logo2

ugm-logo

Penulisan Ilmiah dan Publikasi melalui ABI

11 risetIABI secara konsisten menjalankan perannya melalui berbagai kegiatan maupun produk dalam penanganan masalah kebencanaan di Indonesia. Salah satu bentuknya adalah pembuatan jurnal terkait kebencanaan bagi wadah para peneliti di Indonesia. Jurnal ini bernama “Jurnal Riset Kebencanaan Indonesia (JRKI)”. Terdapat 3 edisi yang telah diterbitkan oleh JRKI yaitu 2 edisi pada 2015 dan 1 edisi pada 2016. JRKI saat ini juga tengah bersiap dalam menerbitkan edisi selanjutnya pada 2017. Para peneliti di Indonesia yang tertarik untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya dapat mengirimkan paper/tulisaannya ke redaksi JRKI melalui email ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. dengan subjek : JRKI2017_Nama Penulis Pertama_No telepon. Peneliti mengirimkan paper yang telah disusun sesuai dengan layout penulisan yang ditetapkan oleh JRKI. Peneliti juga harus menyertakan biodata lengkapnya dalam email yang dikirim. Informasi selengkapnya Klik Disini

2.057 Bencana Landa Indonesia Tahun Ini, Apa yang Paling Sering?

20160726-24 Negara Ikuti Simulasi Bencana Internasional di Yogyakarta

Liputan6.com, Medan - Ancaman bencana akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Puncak hujan diperkirakan Januari 2018 mendatang, sehingga bencana banjir, longsor, dan puting beliung akan juga meningkat. Hal ini di luar dari bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung api yang dapat terjadi kapan saja.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara kejadian bencana selama 2017, yaitu mulai 1 Januari hingga 20 November, terdapat 2.057 bencana.

Jenis dan jumlah kejadian bencana ini terdiri dari banjir (689), puting beliung (618), tanah longsor (545), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (63), kekeringan (19), gempa bumi (18), gelombang pasang/abrasi (7), dan letusan gunung api (2).

"Dampak bencana dari 2.057 kejadian adalah 282 orang meninggal, 864 orang luka-luka dan 3.209.513 orang mengungsi dan menderita," ucap Sutopo, Senin, 20 November 2017.

Ia menjelaskan, kerusakan bangunan meliputi 24.282 rumah rusak (4.594 rusak berat, 4.164 rusak sedang, dan 15.524 rusak ringan) dan 313.901 rumah terendam. Kerusakan juga mencakup sebanyak 1.611 unit fasilitas publik, yakni 974 unit fasilitas pendidikan, 546 unit fasilitas peribadatan, dan 91 fasilitas kesehatan.

Menurut Sutopo, dampak ekonomi akibat bencana tentu cukup besar, karena telah menyebabkan penderitaan masyarakat. Misalnya, dampak kerugian ekonomi peningkatan status Awas Gunung Agung di Bali, mencapai lebih dari Rp 2 triliun. "Jumlah total kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana belum dilakukan perhitungan," sebutnya.

More Articles ...