logo2

ugm-logo

Pakar Geologi ITS Jelaskan Tanda Awal Bencana Tanah Longsor

Amien Widodo pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan tanda-tanda awal bencana alam tanah longsor.

Menurut Amien, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (4/4/2023) tanda-tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

“Tanda yang jelas ada retakan dan pada waktu musim hujan tambah besar, sering orang menyebut tanah gerak atau tanah ambles. Dan tanda lain kayak pintu rumah nggak bisa dibuka padahal dulunya bisa dibuka, tiang listrik miring, pohon miring,” ujarnya.

Tanda-tanda alam ini harus diperhatikan masyarakat yang tinggal di wilayah pegunungan, karena longsor sebagian besar terjadi di kawasan gunung berapi yang sedang tertidur.

“Longsor sebagian besar terajdi di wilayah pegunungan, dalam hal ini daerah gunung berapi atau gunung berapi yang sedang tidur seperti Wilis, Lawu, gunung daerah Bondowoso, Argowayang, Anjasmoro,” jelas Amien.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat yang mengetahui tanda-tanda tersebut sekecil apapun supaya bisa lapor ke pemerintah setempat agar dapat dilakukan survei mendetail.

Dalam kesempatan tersebut Amien juga menyoroti ‘SOP tidak tertulis’ di wilayah rawan longsor yaitu apabila muncul retakan maka masyarakat akan mengungsi di malam hari kemudian paginya kembali lagi ke rumahnya.

“SOP itu sudah harus ditinggalkan kalau sudah retak. Karena longsor ternyata bisa terjadi di siang hari, itu yang terjadi di Banaran pagi hari sehingga korbannya menjadi banyak,” katanya.

Sementara terkait langkah mitigasi, Amien menyebut, dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah membuat peta dan memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan longsor di Tanah Air. Peta ini bisa digunakan pemerintah setempat untuk melakukan pemetaan secara detail dan kajian mendalam terkait kerawanan bencana di daeragnya.

Selain itu langkah mitigasi juga telah dilakukan dengan membuat alat Early Warning System (EWS) longsor, yang didatangkan dari luar negeri serta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam penelitiannya, ITS saat ini sedang mengembangkan untuk membuat alat EWS longsor yang bisa dibuat juga oleh masyarakat.

“Nanti ada dua rencananya (alat EWS longsor), pertama secara mekanik model tarikan. Kedua membuat alat yang sifatnya agak lebih canggih, semacam alat tiltmeter, kalau dia bergerak dia kan mengirim data ke alat tadi,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Cuaca Ekstrem Jadi Ancaman Bencana Alam di Sukoharjo

Krjogja.com - SUKOHARJO - Cuaca ekstrem masih menjadi ancaman masyarakat karena rawan bencana alam. Sebab hujan deras dan angin kencang sering terjadi hampir setiap hari saat puasa Ramadan seperti sekarang. Padahal awalnya diprediksi Maret ini sudah masuk peralihan kemarau dimana kondisi menjadi kering.

"Disaat masyarakat sedang ibadah puasa Ramadan tetap kami minta waspada cuaca ekstrem dimana masih sering turun hujan deras dan angin kencang. Khususnya di wilayah rawan disepanjang aliran Sungai Bengawan Solo," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Rabu (29/03/2023).

Hujan deras dalam beberapa hari terakhir dipantau BPBD Sukoharjo di Sungai Bengawan Solo berupa peningkatan debit air. Hal tersebut terpantau di titik pemantauan di bawah jembatan Bacem Telukan Grogol.

Peningkatan debit air ini menjadi tanda bagi BPBD Sukoharjo kepada masyarakat untuk waspada banjir. Beberapa wilayah rawan banjir seperti di Kecamatan Grogol dan Kecamatan Mojolaban tetap diminta selalu meningkatkan kewaspadaan.

Selain hujan, angin kencang juga sering terjadi di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Beberapa ranting pohon bahkan tumbang karena tertiup kencangnya angin. Sebagai antisipasi pohon tumbang dan menimbulkan korban maka Pemkab Sukoharjo telah melakukan pemangkasan ranting pohon.

Cuaca Ekstrem Jadi Ancaman Bencana Alam di Sukoharjo

Antisipasi juga dilakukan dengan memantau papan reklame berukuran besar rawan roboh akibat angin kencang. Petugas mengecek ulang struktur bangunan papan reklame. Apabila ada kerusakan maka pemilik atau pengelola papan reklame diminta segera melakukan perbaikan.

"Banjir tetap masih kami waspadai. Karena cuaca sulit ditebak bisa berubah kapan saja. Tapi kami juga prioritaskan antisipasi dampak kekeringan selama kemarau. Sebab warga terdampak bisa kekurangan air bersih karena sumur kering," lanjutnya.

BPBD Sukoharjo sudah meminta kepada para camat, kepala desa dan lurah untuk membantu pemantauan dan melaporkan kondisi wilayahnya masing-masing. Hal ini untuk mempermudah penanganan baik banjir akibat musim hujan maupun kekeringan kekurangan air bersih saat kemarau.

Laporan secara berkala akan dijadikan acuan bagi BPBD Sukoharjo bertindak. Pada awal masa peralihan musim diperkirakan belum ada warga kekurangan air bersih. Namun demikian pergerakan debit air sumur warga di wilayah rawan kekeringan terus dipantau melibatkan camat, lurah dan kepala desa serta tokoh masyarakat.

BPBD Sukoharjo mencatat beberapa desa rawan kekeringan saat musim kemarau berada di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. Di wilayah tersebut Pemkab Sukoharjo sebenarnya telah menyediakan sumur dalam untuk membantu penyediaan air bersih warga dan petani, namun demikian debit air saat musim kemarau sering mengalami penurunan dan berdampak kelurahan untuk memenuhi kebutuhan warga. (Mam)

Krjogja.com - SUKOHARJO - Cuaca ekstrem masih menjadi ancaman masyarakat karena rawan bencana alam. Sebab hujan deras dan angin kencang sering terjadi hampir setiap hari saat puasa Ramadan seperti sekarang. Padahal awalnya diprediksi Maret ini sudah masuk peralihan kemarau dimana kondisi menjadi kering.

"Disaat masyarakat sedang ibadah puasa Ramadan tetap kami minta waspada cuaca ekstrem dimana masih sering turun hujan deras dan angin kencang. Khususnya di wilayah rawan disepanjang aliran Sungai Bengawan Solo," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Rabu (29/03/2023).

Hujan deras dalam beberapa hari terakhir dipantau BPBD Sukoharjo di Sungai Bengawan Solo berupa peningkatan debit air. Hal tersebut terpantau di titik pemantauan di bawah jembatan Bacem Telukan Grogol.

Peningkatan debit air ini menjadi tanda bagi BPBD Sukoharjo kepada masyarakat untuk waspada banjir. Beberapa wilayah rawan banjir seperti di Kecamatan Grogol dan Kecamatan Mojolaban tetap diminta selalu meningkatkan kewaspadaan.

Selain hujan, angin kencang juga sering terjadi di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Beberapa ranting pohon bahkan tumbang karena tertiup kencangnya angin. Sebagai antisipasi pohon tumbang dan menimbulkan korban maka Pemkab Sukoharjo telah melakukan pemangkasan ranting pohon.

More Articles ...