logo2

ugm-logo

Banjir Iran, 70 Orang Tewas dan 400.000 Lainnya Diimbau Mengungsi

Wanita berjalan di lokasi bekas banjir Iran yang sudah surut di Poldokhtar, Provinsi Lorestan. (AFP)

Khuzestan - Ratusan ribu warga dari lusinan desa dan kota telah dievakuasi di Iran selatan ketika pihak berwenang mengeluarkan peringatan untuk babak baru banjir di wilayah yang berbatasan dengan Irak, rumah bagi sejumlah sungai dan bendungan.

Banjir terus-menerus yang dimulai sejak Maret 2019 sejauh ini telah merenggut 70 nyawa, menghancurkan infrastruktur dan ribuan orang terlantar di Iran, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (7/4/2019).

Pada Sabtu 6 April 2019, Irak secara resmi menutup perbatasan Chazabeh, setelah pemerintah Iran melarang perjalanan dan perdagangan melalui perbatasan di tengah peringatan banjir di provinsi Khuzestan, Iran selatan.

Otoritas pabean Khuzestan telah meminta perusahaan perdagangan pada hari Rabu untuk menggunakan perbatasan lain yang melintasi selatan sebagai pengganti, kantor berita Iran, IRNA melaporkan.

Jalan transit ke perbatasan melewati tanah di sekitar sungai Karkheh diperkirakan membawa air banjir, karena pihak berwenang memerintahkan pembuangan darurat di bendungannya untuk mengurangi tekanan air.

Khuzestan memiliki tiga sungai besar yang melewati beberapa desa, kecamatan dan kota, termasuk Sungai Karoun yang memotong ibukota provinsi Ahvaz.

Menteri Dalam Negeri Iran, Abdoreza Rahmani Fazli mengatakan banjir mungkin mempengaruhi sekitar 400.000 orang di Khuzestan dari lebih dari 4,7 juta penduduk provinsi. Ia telah mengimbau agar warga yang terdampak untuk mengungsi.

Hujan deras juga diperkirakan terjadi di provinsi timur laut, termasuk kota Mashhad.

Infrastruktur Rusak

Banjir bandang baru-baru ini juga membaut ribuan orang mengungsi, serta memicu kekacauan dan kepanikan di Provinsi Lorestan bagian barat.

Kota Poldokhtar menanggung beban terberat dari bencana itu, tetapi air banjir juga merendam rumah-rumah di banyak desa lain di provinsi itu, sementara infrastruktur yang hancur memperlambat upaya bantuan darurat.

Wakil Menteri Jalan dan Pengembangan Kota Abdolhashem Hassannia pada hari Sabtu mengatakan jalan menuju 275 desa di provinsi itu diblokir.

"Selama banjir, 200 jembatan dan 400 kilometer jalan dihancurkan 100 persen," kata Kantor Berita Buruh Iran (ILNA) mengutip pernyataan Hassannia.

Perwakilan Lorestan di Parlemen, Mohammadreza Malekshahi, mengatakan banyak warga yang meninggalkan rumah mereka karena banjir tidak memiliki tempat untuk tidur.

"Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh banjir baru-baru ini belum pernah terjadi sebelumnya selama abad yang lalu," katanya mengutip ILNA.

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat di Afghanistan sejak Sabtu (30/3), dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 35 orang. Banjir menghanyutkan ribuan rumah, memutus akses ke desa-desa terpencil di seluruh negara bagian Afghanistan.

Banjir hebat yang dimulai Jumat pagi menewaskan sedikitnya 12 orang di provinsi utara Faryab dan 10 orang di provinsi barat Herat. Kabar itu disampaikan juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (ANDMA) Afghanistan, kata Hashmat Bahaduri.

Sementara itu, tambahan korban lainnya yakni delapan orang tewas berada di provinsi Badghis, dan lima orang lainnya provinsi Balkh di utara, kata Bahaduri kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 3.000 rumah telah hancur.


Di Herat, 10 distrik dan beberapa bagian kota Herat terkena dampak.

"Ratusan rumah telah hancur dan ribuan lainnya mengungsi," kata juru bicara gubernur, Jailani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.

Direktur Bulan Sabit Merah Afghanistan di Herat, Mir Gulabuddin Miri mengatakan akses ke beberapa daerah telah terputus. Kondisi ini mempersulit para relawan menjangkau orang-orang yang masih berada di lokasi bencana.

"Kerusakannya sangat besar. Lebih dari 12 daerah di provinsi ini dilanda dengan sangat buruk, orang-orang kehilangan rumah mereka. Kami hanya bisa menyediakan makanan dan selimut sejauh ini," katanya.

Pekerja bantuan di provinsi utara Faryab dan Balkh juga telah berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada keluarga yang terkena dampak.

"Tetapi skala bencana sangat besar. Kami membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan," ujar seorang juru bicara ANDMA di Afghanistan utara kepada AFP.

Upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan setelah bencana seperti longsoran dan banjir bandang sering terhambat oleh kurangnya peralatan di Afghanistan. Infrastruktur yang buruk juga menyulitkan pekerja bantuan untuk mencapai daerah yang terisolasi.

Awal bulan ini, sedikitnya 20 orang tewas oleh banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat yang menyapu ribuan rumah dan kendaraan di provinsi Kandahar selatan.

More Articles ...