logo2

ugm-logo

Korban Meninggal 1.110 Orang, Virus Corona Punya Nama Baru Covid-19

Korban meninggal dunia akibat virus corona di Tiongkok mencapai 1.110 hingga pagi hari ini (12/2). World Health Organization (WHO) kini menyebut virus tersebut dengan nama Covid-19, yang merupakan singkatan dari penyakit coronavirus 2019.

Dikutip dari Straits Times, pemerintah Tiongkok melaporkan ada tambahan 94 korban meninggal dunia di provinsi Hubei. Total korban meninggal di provinsi ini mencapai 1.068 orang.

Selain itu, ada tambahan 1.638 orang yang terinfeksi virus corona di provinsi tersebut. Ibu kota Hubei, Wuhan, merupakan daerah pertama ditemukannya kasus virus corona.

Secara total, sekitar 44.200 orang terjangkit Covid-19 di Tiongkok.

Penasihat medis di Tiongkok yang memahami wabah itu, Dr Zhong Nanshan (83 tahun) mengatakan, jumlah kasus baru turun di beberapa provinsi. "Saya perkirakan wabah ini bisa berakhir pada April," katanya kepada Reuters dikutip Rabu (12/2). Zhong merupakan ahli epidemiologi yang berperan memerangi wabah SARS pada 2003.

WHO pun mengusulkan nama resmi untuk penyakit tersebut. Disebut Covid-19 karena penyakit itu pertama kali terdeteksi menjelang akhir tahun lalu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, nama baru itu tidak merujuk pada siapa pun, tempat ataupun hewan yang terkait virus corona. Hal ini bertujuan menghindari stigma.

"Harus menemukan nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang juga dapat diucapkan dan terkait dengan penyakit ini," kata Ghebreyesus melalui Twitter dikutip dari New York Times, Rabu (12/2).

Ia juga menekankan bahwa virus corona merupakan musuh publik. Ghebreyesus menambahkan, vaksin virus corona pertama seharusnya akan tersedia 18 bulan kemudian..

Secara keseluruhan, jumlah korban meninggal dunia dan yang terinfeksi itu melebihi SARS. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2002-2003 lalu, SARS membunuh 774 orang dan 8.100 orang lainnya menderita sakit di 26 negara. Virus itu mewabah delapan bulan. Sebanyak 45% kasus kematian terjadi di dataran Tiongkok.

Dari sisi ekonomi, Presiden Federal Reserve St Louis James Bullard memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda melambat pada kuartal pertama akibat virus corona. Karena itu, investor akan mempertimbangkan risiko investasi dari mewabahnya virus itu.

Namun, Gubernur Bank of England Mark Carney menilai masih terlalu dini untuk menghitung dampak ekonomi dari adanya virus corona

Pasien Virus Corona Tanpa Gejala Mulai Bermunculan

Petugas kesehatan di China yang berjaga di klinik selama Virus Corona kian merebak.

Liputan6.com, Taiwan Taiwan mengkonfirmasi kasus pneumonia virus corona ke-18, dan untuk pertama kalinya terdeteksi tanpa gejala.

Sebelumnya, dunia dihebohkan oleh ditemukannya 4 warga negara Jerman yang terinfeksi virus corona tanpa menunjukkan gejala dan telah dirilis di The New England Journal of Medicine (NEJM) pada 30 Januari.

"Inilah yang paling ditakuti para ahli kesehatan masyarakat jika virus tidak menunjukkan gejala namun masih bisa menular, karena mengontrol virus jenis ini jauh lebih sulit," ujar para ahli kesehatan, mengutip Xinhua.

Para peneliti di China juga telah memberi peringatan sebelumnya terkait penyebaran virus tanpa gejala ini. Namun Robert Koch Institute (RKI), lembaga kesehatan masyarakat Jerman telah menulis permintaan kepada pihak NEJM untuk memperbaiki laporan dengan benar dan lengkap.

Ada perbedaan antara yang NEJM percayai dan RKI klaim. Pihak NEJM menuliskan bahwa pebisnis wanita dari Shanghai yang pada tanggal 20-21 Januari menemui keempat orang tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi, namun baru sakit setelah kepulangannya ke China. Sehingga potensi tertular virus tanpa gejala dapat menjamin penilaian ulang transmisi wabah saat ini.

Sayangnya penulisan ini hanya berdasarkan kesaksian empat pasien, karena pebisnis wanita tersebut tidak dapat dihubungi setelahnya.

Sedangkan menurut RKI dan Bavarian Health and Food Safety Authority yang berhasil menghubungi wanita tersebut melalui telepon, menyatakan bahwa ia telah memiliki gejala saat berada di Jerman.

"Wanita tersebut mengakui dirinya mudah kelelahan, ototnya sakit, dan mengonsumsi parecetamol (obat penurun demam). Pengakuan ini nantinya akan membuat pernyataan penularan virus asimptomatik (tanpa gejala) tidak valid," tulis RKI, mengutip the Guardian.

Michael Hoelscher, penulis jurnal tersebut dalam NEJM, mengatakan ia telah menghubungi Bavarian Health and Food Safety Authority untuk memastikan permintaan koreksi. Namun mereka bilang tidak ada maksud seperti itu. Sedangkan pihak RKI mengkonfirmasi surat pemintaan tersebut dan bahkan telah menginformasikan WHO dan lembaga terkait di Eropa.

Hal itu tentu sangat disayangkan bagi seluruh pihak. Isaac Bogoch, spesialis penyakit menular di Universitas Toronto mengatakan meskipun gejala pasien tidak spesifik, bukan berarti infeksi tanpa gejala. Tanpa gejala artinya nol gejala atau Anda baik-baik saja.

Hoelscher pun akhirnya memberi pengumuman mengganti isi laporan dalam jurnal NEJM.

More Articles ...