logo2

ugm-logo

China Kembali Dilanda Bencana, 440 Ribu Orang Jadi Korban

jpnn.com, BEIJING - Lebih dari 80.000 orang diungsikan akibat hujan deras dan banjir di Sichuan, China, kata media pemerintah pada Senin.

Ketinggian air sejumlah sungai utama di provinsi barat daya itu berada di atas level waspada setelah hujan deras turun dari Jumat hingga Minggu.

Sebuah waduk di kota Dazhou mencatat tinggi air hingga 2,2 meter di atas batas banjir, menurut laporan China News Service.

    Media resmi itu mengatakan 440.000 orang di enam kota kini terdampak oleh bencana tersebut.

    Stasiun TV pemerintah CCTV melaporkan pada Sabtu bahwa hujan deras telah menyebabkan kerugian 250 juta yuan (sekitar Rp 410,6 miliar) di Sichuan di mana 45 rumah hancur dan 118 lainnya rusak parah.

    China rutin dilanda curah hujan yang tinggi selama musim panas, namun para ahli telah mengingatkan tentang perlunya meningkatkan ketahanan kota saat cuaca ekstrem lebih sering terjadi.

      Pejabat meteorologi China mengatakan pekan lalu bahwa peningkatan suhu telah memperbesar peluang turunnya hujan lebat di seluruh dunia, dan dampaknya di negara itu kemungkinan semakin buruk di tahun-tahun mendatang.

      "Kejadian ekstrem seperti suhu tinggi dan hujan deras telah meningkat dan level risiko cuaca di China bertambah tinggi," kata Chao Qingchen, wakil direktur Pusat Iklim Nasional, lembaga pemikir di bawah pemerintah.

      sumber: https://www.jpnn.com

      Indonesia Rawan Bencana, Kepala BMKG: Budayakan Kesiapsiagaan

      Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengapresiasi inisiasi PDI Perjuangan yang meluncurkan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi. Sebab Indonesia memang memerlukan pembangunan budaya mitigasi bencana alam yang rawan terjadi.

      Hal itu diungkapkan Dwikorita saat menyampaikan pidatonya di acara launching sistem yang digelar secara virtual dari Kantor Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (4/8).

      Dalam acara itu, hadir Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Beserta jajaran DPP PDIP  seperti Menkumham Yasonna Laoly dan juga turut hadir Kepala BNPP Marsekal Madya Henri Alfiandi

      Dwikorita juga mengucapkan terima kasih kepada Megawati dan jajarannya yang berjasa mendorong pembangunan BMKG hingga saat ini menjadi badan independen yang berada langsung di bawah presiden. Megawati juga bukan sosok yang hanya bicara, namun memberi teladan langsung turun menangani penanganan bencana.

      “Ini berpengaruh terhadap spirit kami, sehingga setiap bencana kami merasa itu yang harus dilakukan, pemimpin tertinggi harus turun langsung tak memberi perintah dari balik meja,” kata Dwikorita sebagaimana dalam keterungan tertulis pada JawaPos.com, Rabu (4/8).

      Menurutnya, BMKG juga menyadari  bahwa betapa pentingnya membangun budaya kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana yang mengancam Indonesia. Tahun ini saja, di awal tahun ada gempa bumi, banjir di Kalimantan, yang menuntut kesiapsiagaan.

      “Maka sistem peringatan dini yang akan dilaunching, sangat kami dukung,” kata dia.

      Dijelaskannya, Indonesia berada di wilayah cincin api (ring of fire), dan wilayah tumbukan lempeng tiga arah, berada di wilayah diantara dua samudra serta dua benua. Akibatnya, Indonesia rentan gempa, rentan terdampak perubahan iklim dan cuaca, rentan terkena perubahan muka air laut, hingga muka air laut mudah mengalami pemanasan.

      BMKG sendiri, sesuai arahan Megawati, terus belajar dari negara yang maju dalam hal penanganan bencana. Misalnya dari Jepang, yang berdasarkan penelitian, memiliki tingkat keselamatan masyarakat yang tinggi saat gempa terjadi. Riset menunjukkan, 95 persen warga yang selamat justru karena kemampuan sendiri, bukan karena ditolong oleh petugas pemerintah.

      “Kami sedang dalam proses membangun teknologinya, kami baru belajar ilmunya. Insya Allah dalam dua tahun ini bisa terwujud,” kata Dwikorita.

      Ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam membangun budaya kesiapsiagaan ini. Berdasarkan riset, sistem peringatan dini yang dibangun BMKG sebenarnya sudah lumayan cepat. Namun ternyata banyak masyarakat yang menerima tak merespons dengan baik.

      Temuan riset, banyak masyarakat yang menerima informasi tak memahami makna warna merah, kuning, hijau yang jadi simbol waspada yang dikirimkan. Banyak nelayan dan nahkoda kapal yang tak paham grafis yang dikirim oleh BMKG.

      “Tantangannya, bagaimana dari sisi kultur, peringatan dini ini dipahami, dan mendorong sikap bagaimana mampu menolong diri sendiri dan sekitarnya agar selamat. Yang jelas, bagi kami, setinggi apapun teknologi, kalau dari sisi kultur tak terbangun, tak guna,” urai Dwikorita.

      “Terima kasih kepada PDI Perjuangan yang terus menguatkan kultur kesiapsiagaan multi bencana ini,” tegasnya.

      Kepala BNPP atau lebih dikenal sebagai Basarnas, Marsekal Madya Hendri Alfiandi mengakui bahwa para kader PDIP memang termasuk salah satu yang paling memberikan dukungan atas kerja-kerja penanggulangan bencana. Pihaknya berharap komitmen PDIP ini bisa diikuti oleh kelompok organisasi kemasyarakatan lainnya, tanpa memperhitungkan latar belakang politiknya.

      “Terutama kami memang masih sangat membutuhkan support langsung dari potensi SAR yang ada di Indonesia. Kami sangat terbantu dengan Baguna, dan ormas lainnya yang selama ini membantu,” kata Hendri.

      “Sebetulnya kami secara hati nurani, ingin organisasi lain mengikuti jejak PDI Perjuangan, sehingga mereka bisa memberi kontribusi langsung kepada masyarakat terlepas dari latar belakang politiknya,” pungkasnya.

      sumber: JawaPos.com

      More Articles ...