logo2

ugm-logo

Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana, Jabar Gandeng Ilmuan dari Hawaii

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menggelar pertemuan dengan 30 alumni workshop smart tourism dan smart disaster management di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (12/9/2019).

KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) menggandeng para ilmuan dari Hawaii untuk memberikan pelatihan kepada para relawan dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota dan kabupaten di Jabar

Kolaborasi dengan para ilmuan yang juga konsultan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu adalah bagian dari rencana pembuatan cetak biru West Java Resiliance Culture (Budaya Ketahanan Jawa Barat) dalam rangka penguatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

"Dipilih ilmuan tersebut sudah melalui East West Center. Mereka diundang untuk memberikan pelatihan kepada perwakilan petugas relawan staf di BPBD Kota Kabupaten dalam memprediksi kesiapan Jabar sampai 2040," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Jalan Otista, Kamis (12/9/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.

Agar lebih konkret, kata Ridwan, ia meminta para peserta pelatihan untuk merancang buku tentang potensi serta sikap masyarakat terhadap bencana di Jabar.

Selain itu, ia pun meminta Dinas Komunikasi dan Informatika (Dismominfo) Provinsi Jabar untuk membuat aplikasi yang berisi informasi dan edukasi seputar kebencanaan.

"Membuat aplikasi kebencaan yang bisa didownload semua warga Jabar sehingga pada saat terjadi bencana bisa lebih dekat dan melakukan tindakan emergensi yang lebih relevan termasuk konten edukasi disitu bisa dilihat dalam bentuk video tutorial dan lain-lain," kata Emil, sapaan akrabnya.

Selain itu, Emil meminta dinas terkait untuk membuat maskot agar mempermudah proses sosialisasi dan edukasi. 

"Maskotnya mungkin fauna. Namanya Resi dari resiliance. Nanti dicari supaya pas kita mengedukasi anak TK, anak SD yang masih awam," kata Emil.

Hal itu harus dilakukan, kata Emil, agar sosialisasi yang dijalankan bisa lebih fun, sambil melatih mereka menjadi generasi yang lebih siap hadapi bencana dari orang tuanya.

Ia menargetkan seluruh rencana itu bisa dieksekusi akhir tahun nanti.

"2020 baru kita ngabret. Saya targetkan tiga bulan minimal 1.0 tahap satu," jelas Emil.

Kerugian Bencana di Sukabumi Selama Agustus Capai Rp4,34 Miliar

SUKABUMI, AYOBANDUNG.COM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat, kerugian akibat bencana alam sepanjang Agustus 2019 mencapai Rp4,345 miliar.

"Kerugian paling besar diakibatkan bencana gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Sumur, Banten berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR) yang merusak puluhan rumah pada 2 Agustus lalu," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna di Sukabumi, Rabu (11/9/2019).

Ia mengatakan, pada Agustus 2019 gempa bumi terjadi hingga 22 kali. Namun yang paling parah adalah saat gempa yang berpusat di Banten.

Sumbangan terbesar kerugian akibat bencana lainnya tidak hanya dari gempa bumi saja, kasus kebakaran juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Pada Agustus tercatat terjadi 19 kasus kebakaran.

Tingginya kerugian akibat bencana tersebut karena biasanya rumah rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi sehingga pemiliknya harus mengungsi. Ditambah bencana kekeringan akibat kemarau panjang yang terjadi 22 kasus.

Pada bulan lalu pun terjadi beberapa kasus bencana lainnya seperti longsor ada enam kasus dan bencana lain-lain sebanyak enam kejadian. Seluruh warga yang terdampak atau menjadi korban bencana khususnya rumahnya yang rusak sudah mendapatkan bantuan darurat.

Bantuan yang diberikan tergantung dari kebutuhan dan jenis bencana, mulai dari bantuan makanan, perlengkapan makan, tidur dan mandi. Serta ada juga yang diberikan bantuan berupa bahan bangunan untuk korban bencana kebakaran maupun gempa bumi yang rumahnya rusak berat dan sedang.

"Untuk jumlah warga yang terdampak bencana sebanyak 50 kepala keluarga atau 147 jiwa dan yang mengungsi 28 KK atau 89 jiwa, namun tidak ada korban jiwa akibat bencana sepanjang Agustus lalu hanya beberapa warga mengalami luka-luka," tambahnya.

Daeng mengatakan untuk September ini bencana didominasi kasus kebakaran permukiman warga, hutan, dan lahan. Bahkan, beberapa hari lalu pihaknya menerima laporan hutan dan lahan yang berada di Gunung Walat Cibadak mengalami kebakaran.

Kebakaran rumah yang terjadi biasanya dikarenakan hubungan arus pendek listrik, sementara untuk karhutla disebabkan beberapa faktor seperti adanya pembakaran lahan pertanian yang apinya merembet sehingga kebakaran meluas.

Maka dari itu, secara rutin pihaknya mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu kebakaran, apalagi pada musim kemarau ini kondisi lahan, hutan dan permukiman kering sehingga jika terjadi kebakaran api bisa dengan cepat menjalar.

 

More Articles ...