logo2

ugm-logo

Gelombang Panas di Jepang Masuk Kategori Bencana Alam

Suhu panas yang terjadi tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu terlihat dari beberapa daerah di Jepang.

Tokyo – Badan Cuaca Jepang menyatakan gelombang panas yang terjadi dalam seminggu terakhir di Jepang merupakan bencana alam. Setidaknya sudah 65 orang tewas akibat kejadian ini.

Seorang juru bicara agensi memperingatkan bahwa suhu panas yang terjadi tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu terlihat dari beberapa daerah di Jepang.

Pada Senin (23/7) lalu, lanjut juru bicara tersebut, suhu di Kota Kumagaya dilaporkan mencapai 41,1 derajat celcius. Suhu tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah Negeri Matahari. Di Tokyo juga mengalami suhu di atas 40 derajat celcius untuk kali pertama.

“Gelombang panas tidak menunjukkan tanda-tanda mereka,” kata seorang peramal cuaca dilansir dari BBC, pada Selasa (24/7) malam.

Guna mencegah korban lebih banyak, Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa suhu 35 derajat celcius atau lebih tinggi akan berlanjut hingga awal Agustus.

“Kami mengamati tingkat panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa daerah,” terang juru bicara Badan Meteorologi Jepang Motoaki Takekawa.

“Ancaman bagi kehidupan dan kami akui itu sebagai bencana alam,” tegasnya.

Di prefektur Ibaraki, utara Tokyo, seorang perempuan tua berusia 91 tahun ditemukan ambruk di lapangan, lalu dinyatakan meninggal di rumah sakit. Sementara di Saitama, dua perempuan ditemukan tewas di rumah mereka.

Pemerintah juga memperpanjang liburan musim panas untuk anak-anak sekolah di Jepang. Alasannya masih kurang dari setengah sekolah umum Jepang dilengkapi dengan pendingin udara (AC).

sumber: jurnas.com

BMKG Imbau Masyarakat Waspada Gelombang Ombak Tinggi

https://s.kaskus.id/images/2018/07/22/9931398_201807220508590828.jpg

Jakarta, Gatra.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan informasi prediksi gelombang tinggi yang akan terjadi selama sepekan ke depan. BMKG memberikan peringatan dini gelombang tinggi, yang diperkirakan memiliki ketinggian 1,2 meter sampai dengan 6 meter. Puncak gelombang diperkirakan terjadi pada tanggal 24-25 Juli 2018 dengan ketinggian mencapai 6 meter.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menghimbau masyarakat untuk waspada terutama pengguna kapal kecil. 

“Saya menghimbau kepada masyarakat untuk menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. Perahu nelayan dan kapal - kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut serta tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran”, tutur Dwikorita saat ditemui di Gedung Media Center BMKG, Jakarta, pada Minggu (22/7).

Faktor penyebab gelombang tinggi tersebut adalah kondisi tekanan tinggi di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut Mascarene High. Angin dingin dan kering dengan kecepatan 35 km sampai 50 meter per jam akan melewati wilayah mascarene high, kondisi tersebut berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 6 meter. Tidak hanya di Australia, Mascarene High pun memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia, mulai dari selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Secara rinici BMKG membagi menjadi 3 katagori wilayah sesuai dengan tingkat ketinggian gelombang. Katagori SANGAT WASPADA dengan tinggi gelombang 1.25 meter hingga 2.5 meter. Katagori tersebut berpeluang terjadi di Laut Jawa bagian timur, perairan timur Kotabaru, Selat Makassar bagian selatan, Laut Flores, Perairan Baubau Kepulauan Wakatobi, Laut Banda, perairan selatan Pulau Buru, perairan selatan Pulau Seram, Perairan Kepulaian Kei hingga Kepulauan Aru, Perairan Kepulauan Babar hingga Kepulauan Tanimbar, Perairan Barat Yos Sudarso, Laut Arafuru, dan Perairan Jayapura.

Selanjutnya adalah Kategori Berbahaya dengan tinggi gelombang 2.5 meter hingga 4 meter. Katagori tersebut berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, bagian selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumbawa, bagian selatan Selat Bali, bagian selatan Selat Lombok, bagian selatan Selat Alas, bagian selatan Pulau Sumba, bagian selatan Pulau Rote dan Laut Sawu.

Katagori terakhir adalah sangat berbahaya yakni tinggi gelombang mencapai 4 meter hingga 6 meter. Katagori ini terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, bagian barat Pulau Sumatra, bagian selatan Selat Sunda, bagian selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumba, bagian selatan Selat Bali, bagian selatan Selat Lombok, dan bagian selatan Selat Alas.

More Articles ...