logo2

ugm-logo

Pengungsi Korban Bencana Kuningan Mulai Tempati Hunian Sementara

KUNINGAN, (PR)- Ratusan kepala keluarga pengungsi dari beberapa dusun dan desa terkena bencana pergerakan tanah dan longsor di Kabupaten Kuningan Februari 2018, sebagian besar sudah mulai menempati bangunan rumah sederana di kompleks-kompleks hunian sementara (huntara). Gedung-gedung yang dalam beberapa bulan terakhir dijadikan barak pengungsi bencana itu pun, Kamis 17 Mei 2018 terpantau sepi dan kosong dari keberadaan barang-barang bawaan pengungsi.

Perpindahan pengungsi mengisi rumah sederhana di kompleks-komleks huntara itu, berlangsung secara bertahap sejak dua pekan terakhir. Dalam waktu seminggu terakhir ini, pengungsi yang semula tinggal di gedung-gedung barak pengungsi, begitu juga yang menumpang tinggal di rumah saudara-saudaranya, secara berangsur pindah mengisi rumah jatah mereka di kompleks-komleks huntara yang baru dibuat pemerntah.

“Semua pengungsi dari desa kami pun, baik yang semula tinggal di gedung-gedung barak pengungsi, juga yang menumpang tinggal di rumah saudara-saudaranya, sudah pada pindah mengisi kompleks perumahan huntara seperti ini. Kecuali pengungsi yang mengontrak dan tinggal di rumah kontrakannya, sampai saat ini masih pada tinggal di rumah kontrakannya masing-masing,” ujar Sukirman (60) warga Dusun Cihanjuang, Desa Pinara, Kecamatan Ciniru, Kuningan yang sedang berada di kompleks huntara warga dusunnya itu, di Desa Ciniru, Kecamatan Ciniru, Kuningan, Kamis 17 Mei 2018.

“Lumayan lah dari pada tinggal di gedung-gedung barak pengungsi,  tinggal satu keluarga satu rumah di rumah-rumah huntara sederhana ini,  lebih nyaman,” tutur Suhaeman (55), warga Pinara penghuni kompleks huntara itu, seraya menambahkan, selain itu hingga saat ini para pengungsi bencana dari Desa Pinara, masih mendapat bantuan logististik, baik bersumber dari pemerintah maupun dermawan.

Kehilangan harta benda

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada pertengahan hingga akhir Februari 2018 sejumlah dusun dan desa di Kabupaten Kuningan dilanda bencana pergerakan tanah dan longsor. Bencana alam itu tidak sampai menelan korban jiwa, tetapi akibat lainnya telah menyengsarakan warga di dusun-dusun dan desa terkena bencana tersebut.

Bencana tersebut, mengakibatkan ratusan kepala keluarga kehilangan rumah, ladang pertanian, dan harta benda lainnya. Bahkan karena kondisi tanahnya, ratusan kepala keluarga dari beberapa dusun di antaranya dipastikan harus direlokasi ke tempat lain yang dinilai aman dari ancaman bencana.

Permukiman warga terkena bencana tersebut, antara lain Kamung Cijoho, Cihanjuang, Jatimulya, Ciporang, dan Babakan di Desa Pinara, Kecamatan Ciniru. Kemudian Kampung Cigerut Kulon dan Cigerut Wetan di Desa Cpakem, Kecamatan Maleber, dan Dusun Cipar di Desa Margacina, Kecamatan Karangkancana.

Ratusan kepala keluarga dari permukiman terkena bencana itu, sejak akhir Februari terpaksa mengungsi ke gedung-gedung yang dijadikan barak pengungsi, rumah-rmah saudara, dan sebagian kecil mengontrak rumah di luar desanya. Dan , dengan dibangunnya rumah-rumah sederhana dalam beberapa kompleks huntara, sebagian besar pengungsi dari perkampungan dan desa tersebut kini sudah menempati rumah sederhana di kompleks huntara sesuai jatahnya masing-masing.***

 

UGM Kenalkan Aplikasi Untuk Pantau Posko Pengungsian Korban Bencana

UGM Kenalkan Aplikasi Untuk Pantau Posko Pengungsian Korban Bencana

Sleman - Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada (PSBA UGM) meluncurkan aplikasi mobile Gotro (Gotong Royong). Dengan aplikasi tersebut, kondisi posko pengungsian korban bencana akan lebih cepat tersampaikan.

Ketua Tim Pengembang Gotro, Anggri Setiawan mengatakan, di dalam aplikasi tersebut akan tersaji berbagai informasi posko pengungsian korban bencana. Seperti jenis kelamin, usia, kondisi, dan jumlah pengungsi yang berada di posko tersebut.

"Informasi meliputi usia, jenis kelas, kondisi dan jumlah pengungsi bisa dilihat di aplikasi tersebut. Kemudian juga ada informasi kebutuhan logistik, tenaga kesehatan, psikolog dan menu donasi," kata Anggri kepada wartawan di Ruang Humas UGM, Jumat (18/5/2018).

Menurutnya, selama ini setiap terjadi bencana alam kondisi posko pengungsian belum tersampaikan dengan baik ke masyarakat. Oleh sebab itu, dia berharap dengan hadirnya aplikasi ini bisa memudahkan warga untuk mengetahui kondisi di posko.

Aplikasi Gotro, lanjut Anggri, mulai dikembangkan sejak awal tahun 2018. Sistem kerja aplikasi ini, pertama relawan mengapload kondisi posko di Gotro Relawan, kemudian admin akan melakukan verifikasi, setelahnya admin mengaprrove data itu ke Gotro Masyarakat


"Gotro memiliki tiga menu utama yaitu informasi bencana, posko, dan donasi. Menu informasi menampilkan foto-foto kejadian, pengungsi dan informasi korban. Menu donasi berupa bantuan, dan menu posko menampilkan lokasi posko," ucapnya.

Anggri melanjutkan, kini aplikasi Gotro secara massal belum diterapkan. Ke depannya dia berharap aplikasi tersebut bisa digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), agar memudahkan aparat menanggulangi bencana.

"Saat ini kita terus melakukan pengembangan program dan rencana menggandeng kerjasama dengan ekspedisi dan bank untuk pengiriman barang dan transfer dana. Sementara aplikasi Gotro ini gratis, dapat diunduh di Google Play Store," tutupnya.
(sip/sip)

More Articles ...