Hari 1
Pembukaan
Workshop bertujuan untuk menyusun dokumen HDP, menilai kebutuhan rumah sakit dalam penanggulangan bencana, review HDP rumah sakit, dan memberikan masukan untuk perbaikan HDP. Sasaran workshop sebanyak 85 orang peserta. Dua tugas rumah sakit adalah dukungan hal teknis dan manajerial. Rumah sakit ini merupakan rujukan tertinggi dari 15 rumah sakit, hal ini menjadi alasan kuat untuk menyusun HDP. Peserta diharapkan dapat memahami teknis dokumen dan melakukan review dokumen HDP. Kepada narasumber, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang komponen HDP sehingga RS siap jika terjadi bencana.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Pembukaan dan Pengarahan”
Materi 1. Konsep Rumah Sakit Aman Bencana (Safe Hospital)
Materi ini disampaikan oleh Pusat Krisi Kemenkes, Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam, non alam maupun sosial. Potensi bencana adalah banjir, gempa dan tsunami. Paradigma manajemen bencana bahwa terdapat 3 fase dalam manajemen bencana yaitu pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015 - 2030 ada perubahan paradigma dari tanggap darurat ke pengurangan bencana. Prinsipnya untuk mengurangi risiko bahaya maka harus meningkatkan kapasitas. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian bidang kesehatan akibat bencana. permasalahan kapasitas ada di pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Solusi permasalahan kapasitas tersebut adalah koordinasi dan kolaborasi.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Konsep RS Aman Bencana”
Materi 2. Komponen HDP dalam Akreditasi SNARS oleh dr Bella Donna, MPH
Standar manajemen rumah sakit terkait kebencanaan ada dalam manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK). Elemen penilaian I adalah rumah sakit mempunyai regulasi manajemen bencana yang meliputi butir 1 - 8. Butir (1) elemen Penilaian MFK 6 rumah sakit menentukan jenis bencana yang mungkin terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman dan kejadian. Ada skenario bencana di rumah sakit dan disesuaikan dengan skenario di daerah. Butir (2) rumah sakit menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien bila terjadi bencana, melibatkan seluruh tim dan organisasi tiap bidang. Butir (3) menentukan peran rumah sakit dalam kejadian bencana, rumah sakit menyiapkan rencana keseluruhan terhadap bencana misalnya all hazard dan SOP. Butir (4) rumah sakit menentukan strategi komunikasi, ada daftar kontak, data petugas dan alat komunikasi. Butir (5) rumah sakit mengelola sumber daya termasuk sumber - sumber alternatif, ini mulai dari menyiapkan tim, manajemen tim HDP, EMT dan manajemen relawan. Butir (6) rumah sakit mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif seperti ruang pos komando, fasilitas triase, ruang media, dan jalur evakuasi. Butir (7) mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian. Butir (8) proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab staf dan RS untuk tetap menyediakan pelayanan pasien.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Komponen HDP dalam Akreditasi SNARS”
Materi 3. Overview Hospital Disaster Plan
Materi disampaikan oleh dr. Handoyo Pramusinto, SpB, pemateri membagikan skenario penanganan erupsiMerapi Jogja 2006. Pelayanan sehari - hari adalah tulang punggung pelayanan kesehatan artinya ketika bencana terjadi jangan mengabaikan pelayanan kesehatan sehari - hari. Kemudian memaparkan skenario Hurricance Sandy di New York. RSUD Abdul Moelek memiliki 720 tempat tidur, artinya saat simulasi bencana dibutuhkan sekitar 50 pasien terlibat dalam proses simulasi. Manajemen sehari - hari di rumah sakit berbeda dengan manajemen ketika terjadi bencana. Hospital By Law untuk situasi sehari - hari, Hospital Disaster Plan untuk situasi bencana.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Overview HDP”
Materi 4. Pengorganisasian dan Teknis Medis (Triase, Treatment and Transport)
Materi ini disampaikan oleh dr. Handoyo Pramusinto, Sp.B. Incident command system dimulai dari komando, sekretariat, keselamatan & keamanan, operasional, perencanaan, logistik, dan admin/keuangan. Konsep pengorganisasian harus sederhana dan jelas artinya dapat dimobilisasi dalam waktu yang singkat. Incident command system dimulai dari komandan penanggulangan bencana, sekretariat, keselamatan & logistik, perencanaan, keuangan dan operasional. Struktur organisasi tersebut harus disusun dengan uraian tugas yang jelas. Misalnya komandan bencana bertugas untuk mengorganisasikan dan memimpin secara keseluruhan saat kejadian, memberikan arahan operasional dan jika dibutuhkan memimpin evakuasi. Bagian operasional bertugas menyusun dan mengarahkan semua aspek yang terkait dengan bagian operasional serta mengembalikan kondisi operasional jika kondisi sudah membaik.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Pengorganisasian”
Diskusi :
- Direktur RS, dimana porsi penugasan penanggulangan bencana antara pusat dan daerah, kapan kita bisa meminta bantuan ke pusat krisis ini? Kemudian tentang PSC itu bagaimana. Harapannya narasumber bisa menyampaikan output apa yang bida didapatkan dari pelatihan ini dan harapannya peserta bisa mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Koordinasi antar BPBD pada saat prabencana.
- Pemerintah daerah dan pemerintah sama - sama bergerak sesuai dengan wilayahnya masing - masing dan sesuai dengan regulasi. Misalnya kab/kota bertanggung jawab mengurangi risiko sesuai dengan wilayahnya misalnya early warning system. Pada tanggap darurat yang memimpin klaster kesehatan adalah dinas kesehatan, Kemenkes hanya sebagai pendamping. Kecuali jika bencana menjadi tingkat nasional maka diambil alih oleh Kemenkes. Kriteria bencana tingkat nasional ditentukan oleh pemerintah daerah.
- PSC ada Permenkes, diharapkan setiap kab/kota memiliki PSC. Beberapa provinsi sudah mempunyai PSC.
- Pada pra bencana, klaster kesehatan dan BPBD sudah berkoordinasi secara rutin dan menyusun renkon bersama. BPBD yang menginisiasi koordinasi tersebut, dinkes bisa menginisiasi untuk penyusunan renkon kesehatan dan akan dilampirkan di renkon BPBD
- Tim penanggulangan bencana sudah lama dibentuk namun sekarang kurang diarahkan. Soal pembiayaan, kalau dalam tingkat RS pembiayaannya dari mana, dan adakah asuransi untuk TRC?
- Pembiayaan dari dana siap pakai (DSP), berkoordinaasi dengan BPBD dan BNPB untuk pencairannya. Asuransi TRC belum ada. Tapi daerah atau RS bisa membuat asuransi.
- Berkaca dari pengalaman erupsi Merapi, jumlah pasien yang ditangani sangat besar sementara jumlah bed terbatas. Bagaimana kebijakan yang diambil oleh pejabatnya untuk menangani kondisi tersebut?. Kemudian tentang dokter spesialis, bagaimana regulasi dokter bisa masuk dan bagaimana cara mengaturnya?
- Pusat krisis menverifikasi. Kemudian bisa meminta STR.
- Sebaiknya simulasi dilakukan tiap berapa lama dalam setahun?
- Acuannya sekali 6 bulan sekali. Jangan beranggapan kalau simulasi itu harus dilakukan besar - besaran (parsial).
- Dalam HDP kita ada tidak sistem organisasi dengan BPBD?
- Dalam HDP perlu disebut koordinasinya, sebelum bencana juga dibentuk forum komunikasi untuk mengatur pertemuan reguler. Termasuk dalam simuasi dan pelatihan bisa bekerja sama dengan BPBD.
Hari 2
Materi 5: Sistem Informasi/Komunikasi dan Manajemen Relawan
Relawan wajib mentaati peraturan dan menjunjung tinggi asas, prinsip dan panca darma. Relawan berhak memperoleh pengakuan dan tanda pengenal. Peran relawan dalam penanggulangan bencana dimulai dari pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Sebelum tanggap darurat selesai rumah sakit sudah bisa menyusun laporan untuk pencairan Dana Siap Pakai, karena jika masa tanggap darurat selesasi maka dana tersebut tidak bisa dikaim lagi. Kita tidak perlu menyediakan untuk relawan atau perlengkapan yang lainnya, relawan yang datang harus siap untuk bekerja, tidak boleh sesukanya. Klaster kesehatan berhak mengatakan dan memulangkan relawan jika memang di lapangan sudah tidak dibutuhkan relawan.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyampaian Materi Sistem Informasi/Komunikasi dan Manajemen Relawan
Materi 6. Analisis Risiko, Hospital Safety Index
Materi disampaikan oleh Madelina Ariani, SKM, MPH. Hospital Safety Index (HSI) terdiri dari 4 modul, modul pertama membantu mengukur bencana, kerentanan apa yang dihadapi rumah sakit. Kemudian pemateri mengajak peserta bersama - sama mengisi HSI.

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Penyampaian Materi Analisis Risiko, Hospital Safety Index
Peserta menyampaikan bahwa manajemen komunikasi dan informasi kedaruratan, komunikasi risiko untuk pasien sudah ada misalnya jalur evakuasi sampai ke titik kumpulyang jumlahnya 3. Pengaturan SOP tentang pengaturan informasi juga belum ada dalam situasi bencana. Humas memberikan peringatan jika terjadi bencana melalui sirene gedung dan melalui handphone, jadi masih dikategorikan belum ada SOP - nya. Kapasitas ketersediaan SDM dalam situasi bencana masih kurang dan belum ada protap terkait tugas dan fungsinya. Dalam logistik dan keuangan belum ada persetujuan dengan supplier lokal untuk kegawatan dan bencana. Tersedia 6 ambulans dan 8 mobil jenazah. Selama ini ambulans dan mobil jenazah mencukupi. Gizi menyediakan bahan kering saat bencana, memanfaatkan orang ketiga untuk membantu saat bencana terjadi. Perluasan ruangan dilakukan secara spontan saat bencana, pra bencana belum dipersiapkan. Layanan psikososial bekerja sama dengan rumah sakit jiwa namun belum ada SOP - nya. Prosedur evakuasi saat bencana ada tetapi APD dan dokumentasi belum memenuhi syarat SNARS. APD juga masih sangat terbatas.

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Diskusi dan penugasan penyusunan dokumen HDP”
Presentasi kelompok

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Presentasi Kelompok”
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk penugasan menyusun SOP. Satu kelompok menyusun 3 - 4 SOP berdasarkan kesepakatan peserta. Beberapa rencana SOP yang akan dilampirkan dalam dokumen HDP adalah SOP penanganan jenazah tanpa identitas, SOP pengadaan obat alkes, SOP pengaktifan dana bencana, SOP publikasi informasi dan sebagainya. Seluruh SOP yang disusun sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Penyusunan Peta Respon

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Penyusunan Peta Respon”
Peserta yang disepakati bertugas sebagai liason dan bagian fasilitas mewakili untuk menyusun peta respon. Mereka menyusun penempatan relawan sesuai dengan fungsi fasilitas saat terjadi bencana. Fasilitator membuat skenario relawan datang dan siap untuk ditugaskan di rumah sakit. Liason yang bertugas akan menempatkan relawan tersebut dengan melihat peta respon yang sudah dibuat.
Penutup
Demikian laporan kegiatan Penyusunan Hospital Disaster Plan (HDP) RSUD Abdul Moeloek Lampung. Pelatihan ini bermanfaat bagi rumah sakit untuk me - review dan update HDP yang sudah ada. Beberapa perbaikan dalam HDP untuk selanjutnya dilengkapi oleh rumah sakit. HDP ini menjadi dokumen penting untuk peningkatan kapasitas sumber daya RSUD Abdul Moeloek dalam penanggulangan becana di rumah sakit. Pokja Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM akan terus mendampingi rumah sakit dalam penyelesaian dokumen HDP RSUD Abdul Moeloek.
Reportase : Happy R Pangaribuan