logo2

ugm-logo

Solusi Hadapi Kebakaran Hutan dan Bencana Alam, Ini Tanaman Tahan Api dan Tahan Air

Liputan6.com, Pangkal Pinang - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan 10.000 bibit pohon laban, tanaman asli Indonesia yang tahan api, untuk daerah-daerah yang wilayahnya rawan menghadapi kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau.

"Kalau ada gubernur, bupati, dan wali kota yang berminat, maka silakan ambil bibit pohon laban tersebut," kata Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo saat menghadiri puncak peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana di Pangkalpinang, Minggu (13/10/2019).

Pohon laban tergolong tahan api, tidak mati meski sudah hangus terbakar. Jenis pohon berkayu keras dan tahan air ini cocok menjadi tanaman sekat bakar untuk menghambat api meluas saat terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Saya cari pohon laban dan ketemu. Saat ini BNPB memiliki 10.000 bibit pohon tahan api tersebut," kata Doni.

Ia mengatakan kepala daerah yang ingin mendapatkan bibit pohon laban bisa mengajukan permintaan ke BNPB.

"Maksimal kepala daerah hanya mendapatkan satu paket bibit yang berisikan 500 batang dan tidak boleh lebih," katanya dilansir Antara.

Doni mengemukakan, perlunya upaya-upaya untuk mencari dan mengembangbiakkan tanaman-tanaman yang bisa digunakan untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan bencana alam.

"Kita harus berkomitmen untuk mencegah bencana alam ini, terkadang hal-hal yang sederhana sering diabaikan, dimana ketika musim kemarau selalu terjadi kekeringan dan kebakaran. Demikian juga ketika musim hujan, selalu terjadi banjir, longsor, dan bencana alam," katanya.

"Kita harus terus mencari cara-cara yang bersifat tradisional, misalnya mencari tanaman-tanaman yang bisa (digunakan untuk) mengantisipasi dan mencegah bencana alam tersebut," ia menambahkan.

Rektor : mitigasi bencana masih perlu ditingkatkan

Rektor : mitigasi bencana masih perlu ditingkatkan

Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat mengatakan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana maupun pengurangan risiko bencana masih perlu ditingkatkan.

"Aktivitas meminimalisir risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan berkelanjutan secara nasional," ujar Ojat saat membuka seminar mengenai peranan matematika, sains dan teknologi dalam kebencanaan di Tangerang Selatan, Banten, Kamis.

Tanpa adanya upaya untuk meminimalisir bencana, maka dampak bencana akan tetap menimbulkan dampak ekonomi yang besar dan korban jiwa yang banyak.

Dia menjelaskan seminar itu bertujuan untuk memfasilitasi para akademisi dan praktisi guna berbagi pengalaman dan pengetahuan sesuai bidang keahliannya, serta ajang untuk mendiseminasikan hasil penelitian peserta.

"Dalam kegiatan ini, kami juga mendiseminasikan hasil-hasil kolaborasi antara pemerintah daerah dan akademisi dalam mengembangkan program inovatif yang dapat mendukung mitigasi dan pascabencana," ujar Ojat.

Untuk proses pembelajaran di Universitas Terbuka, Ojat mengatakan pihaknya berupaya agar konten atau modul yang diberikan sesuai kebutuhan saat ini. Para pengisi konten pun, kata Ojat, haruslah orang-orang yang ahli dibidangnya.

"Pada hari ini, kami mengundang Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ahli dibidang kebencanaan dan mitigasi bencana," ujarnya.

Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati mengatakan riset maupun seminar mengenai mitigasi bencana sangat penting untuk menunjukkan bagaimana sains, teknologi dan matematika berperan dalam menyelamatkan nyawa manusia.

"Saat ini, kami sedang menyiapkan peringatan dini untuk gempa bumi, meskipun secara alami gempa bumi itu sulit diperkirakan," kata Dwikorita.

Namun pihak BMKG berupaya membuat sistem peringatan dini gempa bumi melalui perhitungan matematika dan geofisika. Dwikorita juga memuji Universitas Terbuka yang melakukan riset dan program studi dibidang mitigasi bencana tersebut.

More Articles ...