logo2

ugm-logo

Tak Semua Bisa Suntik Vaksin Covid-19, Ini Penyakit Penyerta yang Belum Layak Vaksinasi

PIKIRAN RAKYAT- Upaya pasti Pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 memang patut diapresiasi, karena tak main-main melalui program vaksinasi Covid-19 secara gratis akan dilakukan awal tahun 2021.

Tentunya dengan pemberian vaksin Covid-19 kedepannya diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengatasi pandemi virus Covid-19.

Menindaklanjuti program vaksinasi yang baru bisa dilakukan kepada usia 18 hingga 59 tahun ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyebut ada sederet daftar jenis penyakit penyerta yang belum dan tidak layak untuk mendapatkan vaksin.

Berdasarkan surat rekomendasi PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit dalam Indonesia) Senin, 28 Desember 2020, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman PMJNews, berikut sejumlah penyakit penyerta yang belum dan tidak layak untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

Sama dengan orang dengan penyakit autoimun, orang yang mempunyai penyakit Hiper IgE disebut belum layak divaksin. Pasien Hiper IgE tidak dianjurkan untuk diberikan vaksinasi Covid sampai hasil penelitian yang lebih jelas telah dipublikasi.

3. Orang dengan infeksi akut

Disebutkan sebagai golongan orang yang tidak layak divaksin, yakni pasien dengan kondisi penyakit infeksi akut yang ditandai dengan demam menjadi kontraindikasi vaksinasi.

4. PGK non dialysis

Menurut PAPDI saat ini pemberian vaksin belum direkomendasikan pada pasien PGK non dialisis, PGK dialisis, resipien transplantasi, dan sindroma nefrotik yang menerima imunosupresan atau kortikosteroid.

5. PGK dialysis

PGK dialysis (hemodialisis dan dialysis peritoneal) sama seperti yang non PGK dialysis maka orang dengan penyakit penyerta ini juga belum layak divaksin.

Pemberian vaksin belum direkomendasikan terhadap pasien PGK non dialisis, PGK dialisis, resipien transplantasi dan sindroma nefrotik yang menerima imunosupresan/ kortikosteroid.

6. Transplantasi Ginjal

Pemberian vaksin Covid-19 pada orang yang pernah melakukan transplantasi ginjal belum direkomendasikan pada pasien PGK non dialisis, PGK dialisis, resipien transplantasi dan sindroma nefrotik yang menerima imunosupresan/ kortikosteroid.

Baca Juga: Varian Baru Virus Corona dari Afrika Selatan Ditemukan di Jepang

7. Hipertensi

Beberapa uji klinis dari sejumlah vaksin Covid telah menginklusi pasien dengan hipertensi belum direkomendasikan layak divaksin, karena belum ada rekomendasi dari tim uji klinis vaksin yang dilakukan di Indonesia, dan masih menunggu hasil uji klinis di Bandung.

8. Gagal jantung

Bagi yang memiliki Riwayat gagal jantung vaksinasi ini belum layak, mengingat belum ada data mengenai keamanan vaksin Covid pada kondisi ini.

selengkapnya

Data BNPB Sepanjang 2020: Banjir, Bencana Alam Paling Banyak Terjadi

Merdeka.com - Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, banjir merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi selama periode 1 Januari hingga 27 Desember 2020. Jumlah kasusnya 1.064 kejadian.

Data BNPB yang diterima di Jakarta, Minggu (27/12), secara kumulatif terdapat 2.921 kejadian bencana alam yang tersebar di sejumlah provinsi di Tanah Air.

Rinciannya ada 16 gempa bumi, tujuh erupsi gunung api, 326 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kekeringan 29 kejadian, 570 peristiwa tanah longsor, 872 puting beliung, gelombang pasang atau abrasi 32 kejadian dan satu bencana nonalam yakni pandemi Covid-19.

Dilansir Antara, akibat kejadian bencana alam tersebut, sebanyak 6.423.072 jiwa terpaksa mengungsi yang tersebar di sejumlah daerah di Tanah Air. Tidak hanya itu, BNPB juga melaporkan sebanyak 370 orang meninggal dunia, hilang 39 orang serta luka-luka 356 jiwa.

Bencana yang terjadi sepanjang 2020 juga membawa kerugian materi dengan total rumah rusak atau terdata sebanyak 42.430 unit dengan rincian rusak berat 10.109, rusak sedang 6.161 unit rumah, dan rusak ringan 26.160 unit.

BNPB juga melaporkan sejumlah fasilitas publik mengalami kerusakan dengan total 1.543 unit dengan rincian 672 fasilitas pendidikan, 728 unit rumah ibadah dan 143 fasilitas kesehatan.

Selanjutnya, juga dilaporkan sebanyak 134 gedung perkantoran rusak serta 441 unit jembatan rusak yang tersebar di sejumlah provinsi.

Terkait dampak bencana nonalam yakni pandemi COVID-19 yang ditetapkan pemerintah sebagai bencana nasional pada 13 April 2020, hingga kini BNPB melaporkan 713.365 jiwa terkonfirmasi COVID-19.

Selanjutnya, 21.237 jiwa dinyatakan meninggal dunia dan 583.676 jiwa berhasil sembuh atau pulih.

Terakhir, jika melihat sebaran peta kejadian bencana alam, Pulau Sumatera mendominasi dibanding pulau lainnya. Diikuti Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan serta beberapa kejadian di Papua. [noe]

More Articles ...