logo2

ugm-logo

COVID-19 Meroket, Pakar Sebut Belum Perlu Naikkan Level PPKM

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kasus COVID-19 Tanah Air terus menanjak dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan penambahan kasus baru COVID-19 akhir-akhir ini di rentang 4.000 - 8.000, seperti kasus baru tanggal 15 November yang menembus angka 7.893 dan 16 November 2022 di angka 8.486.

Walau ada kenaikan kasus baru COVID-19, Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Amin Soebandrio menilai Level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) belum perlu dinaikkan.

Dalam hal ini, PPKM Level 1 di seluruh wilayah Indonesia, yang diperpanjang 8 November sampai dengan 21 November 2022 untuk Jawa - Bali serta Luar Jawa - Bali akan berlaku mulai tanggal 8 November sampai 5 Desember 2022 dapat terus dilanjutkan.

"Menjawab pertanyaan, apakah perlu naik Level PPKM yang lebih tinggi? Saya kira tidak. Karena kita lihat di rumah sakit juga kita mengamati kunjungan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)-nya terkait dengan COVID-19 ini sudah sangat menurun," terang Amin saat diskusi 'Perkembangan Pandemi di Indonesia dan Gejala pada Pasien COVID-19' yang disiarkan dari Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Rabu, 16 November 2022.

"Kemudian ruang-ruang perawatan untuk COVID-19 juga di rumah sakit-rumah sakit sudah sangat dikurangi. Bahkan beberapa rumah sakit kita sudah meniadakan (ruang perawatan COVID-19) ya."

Berdasarkan data keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) COVID-19 yang dihimpun Satgas COVID-19 per 10 November 2022, BOR tingkat nasional saat ini di angka 10 persen dengan 57.000 tempat tidur tersedia.

Ada lima provinsi dengan persentase BOR COVID-19 tertinggi, yaitu Sumatera Selatan di angka 22,83 persen, Yogyakarta di angka 20,45 persen, Sulawesi Barat di angka 18,95 persen, Kalimantan Timur di angka 16,98 persen, dan Jawa timur di angka 15,19 persen.

sumber: https://www.liputan6.com

Epidemiolog Unair: Lonjakan COVID-19 karena mulai lemahnya prokes

Surabaya (ANTARA) - Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Dr dr Windhu Purnomo, MS menilai, lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia belakangna ini disebabkan mulai melemahnya protokol kesehatan (prokes) masyarakat.

"Lonjakan COVID-19 ini terjadi karena protokol kesehatan (prokes) masyarakat yang mulai melemah. Adanya penularan baru itu kan terjadi ketika seseorang tidak memakai masker sebagai pelindung. Artinya, ketika terjadi penularan seperti ini, baik orang yang tertular maupun yang menulari sedang tidak menggunakan pelindungnya dengan baik," katanya di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.

Ia menyatakan lonjakan COVID-19 juga disebabkan oleh munculnya subvarian baru. Meskipun demikian, kemunculan subvarian baru itu tidak memiliki tingkat fatalitas yang tinggi layaknya varian-varian yang muncul sebelumnya.

"Ketika muncul varian baru itu tidak dikenali oleh tubuh. Jadi, varian-varian baru itu pada umumnya memiliki kemampuan melarikan diri dari kekebalan tubuh manusia. Sehingga, kalau muncul varian atau subvarian baru, penularan akan lebih tinggi. Tapi nanti lama kelamaan akan menurun lagi," kata dia.

Meski saat ini terjadi lonjakan kembali, kata dia, sebenarnya jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia sempat mengalami penurunan. Bahkan berada pada titik terendah tepatnya pada awal September 2022 lalu.

"Sebenarnya awal September lalu kasus COVID-19 itu sudah menurun. Kemudian diketahui sekitar akhir September itu ditemukan subvarian baru Omicron XBB di Surabaya. Itu bertahan cukup lama" katanya.

Munculnya subvarian baru Omicron XBB tersebut, katanya, kemudian menyebabkan terjadinya lonjakan kasus positif, di samping semakin melemahnya antisipasi protokol kesehatan dari masyarakat.

"Nah, sekarang subvarian Omicron XBB itu sudah semakin meningkat sejak Oktober. Sejak saat itulah lonjakan terjadi. Bahkan sampai sekarang ini kasus harian sudah mencapai 6000-an lebih," ujarnya.

Ia menjelaskan, subvarian Omicron XBB kali ini memiliki tingkat fatalitas yang rendah. Subvarian ini juga memiliki karakteristik cepat alami lonjakan tetapi cepat pula mengalami penurunan. Sehingga, diharapkan masyarakat tak perlu panik namun tetap waspada.

"Saya rasa masyarakat tidak usah panik berlebihan karena saya yakin pada akhir November nanti akan mencapai puncak kasus tetapi kemudian akan segera turun lagi. Tetapi tentu saja perlu waspada, apalagi saat libur panjang Natal dan Tahun Baru nanti karena mobilitas masyarakat pasti akan meningkat," katanya.

Untuk menghindari penularan, ia kembali menegaskan bahwa memperketat protokol kesehatan adalah hal yang paling utama. Selain menggunakan masker dan menghindari kerumunan, hal yang juga penting dilakukan adalah dengan mendapatkan vaksinasi booster untuk mencegah adanya gejala berat apabila terpapar.

"Kalau mau terhindar, tentunya lengkapi vaksinasi karena vaksin itulah yang mencegah kita supaya tidak mengalami gejala berat jika misalnya kita terpapar. Ingat, vaksinasi memang tidak mencegah penularan, tetapi dia mampu mencegah kita agar tidak jatuh sakit dalam kondisi yang berat," katanya.

Sementara itu, kata dia, pemerintah juga berperan penting dalam mengendalikan lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini. Dari sisi pemerintah, melakukan surveilans, meningkatkan vaksinasi, dan memberi perlindungan pada golongan rentan terpapar harus terus dilakukan.

"Pemerintah juga harus memberikan perlindungan lebih bagi mereka yang tergolong lansia, penderita penyakit komorbid, dan mereka yang belum mendapatkan vaksin," demikian Windhu Purnomo.

More Articles ...