logo2

ugm-logo

BNPB: Sudah disiapkan peringatan dini hadapi bencana hidrometeorologi

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, Pemerintah sudah menyelenggarakan sistem peringatan dini yang efektif dan masif pada setiap tingkatan, baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota bahkan masyarakat.

"Ini merupakan langkah pengurangan risiko bencana dan tindak lanjut amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024, sebagai implementasi salah satu strategi pengurangan risiko bencana," kata Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Prasinta Dewi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pada Rakor Peringatan Dini dalam Menghadapi Ancaman Bahaya Hidrometeorologi di Jakarta, ia menjelaskan, berbicara tentang sistem peringatan dini, tidak terlepas dari dua komponen utama yaitu komponen struktur serta komponen kultur.

"Komponen struktur merujuk pada infrastruktur pengamatan dan monitoring, seperti yang telah dilakukan oleh lembaga teknis, seperti BMKG dan PVMBG. Sedangkan komponen kultur sebagai diseminasi peringatan dini dan kapasitas masyarakat," katanya.

Lebih lanjut Prasinta menambahkan, untuk komponen struktur, yaitu institusi pemerintah seperti BMKG, PVMBG, Kementerian PUPR sudah memiliki sarana prasarana monitoring yang sudah cukup maju untuk bisa memberikan peringatan kepada para pemangku kepentingan maupun masyarakat.

“Namun, untuk komponen kultur terkait bagaimana warning bisa sampai ke masyarakat dengan cepat dan tepat serta bagaimana masyarakat harus bertindak terhadap warning yang diberikan, masih menjadi pekerjaan rumah besar kita semua termasuk di dalamnya BPBD,” ujar dia.

Prasinta menekankan bahwa peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Pusat Pengendalian Operasi atau Pusdalops menjadi sangat penting.

Pada kesempatan ini, Prasinta juga berpesan upaya para pemangku kepentingan untuk dapat menyampaikan informasi maupun melakukan koordinasi yang dibutuhkan untuk aksi dini atau early action di tingkat masyarakat.

Sementara itu, Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya menyampaikan peringatan dini berbasis masyarakat, salah satunya menitikberatkan pada kemampuan merespons. Informasi sebagai suatu peringatan dini itu harus memenuhi parameter, antara lain informasi dipastikan sampai dan dipahami oleh masyarakat.

“Masyarakat merespons informasi dengan evakuasi ke tempat yang aman,” ujar Afrial mengenai parameter peringatan dini berbasis komponen kultur.

BNPB melalui Direktorat Peringatan Dini BNPB, selalu menyampaikan surat edaran peringatan dini terkait potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan maupun kebakaran hutan dan lahan.

Di sisi lain, BNPB juga secara berkala menginformasikan analisis prediksi banjir melalui laman dan Whatsapp Group. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh BPBD untuk kesiapsiagaan dan konsolidasi antarpemangku maupun mitra di tingkat lokal.

Rakor itu  dihadiri oleh BPBD provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Pada rakor tersebut BNPB menghadirkan dua narasumber yaitu Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan dan Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto.

sumber: ANTARA

84 Orang Tewas dalam Bencana Banjir Melanda Sudan

Khartoum: Banjir menyusul hujan lebat di Sudan telah menewaskan lebih dari 80 orang. Cuaca ekstrem juga merusak atau menghancurkan puluhan ribu rumah.
 
"Sebanyak 84 orang tewas dan 67 lainnya cedera di 11 negara bagian di seluruh Sudan sejak awal musim hujan," kata Juru Bicara Dewan Nasional Pertahanan Sipil Sudan, Abdel Jalil Abdelreheem, seperti dikutip AFP, Selasa 14 September 2021.
 
“Korban tewas tenggelam, tersengat listrik dan rumah ambruk,” tambahnya.

“Sekitar 8.408 rumah juga hancur dan lebih dari 27.200 rusak di seluruh Sudan,” imbuh Abdelreheem.
 
Hujan deras biasanya turun di Sudan antara Juni dan Oktober, dan negara itu menghadapi banjir besar setiap tahun, merusak properti, infrastruktur, dan tanaman.
 
PBB memperkirakan bahwa hujan lebat dan banjir telah mempengaruhi sekitar 102.000 orang sejak Juli.
 
PBB dalam sebuah laporan pekan lalu mengatakan, hampir 50 desa terendam di Sudan selatan, menggusur sekitar 65.000 orang termasuk pengungsi Sudan Selatan yang kampnya terendam.
 
Tahun lalu, hujan lebat memaksa Sudan untuk mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan, setelah banjir melanda sedikitnya 650.000 orang, merusak atau menghancurkan lebih dari 110.000 rumah.

More Articles ...