logo2

ugm-logo

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Juarai Kompetisi di AS

Sebuah prestasi berhasil ditorehkan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah Disaster Management Center/MDMC) di kancah internasional. Lembaga asal Indonesia ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi poster internasional di San Diego, Amerika Serikat, Sabtu (14/7).

Ajang yang diselenggarakan dalam rangka Konferensi Pengguna Geographic Information System (GIS) itu dihadiri 18 ribu peserta dari 100 negara. Untuk kompetisi 'Map Gallery' sendiri diikuti 1.075 peserta.
MDMC diwakili oleh Ahmad Muttaqin Alim dan didukung oleh perusahaan penyedia layanan GIS, Esri Indonesia. Lembaga ini menjadi pemenang dalam kategori 'People's Choice' berdasarkan voting, di mana mereka mendapatkan lebih dari 400 ribu vote.

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah NOTCOVER

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah juarai kompetisi internasional (Foto: Dok. MDMC)

Sebuah prestasi berhasil ditorehkan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah Disaster Management Center/MDMC) di kancah internasional. Lembaga asal Indonesia ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi poster internasional di San Diego, Amerika Serikat, Sabtu (14/7).

Ajang yang diselenggarakan dalam rangka Konferensi Pengguna Geographic Information System (GIS) itu dihadiri 18 ribu peserta dari 100 negara. Untuk kompetisi 'Map Gallery' sendiri diikuti 1.075 peserta.

MDMC diwakili oleh Ahmad Muttaqin Alim dan didukung oleh perusahaan penyedia layanan GIS, Esri Indonesia. Lembaga ini menjadi pemenang dalam kategori 'People's Choice' berdasarkan voting, di mana mereka mendapatkan lebih dari 400 ribu vote.

Dalam siaran pers yang diterima kumparan, Ketua MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan, menyampaikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam kebencanaan adalah sebuah keniscayaan.

"MDMC meski pun belum secara menyeluruh menggunakan teknologi tersebut, sudah sangat merasakan manfaatnya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi GIS (Geographic Information System) dapat secara cepat mengetahui adanya bencana alam secara dini dan akurat," jelas Budi.

Selain itu, teknologi informasi spasial juga penting untuk dikembangkan karena dapat menunjukkan titik lokasi suatu bencana secara cepat.
"Lokasi yang dimaksud bukan hanya lokasi bencana, tetapi juga lokasi tempat-tempat vital, serta titik pergerakan relawan beserta data. Sehingga koordinasi dan komunikasi bisa dilakukan dengan cepat," paparnya

Keikutsertaan MDMC dalam pengiriman poster pada Konferensi Pengguna GIS di San Diego disebut sebagai tanda kesiapan dari lembaga tersebut dalam memanfaatkan teknologi GIS.

Budi sendiri ingin mendorong kerja sama antara MDMC dengan Esri Indonesia dan perguruan tinggi untuk penggunaan teknologi informasi spasial, dan pembuatan POS koordinasi berbasis GIS.

Bencana Sambaran Petir di Wonosobo Minim Data

Ilustrasi Hujan Petir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sambaran petir cukup sering terjadi di Kabupaten Wonosobo. Tapi, data-data bencana sambaran petir di Kabupaten Wonosobo hingga kini terbilang masih terbatas.

"Sementara, di sana sering terjadi bencana sambaran petir tahun lalu yang menewaskan beberapa petani dan pendaki gunung," kata salah satu peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Gagad Nur Ridho, Senin (16/7).

Gagad mengatakan, kejadian sambaran petir di Kabupaten Wonosobo tidak cuma berdampak negatif bagi manusia. Sebab, sambaran petir turut menyebabkan kerusakan pada bangunan dan lingkungan.

Berawal dari situ, Gagad bersama Abdi Rahmanu dan Astry Zulky Permatasari berusaha meneliti dan menganalisis kerapatan sambaran petir. Utamanya, untuk meminimalisir dampak negatif akibat sambaran petir.

Penelitian dilakukan dengan mengaitkan kejadian sambaran petir dengan bentuk lahan di Kabupaten Wonosobo. Penelitian menggunakan data sambaran petir tipe Cloud to Ground (CG) 2015-2017 dari BMKG Mlati, DIY.

Data diolah memakai ArcGIS 10,3 dengan permodelan Kernel Density, lalu dianalisis secara kuantitatif-kualitatif. Sedangkan, peta bentuk lahan, litologi dan jenis tutupan lahan.

Data itu diperoleh dari Bappeda Wonosobo, yang diuji akurasi menggunakan pengamatan lapangan secara langsung. Hasil menunjukkan Kabupaten Wonosobo terdiri dari bentuk lahan vulkanik dan struktural.

Bentuk lahan vulkaniknya dipengaruhi aktivitas gunung api, sedangkan bentuk lahan strukturalnya dipengaruhi aktivitas tektonik lempeng bumi. Dominan batuannya berupa breksi, lava dan tuff.

Menurut Gagah, itu yang berpengaruh terhadap banyaknya sambaran petir. Hal ini dikarenakan batuan-batuan tersebut memiliki nilai resistivity yang dirasa cukup rendah.

"Kecamatan Kepil dan Kecamatan Wonosobo merupakan wilayah yang memiliki resiko sambaran petir paling tinggi di Kabupaten Wonosobo," ujar Gagad.

Guna mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa dan kerugian material, Gagad menekankan pentingnya penerapan mitigasi bencana. Hal itu dapat dilakukan dengan memasang penangkal petir dan mencabut instalasi listrik.

Selain itu, pengurangan dapat dilakukan dengan segera mengakhiri kegiatan di luar rumah ketika awan Cumulonimbus mulai muncul. Tentunya, dapat dilakukan pula dengan berteduh di bangunan-bangunan permanen.

Data hasil penelitian itu telah disosialisasikan di hadapan pegawai, dan relawan dari BPBD Kabupaten Wonosobo. Apresiasi turut disampaikan Humas BPBD Kabupaten Wonosobo, Sulthoni.

"Pemetaan sambaran petir di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan teman-teman cukup unik dan menarik karena jarang dilakukan dan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait sambaran petir," kata Sulthoni.

More Articles ...