logo2

ugm-logo

Banjir Besar Landa Kutai Timur, Diduga Karena Aktivitas Tambang

JAKARTA -- Banjir melanda enam kecamatan di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim) dalam empat hari terakhir, hingga menyebabkan sekitar 1.000 warga mengungsi. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim menduga, banjir besar ini terjadi karena aktivitas penambangan batu bara di hulu Sungai Sengatta.  

Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradarma Rupang menjelaskan, bencana banjir bukanlah hal baru bagi warga kecamatan Sengatta Utara dan Sengatta Selatan. Mereka juga dihantam banjir pada Oktober 2021 lalu meski tak separah sekarang. 

Rupang menyebut, banjir kali ini memang dipicu oleh hujan deras selama dua hari berturut-turut. Tapi, faktor utamanya adalah kerapuhan kawasan menahan debit air. Kerapuhan itu disebabkan oleh aktivitas penambangan batu bara. 

"Banjir yang saat ini berlangsung disebabkan oleh pembukaan hutan dan berganti menjadi tambang skala besar di wilayah hulu sungai Sengatta. Jatam Kaltim menduga aktivitas pembongkaran hutan dan gunung yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan penyebab banjir," kata Rupang dalam keterangannya, Senin (21/3/2022). 

Rupang menjelaskan, PT KPC merupakan perusahaan tambang batu bara yang sudah beroperasi lama di Kaltim. Perusahaan tersebut awalnya mendapat Kontrak Karya dari Pemerintah RI pada tahun 1982 dengan luasan konsesi 90.938 hektare (ha). Lalu pada awal 2022, PT KPC mendapatkan perpanjangan kontrak dengan luas konsesi 61.543 ha. 

Karena itu, lanjut Rupang, Jatam Kaltim mendesak pemerintah pusat mengevaluasi dan melakukan audit menyeluruh kepada PT.KPC atas komitmen pemulihan hutan serta penutupan lubang tambangnya. "Pemerintah jangan hanya memberikan saksi administratif namun juga sanksi pidana atas sejumlah pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan PT KPC," ujarnya. 

Sebelumnya, BNPB melaporkan banjir melanda enam kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, pada Jumat (18/3). Banjir dipicu oleh intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada Jumat (18/3) pukul 14.30 WITA. Banjir terus meluas hingga hari ini, Senin. 

Menurut data BNPB, banjir ini membuat sedikitnya 1.000 jiwa terpaksa mengungsi. Secara keseluruhan, terdapat 2.477 unit rumah, yang dihuni 5.245 KK (17.896 jiwa), terdampak banjir ini.

sumber: REPUBLIKA.CO.ID

Bencana Grobogan Sepekan: Banjir-Angin Kencang, 2.700 Rumah Tergenang

Grobogan - Sepekan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dilanda bencana mulai dari angin kencang hingga banjir bandang. BPBD Grobogan mencatat ada ribuan rumah yang terendam banjir.

"Sepekan kami menghadapi bencana yakni angin kencang, banjir luapan sungai dan banjir bandang diduga akibat galian dan gundulnya bukit," jelas Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistiyowati, saat dihubungi detikJateng, Senin (21/3/2022).

Endang mengatakan banjir bandang sangat membahayakan karena ada material runtuhan dan material hutan yang terbawa arus.

"Jadi perlu ada mitigasi bencana oleh para pengembang tambang," lanjut dia.

Menurut catatannya, banjir bandang di Grobogan sepekan ini terjadi di dua kecamatan yakni Tanggungharjo dan Kedungjati. Banjir bandang ini disebabkan gundulnya hutan dan adanya eksplorasi perbukitan.

Dia menegaskan pengembang tambang perlu membuat mitigasi bencana yang matang supaya tidak terjadi bencana banjir bandang.

"Itulah perlunya mitigasi supaya tidak ada bencana banjir bandang. Kalau sudah ada bencana maka menimbulkan kerusakan, membahayakan dan penanganan pascabencana juga lebih mahal," kata Endang.

Selain banjir bandang, bencana angin kencang juga terjadi di Kecamatan Tanggungharjo dan Kedungjati. Bencana tersebut memorakporandakan kebun jati milik warga.

Tercatat lebih dari seratus pohon tumbang, ada yang menimpa rumah warga dan menutup akses jalan. Tak ada korban jiwa, tapi ada beberapa rumah warga rusak ringan dalam kejadian tersebut.

Selanjutnya bencana banjir luapan air sungai, terjadi di empat kecamatan yakni Purwodadi, Godong, Karangrayung, dan Penawangan. Banjir terbesar terjadi di Kecamatan Purwodadi yakni di Desa Cingkrong.

"Untuk bencana banjir Kecamatan Purwodadi, Penawangan, dan Karangrayung ada lebih dari 2.700 rumah tergenang. Genangan rata-rata satu meter," papar Endang.

Dalam penanganan bencana banjir luapan sungai, kata Endang, petugas mempersiapkan dan membangun dapur umum. Jika ada warga yang tidak terjangkau oleh petugas saat mendistribusikan makanan, maka warga yang terdampak akan diberi bantuan logistik.

"Sekarang banjir sudah surut dan warga sebagian sudah beraktivitas normal. Meski demikian kita tetap melakukan mitigasi bencana supaya warga tidak menjadi korban bencana alam," pungkasnya.

More Articles ...