencana kesehatan. Pengantar website minggu ini membahas terkait dengan vaksin COVID-19. Pada 17 Maret 2021, WHO menerbitkan buku berikut sebagai panduan sementara untuk melihat evaluasi keefektifan vaksin COVID-19. Evaluasi bagaimana vaksin dapat bekerja dalam satu populasi umumnya mempertimbangkan tiga parameter yaitu kemanjuran, efektivitas dan dampak. Kemanjuran diperkirakan dalam uji klinis pra lisensi. Dampak program vaksinasi pada beban penyakit dapat dievaluasi menggunakan sistem surveilans yang membandingkan kejadian penyakit sebelum dan sesudah implementasi vaksin. Penyebaran SARS CoV-2 yang bervariasi serta pencarian perawatan dan pola diagnostik COVID-19 yang mungkin berubah setelah vaksin diluncurkan, menghalangi evaluasi dampak pra dan pasca vaksinasi di sebagian besar pengaturan. Sehingga studi dampak pra serta pasca formal, seperti rangkaian waktu yang terputus, cenderung menantang untuk vaksin COVID-19. Jika studi dampak pra serta pasca dilakukan, langkah -langkah untuk menilai tren temporal akan menjadi penting. Misalnya, peneliti dapat membuat perbandingan perubahan kontemporer dalam tingkat COVID-19 antara kelompok atau area yang ditargetkan untuk vaksin dan kelompok yang tidak ditargetkan, atau menilai perubahan dalam tingkat pengujian atau persentase positif diantara orang - orang yang diuji setelah pengenalan vaksin. Namun, dalam banyak pengaturan, studi semacam itu akan sangat sulit untuk ditafsirkan, kecuali ada pengurangan yang jelas terlihat dalam insiden bertepatan dengan pengenalan vaksin
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT (PPKM) DARURAT
Selamat berjumpa kembali pembaca website bencana kesehatan. Pengantar minggu ini akan membahas kebijakan terbaru untuk menekan kembali lonjakan kenaikan kasus COVID-19. Dimulai dari pasca lebaran Idul Fitri, kasus COVID-19 di Indonesia semakin meningkat khususnya di Jawa dan Bali. RS semakin kewalahan dan kolabs dengan lonjakan pasien COVID-19. Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian tempat tidur RS rujukan pasien terpapar COVID-19 nyaris penuh, terutama di Jawa. Kemenkes menginstruksikan pemerintah daerah untuk menambah jumlah tempat tidur di RS rujukan serta meningkatkan ruang rawat bagi pasien. Pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menekan lonjakan kasus ini, namum ketidakdisiplinan masyarakat dengan protokol kesehatan mengakibatkan penyebaran COVID-19 semakin cepat. Dengan dikeluarkan kebijakan PPKM Darurat, pemerintah menghimbau kembali supaya masyarakat bekerja sama semaksimal mungkin dengan keterlibatan mereka mengikuti protokol kesehatan. Kebijakan PPKM Darurat ini berlaku 3 - 20 Juli 2021 di beberapa kabupaten/kota se - Jawa dan Bali. Pembatasan dilakukan pada kegiatan perkantoran, belajar mengajar, pusat perbelanjaan, kegiatan ibadah, fasilitas umum dan sebagainya.
Pendekatan Perencanaan dan Penilaian Terhadap Rumah Sakit Tangguh Bencana: Tinjauan Literatur Sistematis
Rumah sakit memainkan peran penting sebagai agen garis depan dalam bencana, dengan staf sering bekerja dalam keadaan luar biasa di fasilitas ini untuk memberikan perawatan. Studi ini terinspirasi oleh pengalaman interdisipliner peneliti di bidang kesehatan dan rekayasa ketahanan. Mengamati dialog yang meningkat tentang bagaimana rumah sakit dapat meningkatkan ketahanannya terhadap bencana, peneliti berusaha memahami konstruksi 'ketahanan rumah sakit selama bencana' dan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan. Melalui penyulingan temuan tinjauan literatur, penielit mengusulkan 'Model Pendukung Keputusan untuk Rumah Sakit Tangguh Bencana' untuk mendorong perbaikan proaktif dan sistemik, dari mengantisipasi hingga mengelola dan memantau kinerja organisasi selama bencana. Peneliti juga mengusulkan gabungan dua metode menuju evaluasi ketahanan bencana rumah sakit yang lebih holistik. Temuan ini memiliki implikasi langsung untuk mendukung kepemimpinan rumah sakit secara strategis dan operasional. Artikel ini dipublikasikan pada 2021 di International Journal of Dissater Risk Reduction
More Articles ...
- Persepsi Risiko Geohidrologi: Studi Kasus di Calabria (Italia Selatan)
- Manajemen Bencana Berbasis Masyarakat dan Fitur - Fitur Pentingnya: Pendekatan Kebijakan untuk Pengurangan Risiko yang Berpusat pada Masyarakat di Bangladesh
- Pelatihan Online Peningkatan Kapasitas PHEOC Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar dan Kabupaten Maros
- Pengenalan Tools Public Health Emergency Operations Centre (PHEOC) untuk Peningkattan Kesiapsiagaan Emergensi