logo2

ugm-logo

Mensos Pastikan Gunung Merapi Aman Dikunjungi Wisatawan

Gunung Merapi

Liputan6.com, Sleman - Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham memastikan kawasan lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, aman untuk dikunjungi wisatawan. Terutama, pascaletusan freatik gunung tersebut pada Jumat pagi, 11 Mei 2018.

"Sekali lagi saya pastikan Yogyakarta aman dan Sleman aman. Secara psikologis saya datang ke kawasan Merapi ingin menyampaikan bahwa Merapi aman dikunjungi," ucap Mensos saat meninjau lokasi wilayah Kecamatan Cangkringan, Sleman, yang terdampak letusan freatik Gunung Merapi, Sabtu sore, 12 Mei 2018, dilansir Antara.

Mensos yang didampingi Bupati Sleman, Sri Purnomo, dan Kepala Polres Sleman, AKBP M Firman Lukmanul Hakim, bersama rombongan BNPB tersebut juga mengunjungi Bunker Kaliadem yang berjarak beberapa kilometer dari puncak Merapi.

Pada kunjungannya tersebut, Mensos menyempatkan berfoto bersama wisatawan dan meyakinkan kepada para pengunjung bahwa objek wisata kawasan lereng Gunung Merapi di Sleman, aman untuk dikunjungi.

Menurut Mensos, kesigapan masyarakat Kabupaten Sleman dalam menangani bencana letusan freatik Gunung Merapi perlu diapresiasi. Dengan demikian, dia meminta Sleman menularkan upaya mitigasi bencana ke daerah lain.

"Sleman dan DIY pada umumnya luar biasa, peristiwa bencana yang pernah terjadi di Yogyakarta bisa memotivasi masyarakat Yogyakarta menumbuhkan kesadaran dan kreativitas untuk mengantisipasi sejak dini," kata Idrus.

Tetap Siaga Saat Bencana

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Malang dan Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) mengadakan Diklat Dasar Ruang di hotel UMM Inn, Sabtu (5/5/2018).

Para peserta dibekali materi psikososial kebencanaan, community development, search and rescue (SAR), dan emergency medical.

Pemberian materi itu penting agar peserta tidak kebingungan saat berada di lapangan. Zakaria Achmad, dari Divisi Diklat MDMC PP Muhammadiyah mengatakan, bekal itu diberikan supaya sukarelawan tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu.

“Selain itu kami sama-sama berbagi dan menyebarkan virus tentang pengurangan risiko bencana, sehingga mereka tahu bagaimana bencana ini dan menangani bencana ini,” katanya.

Kegiatan diklat diharapkan mampu diaplikasikan peserta ketika sudah balik ke masing-masing daerah. Itu mengingat seluruh wilayah Indonesia berpotensi terjadi bencana.

“Harapannya ke depan ketika teman-teman ini pulang ke daerah masing-masing, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan,” tutur Rindya Fery Indrawan, ketua pelaksana.

Diklat kedua yakni diklat lapang rencananya diselenggarakan usai Ramadan. Diklat lapang merupakan diklat lanjutan dari diklat ruang guna mempraktikkan teori-teori yang telah didapat.

“Rencananya diklat lapang ada di dua opsi tempat, di Coban Talun atau mungkin di Samporna karena di sana ada CSR tentang kebencanaan,” tambah Rindya.

Sementara itu, tanggapan peserta diklat bermacam-macam. Warda Firdausi Karimah misalnya, mengatakan alasan mengikuti MDMC tidak lain keinginan untuk menyalurkan ilmunya ke dalam kegiatan positif.

“Alasan saya ikut MDMC, saya ingin menyalurkan ilmu saya dengan kegiatan yang bermanfaat salah satunya dengan menjadi volunteer di MDMC,” katanya.

Sarjana Ilmu Komunikasi UMM itu juga mengakui acara diklat sangat tertata dan tidak banyak membuang waktu. Pematerinya juga ahli di bidangnya.

“Ada pretest-nya juga. Jadi bener-bener apa yang nggak tau dari nol jadi tau. Yang awalnya nggak tau jadi bener-bener dengerin dengan seksama. Dari fasilitas juga sudah bagus,” ungkapnya.

Sementara itu, Rina Wahyu Setyaningrum, dosen Bahasa Inggris di UMM mengutarakan keinginannya bergabung dengan MDMC di usia 40 tahun. Itu karena baru mengetahui anggota MDMC ternyata dari berbagai usia.

“Saya lihat, di MDMC sukarelawannya itu dari usia muda hingga tua. Saya kepikiran mengapa saya tidak ikut MDMC. Saya dan suami berharap dengan ikut diklat secara terorganisasi, kami bisa ikut kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kebencanaan gitu dan menjadi sukarelawan. Cuma kami nggak tahu aja kalau umur berapa pun bisa ikut diklat,” paparnya.

Anisa Purwa Ningrum
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

More Articles ...