Yogyakarta (ANTARA) - Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan awan panas guguran sejauh dua kilometer ke arah barat daya pada Jumat pukul 07.20 WIB.
"Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 64 mm dan durasi 158 detik," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam keterangan pers BPPTKG yang diterima di Yogyakarta, Jumat.
Pada periode pengamatan pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, Gunung Merapi tercatat 39 kali meluncurkan
guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum dua kilometer ke arah barat daya.
Gunung api aktif itu juga mengalami 75 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-40 mm selama 16-149 detik, dua kali gempa hembusan dengan amplitudo 8 mm selama 24-29 detik, serta 21 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 4 mm selama 43 detik.
Menurut BPPTKG, status aktivitas Gunung Merapi masih berada pada Level III atau siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Saat terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi diperkirakan dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Perubahan Iklim dan Kaitannya dengan Perubahan Muka Laut dalam Perspektif Masa Lampau
Pemanasan global selain berdampak pada perubahan iklim juga berdampak pada perubahan muka laut.
Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, angin, frekuensi badai tropis, fenomena iklim dan lain lain.
Indonesia merupakan benua maritim yang memiliki laut (65 %) lebih luas daripada daratan dengan garis pantai yang terpanjang kedua di dunia, yaitu 108.000 km.
Hampir sebagian besar kota besar di Indonesia merupakan kota pesisir Medan, Padang, Surabaya, Makasar, Semarang bahkan ibukota Jakarta. Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi sebagian besar dijumpai di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir ini merupakan wilayah yang rentan terhadap kenaikan muka air laut. Kenaikan muka laut merupakan potensi ancaman bencana bagi wilayah pesisir dan tentu akan memiliki konsekuensi ekonomi.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia dengan penduduk yang sebagian besar tinggal di wilayah pesisir, sudah seharusnya menyadari akan ancaman bencana dari kenaikan muka air laut.
Pengetahuan dan pemahaman tentang perubahan permukaan laut menjadi sangat perlu untuk mendukung kegiatan mitigasi dan adaptasi.
Perubahan permukaan laut disebabkan karena faktor alamiah seperti tektonik, pemuaian air laut karena kenaikan suhu permukaan laut, karena badai tropis dan mencairnya es, selain juga faktor antropogenik seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan.
Memahami perubahan permukaan laut memerlukan pemahaman historis perubahan permukaan laut. Data instrumental terlalu pendek untuk sepenuhnya memahami hal tersebut dan menangkap terjadinya peristiwa langka, tetapi paling merusak.
Hal ini dapat diatasi melalui studi iklim dan oseanografi masa lampau (paleoseanografi dan paleoklimatologi) yang mampu menghasilkan data oseanografi maupun klimatologi dari kisaran waktu masa kini sampai masa lampau sampai jutaan tahun lalu.
Sehingga, dapat sepenuhnya dipahami kaitan antara perubahan iklim, mencairnya es dan perubahan muka air laut.
Sedimen laut merupakan salah satu arsip alam mampu merekam perubahan iklim dan permukaan laut dalam kisaran waktu dari ribuan hingga jutaan tahun dengan resolusi puluhan hingga ratusan ribu tahun.
Objek penelitian dalam sedimen laut adalah foraminifera, organisme bersel satu (protista) dengan komposisi cangkang kalsit (CaCO3) berukuran 100 μm hingga 20 cm.
Kandungan foraminifera plankton mampu memberikan informasi suhu dan salinitas sedangkan batimetri masa lampau dapat diperoleh dari hasil interpretasi berdasarkan data foraminifera bentos, yang selanjutnya digunakan untuk interpretasi perubahan muka air laut.
Foraminifera bentos yang dijumpai dalam sedimen laut sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan ataupun ekologi termasuk perubahan muka laut.
Kelimpahan spesies foraminifera bentos tertentu dapat menunjukkan kisaran kedalaman air laut tertentu, dengan tambahan analisis isotop oksigen foraminifera bentos tersebut yang kemudian dikoreksi dengan perubahan volume air laut global dan perubahan suhu air laut dalam didapatkan nilai perubahan muka laut relatif di suatu daerah penelitian.
Berdasarkan rekaman sedimen laut dari wilayah paparan Sunda menunjukkan pada kondisi lampau, yaitu pada pada periode glasial terakhir maksimum atau dikenal dengan last glacial maximum (LGM) (yaitu periode 21.000-18.000 tahun yang lalu), wilayah bagian barat Indonesia pernah merupakan daratan yang luas atau lebih dikenal sebagai Sunda daratan (Sundaland).
Pada periode glasial terakhir maksimum ini, perubahan muka laut global berkurang hingga ± 120 m dibandingkan tinggi muka laut sekarang.
Pada periode 18.000 hingga 10.000 tahun lalu atau deglasiasi terakhir, tinggi muka laut global naik akibat pencairan es di kutub karena dampak pemanasan global dengan kondisi Sunda daratan mulai tenggelam secara bertahap yang kemudian dikenal paparan Sunda (Sunda Shelf).
Pada Holosen (10.000 hingga 0 tahun yang lalu, 0 tahun lalu merupakan awal masa pra-industri tahun 1950) sebagian Sunda daratan ada dibawah muka laut seperti sekarang.
Pada saat ini (1.500 tahun lalu), kondisi sebagian paparan Sunda yang sebelumnya laut kembali menjadi daratan seperti contohnya di Belitung.

Rekaman iklim dari sedimen laut di Selat Makassar menunjukkan Sunda daratan pada saat LGM merubah pola salinitas permukaan laut di wilayah Indonesia.
Perubahan salinitas air laut terjadi akibat adanya peningkatan curah hujan menyebabkan aliran air tawar dari sungai-sungai di paparan Sunda mengalir secara langsung ke lautan, berdasarkan rekaman ini dapat dipahami mengenai perubahan stratifikasi dan sirkulasi Arlindo pada saat belum ada pengaruh aliran air tawar dari Laut Cina Selatan (LCS).
Pada kondisi masa sekarang Sunda daratan sebagian sudah tenggelam akibat kenaikan muka laut global dan terbentuknya koneksi laut cina selatan dengan laut jawa, sehingga input air tawar dari LCS juga mempengaruhi salinitas air laut di wilayah Indonesia.
Rekaman sedimen laut dari Laut Timor dan Selat Makassar menunjukkan pada 9.500 tahun yang lalu, pengaruh aliran air tawar dari Laut Cina Selatan masuk ke wilayah perairan Indonesia melalui Laut Jawa ketika sebagian paparan Sunda sudah tergenang.
Berdasarkan data ini maka akan dipahami dinamika Arlindo dimana ketika paparan sunda membentuk daratan yang luas dan dimana ketika paparan sunda tenggelam yang akhirnya aliran air tawar dari laut cina selatan mempengaruhi variabilitas salinitas di perairan Indonesia.
Hasil rekaman stalagmit menunjukkan bahwa pada periode LGM perubahan muka laut memberikan suplai uap air yang lebih banyak naik ke atmosfer dan menyebabkan hujan lebih tinggi ketika muka air laut global naik berdasarkan studi stalagmit di Flores.
Namun, studi terkait perubahan iklim yang dihubungkan dengan perubahan muka laut pada LGM memberikan hasil yang berbeda antara arsip terrestrial (sedimen danau dan stalagmit) dan arsip sedimen laut.
Arsip sedimen danau dan stalagmit di Flores, Sulawesi, dan Kalimantan menunjukkan kondisi kering di wilayah Indonesia.
Hasil tersebut dianggap mirip dengan model iklim pada LGM yang mana paparan Sunda yang luas menyebabkan berkurangnya awan konveksi pembentuk hujan di wilayah paparan Sunda akibat dari melemahnya sirkulasi Walker.
Namun, hasil dari sedimen laut di Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Flores, dan bagian barat Sumatra menunjukkan bahwa pada periode LGM curah hujan tinggi di wilayah paparan Sunda karena menguatnya sirkulasi Walker.
Terdapatnya perbedaan hasil dari rekaman arsip alam yang berasal dari darat (stalagmit, sedimen danau) dan laut (sedimen laut) di wilayah Indonesia menunjukkan, masih diperlukan penelitian dan pengkajian lebih banyak dan mendalam mengenai paleoseanografi dan paleoklimatologi di wilayah Indonesia pada periode LGM, sehingga sejarah perubahan iklim terkait perubahan muka laut dapat semakin dipahami.
Marfasran Hendrizan
Peneliti muda Kelompok Penelitian Iklim dan Lingkungan Purba Geoteknologi LIPI, kandidat doktor sains Kebumian ITB
More Articles ...
- 5 Skenario PBB Baik-Buruk Dampak Perubahan Iklim hingga 2100
- Dunia Bersiap soal Ancaman yang Lebih Ngeri dari Covid-19
- Perubahan iklim: Benarkah jadi penyulut memburuknya kebakaran lahan dan hutan di berbagai penjuru dunia?
- Perubahan Iklim, Juli 2021 Bulan Terpanas dalam 142 Tahun Terakhir
- Peneliti LIPI Berharap Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi Soroti BRIN
- Perubahan Iklim, Arena Perang Kita Saat Ini
- 25 Desa di Aceh Jaya dan Aceh Besar Banjir, Ratusan Mengungsi
- Banjir Landa Turki Utara Setelah Kebakaran Hutan di Selatan
- Warga Waspada Banjir, BPBD DKI: Bendung Katulampa Siaga 3
- BPBD Sumsel Lakukan Pembasahan Lahan Gambut Cegah Bencana Asap
- Potensi Bencana-Bencana yang Diramalkan BMKG Bakal Terjadi di Indonesia
- Bencana banjir: 'Lebih dari 179 juta jiwa diperkirakan terdampak banjir pada 2030' - Banjir di Kalimantan dan Sulawesi masuk dalam riset
- China Kembali Dilanda Bencana, 440 Ribu Orang Jadi Korban
- Indonesia Rawan Bencana, Kepala BMKG: Budayakan Kesiapsiagaan
- 130 Kali Bencana Alam Terjadi pada Juli
- Antisipasi Bencana di Tengah Pandemi
- BNPB: Bencana hidrometeorologi basah dan kering dominasi bulan Juli
- BNPB: Bencana di Juli 2021 Turun Dibanding Juli 2020
- Jakarta Masuk Daftar Kota di Asia yang Diprediksi Tenggelam
- Korban Tewas Banjir di China Bertambah Menjadi 302 Jiwa
- Bio Farma Telah Produksi 90,1 Juta Dosis Vaksin Covid-19
- Jakarta Mulai Jauhi Kondisi Genting
- Kasus Aktif Covid-19 Menurun
- Satgas Covid-19 Keluarkan Aturan Perjalanan Orang dalam Negeri, Berlaku Mulai 26 Juli 2021
- Tanda Bahaya, Kematian di Jakarta Meningkat Amat Tinggi
- Penyekatan PPKM Darurat Dinilai Tak Efektif Bila Kantor Masih Buka
- Siaga 24 Jam, Berikut Titik Penyekatan di Jawa Tengah Selama PPKM Darurat
- Probolinggo Siapkan Desa Tangguh Bencana
- Palang Merah Internasional: Indonesia di Ambang Bencana Covid-19 Varian Delta
- BNPB: Industri Pariwisata Rentan Terhadap Bencana jika Tak Dikelola dengan Baik
- 1.499 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2021
- Kepala Ilmuwan WHO: India Berada di Titik Kritis
- Pengungsi Cibokor meninggal dunia karena COVID-19
- Masa Pembahasan RUU Penanggulangan Bencana Diperpanjang Lantaran Belum Ada Titik Terang
- Hujan Deras Diprediksi Masih Akan Guyur DIY, BPBD Sleman Waspadai Potensi Bencana
- Ini Upaya BPBD Jabar Waspadai Bencana Kekeringan Akibat Kemarau
- BPBD Jabar Ajak Warga Kenali Potensi Bencana Lewat Peta Rawan Bencana
- Kasus Corona RI Dinilai dalam Fase Mirip India
- 30 Juta Orang Mengungsi karena Bencana Iklim
- Demi Bantuan Bencana Cepat dan Tepat, Kemensos Gandeng LSM
- Mensos Risma Gandeng LSM Perbaiki Penanganan Bencana
- Waspada, Longsor dan Gerakan Tanah Berpotensi Terjadi di Jaksel-Jaktim Juni 2021
- Mendagri Sebut Penanganan Dampak Bencana Badai Seroja di NTT Belum Tuntas
- Tetap Fokus Krisis Kesehatan dan Potensi Bencana Alam
- Blitar Berpotensi Tsunami, BPBD Minta Warga Siapkan Tas Siaga Bencana
- Lima Daerah Banjir di Kalsel Terima Bantuan
- Pemkab Bogor Buktikan Serius Tangani Penyebab Banjir
- BNPB Belajar Mitigasi Tsunami dari Smong, Kearifan dari Simeulue
- Proses Mitigasi Bencana Kekeringan
- Cilacap jadi tuan rumah peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2021
- Ini Pentingnya Akses Air Bersih di Lokasi Bencana Alam
- Cegah Korban, Peringatan Dini Bencana Akan Disebar Via SMS Blast
- BNPB: 53 Ribu Desa/Kelurahan Rawan Bencana
- Update Bencana NTT: Lebih dari 12.000 Warga Masih Mengungsi
- Hingga Tadi Malam, Terdata 222 Orang Tewas dan Hilang Akibat Bencana Siklon Tropis Seroja
- Viktor Laiskodat Menilai Status Bencana Nasional di NTT Tidak Diperlukan
- Waspadai Hujan Lebat Berdampak Longsor hingga Banjir Bandang Usai Gempa Malang
- Peringatan Jatim Hujan Usai Gempa Malang M 6,1, Waspada Longsor-Banjir
- Korban Tewas Banjir Bandang Flores Timur NTT Bertambah Jadi 54 Orang
- Banjir NTT, 54 Orang Meninggal dan Permukiman Porak-poranda
- Nelayan di Pangandaran Dilatih Penanggulangan Bencana
- Kabar Buruk Vaksin AstraZeneca Lagi, Kini dari Kanada
- BNPB Sebut Lima Desa Kena Dampak Kebakaran Kilang Minyak Pertamina
- Dekat Zona Megathrust, Bandara Yogyakarta Punya Teknologi yang Bisa Ukur Tingkat Guncangan Gempa Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Dekat Zona Megathrust, Bandara Yogyakarta Punya Teknologi yang Bisa Ukur Tingkat Guncangan Gempa, h
- Teknologi Informasi dalam Pengurangan Risiko Bencana di Bandung Barat
- LIPI kembangkan teknologi mitigasi bencana berbasis riset fundamental
- Integrasi Sains dan Teknologi dalam Mengurangi Risiko Bencana Alam
- Dua Kampung Siaga Bencana Dibentuk di Garut Selatan
- Banjir Bandang, Puluhan Hektare Sawah di Sumedang Selatan Gagal Panen
- Palu Tanggap Bencana ajak Kerjasama Pemkot Siapkan Penanganan Kondisi Darurat
- Apa Itu Mitigasi Bencana: Kapan dan Bagaimana Tindakannya?
- Pencegahan dan Mitigasi Jadi Kunci Utama Tangani Bencana
- Susun Desain Mitigasi Bencana, BNPB Gelar FGD di Cirebon
- Mitigasi pandemi oleh pemerintah berkontribusi positif di tenaga kerja
- Kostrad Terjunkan Tim Satgas Kesehatan Untuk Bantu Korban Bencana Sulbar
- Pemprov DKI Raih Penghargaan Penanggulangan Bencana dari BNPB
- BNPB: Ada 810 Bencana Alam Sejak Januari 2021, 275 Orang Meninggal
- Mitigasi Bencana di Sulbar Harus Diperkuat
- BPPT Ungkap 5 Teknologi Reduksi Risiko Bencana di Indonesia
- Doni Monardo beberkan langkah-langkah BNPB mengantisipasi bencana di Indonesia
- Jokowi: Indonesia Ranking Tertinggi Negara Paling Rawan Risiko Bencana
- Jokowi Ingatkan Mitigasi Jadi Kunci Mengatasi Risiko Bencana
- 198.610 Orang Disuntik Vaksin Covid-19 dalam Sehari
- Varian Corona B117 Masuk RI, Ampuhkah Vaksin yang Dipakai? Ini Perbandingannya
- Jadi Kampus Konservasi, Unnes Adakah FGD Tanggap Bencana
- Siaga Banjir dan Bencana, Pemprov DKI Siapkan Toa hingga Sumbangan
- Beradaptasi Dengan Bencana
- Anies Baswedan Apresiasi Persatuan Masyarakat Saling Bantu Hadapi Bencana Jakarta
- Daftar 30 Titik Banjir di Jakarta Versi Jaki
- Kasad Minta Pasokan Bantuan untuk Penanganan Bencana Dipercepat
- Ahli Ungkap Alasan Indonesia Banyak Dilanda Bencana Alam
- Alarm Deteksi Dini Bencana Longsor Nganjuk Rusak Sudah Setahun
- 42 Titik Rawan Bencana Terdeteksi di Sulawesi Selatan
- Mitigasi Bencana Jabar Jadi Rujukan Pembahasan UU Penanggulangan Bencana
- Pemprov Sumsel Jamin Stok Bantuan Bencana
- Muhammadiyah Ingatkan Indonesia Sebagai Negara "Supermarket Bencana"
- 85 EWS Dipasang di Daerah Rawan Bencana Temanggung
- Bencana Banjir dan Tragedi Longsor di Nganjuk, 20 Warga Masih Tertimbun
- Status Tanggap Darurat Banjir di Kalsel Diperpanjang Hingga 10 Februari 2021
- Menangani Bencana Alam disaat Pandemi Covid