logo2

ugm-logo

Happy Hypoxia Syndrome, Gejala 'Tersembunyi' Covid-19

Jakarta, CNN Indonesia -- Sesak napas menjadi salah satu gejala Covid-19. Namun, sebuah studi menemukan, pasien yang dinyatakan positif Covid-19 bisa mengalami happy hypoxia syndrome. Nama terakhir merupakan kondisi saat seseorang tak mengalami kesulitan bernapas meski kadar oksigen dalam tubuh sangat rendah.

"Kondisi ini sangat membingungkan bagi dokter karena sangat bertentangan dengan konsep biologi dasar," ujar penulis studi penelitian Martin J Tobin yang merupakan dokter spesialis paru, mengutip Science Direct.

Dalam beberapa kasus, lanjut Tobin, pasien malah terasa nyaman, tidak terganggu sama sekali, bahkan bisa beraktivitas. Padahal, dalam tingkatan yang parah, kondisi tersebut bisa mengancam nyawa.

Studi yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine ini melibatkan 16 pasien Covid-19 dengan kadar oksigen yang sangat rendah, tapi tanpa sesak napas.

"Saat kadar oksigen turun, otak [pasien Covid-19] tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah, di mana pasien biasanya akan merasakan sesak napas," kata Tobin.

Happy hypoxia syndrome dikenal juga dengan istilah 'silent hypoxemia'. Hipoksemia sendiri didefinisikan sebagai penurunan kadar oksigen dalam darah. Saat oksigen mulai berkurang, seseorang umumnya akan mengalami sesak napas. Pada tingkat terendah, kondisi tersebut bisa mengancam nyawa.

Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Pada kasus yang parah, infeksi ini bisa mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Tingkat oksigen dalam darah yang sangat rendah ditemukan pada beberapa pasien Covid-19.

Mengutip Healthline, hipoksemia umumnya dapat disebabkan oleh berbagai kondisi pernapasan seperti asma, pneumonia, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Hipoksemia juga terkadang dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan kelainan atau penyakit jantung bawaan. Bayi prematur juga rentan mengalami hipoksemia.

Orang yang mengalami hipoksemia umumnya akan menunjukkan beberapa gejala seperti sesak napas, batuk atau mengi, sakit kepala, detak jantung cepat, merasa bingung, serta warna biru pada kulit, bibir, dan kuku.

DIY Akan Tutup Posko Dukungan Gugus Tugas COVID-19

SuaraJogja.id - Pemda DIY akan menutup Posko Dukungan Gugus Tugas COVID-19 DIY. Pembubaran posko di tingkat DIY, beranggotakan para relawan yang biasanya ikut memakamkan jenazah pasien COVID-19 ini, rencananya mulai diberlakukan pada September 2020 mendatang.

Kebijakan tersebut diberlakukan dari hasil evaluasi penanangan COVID-19 di DIY, termasuk dalam menyiapkan regulasi dan kebijakan terkait revisi kelima Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19) tentang pemakaman jenazah pasien COVID-19.

"Setelah konsolidasi beberapa waktu terakhir, kita perlu memgantisipasi hal hal yang lain terkait ketugasan di BPBD, maka saatnya dikembalikan ke fungsinya," ungkap Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di DIY Biwara Yuswantana di Pesonna Tugu Yogyakarta, Selasa (25/8/2020).

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY tersebut, posko pendukung tersebut sudah dibuka selama enam bulan terakhir sejak Maret 2020, saat kasus positif COVID-19 mulai terkonfirmasi muncul di DIY.

Posko tersebut dibuka atas peran para relawan, SAR, TRC, MDMC, dan lainnya yang menjadi bagian dari sekretariat gugus tugas Pemda DIY, yang kemudian berubah menjadi posko terpadu.

Posko pendukung tersebut awalnya berperan melakukan penyemprotan disinfektan ke masyarakat.

Kinerja mereka bertambah memakamkan jenazah seiring adanya pasien COVID-19 yang meninggal dunia karena banyak masyarakat yang belum memahami protokol pemakaman pasien COVID-19.

Untuk itu setelah ditutup, tugas dan fungsi posko nantinya akan diserahkan ke masing-masing lembaga, termasuk gugus tugas di masing-masing kabupaten/kota.

Rumah sakit, dinas kesehatan, dan gugus tugas di tingkat kabupaten hingga desa yang bertugas melakukan pengantaran dan pemakaman jenazah pasien COVID-19.

"Provinsi akan memastikan segala situasi berjalan dengan baik melalui supervisi dan cipta kondisi dalam konteks penanganan [COVID-19] yang komprehensif. Jadi kita akan kembali ke [fungsi] reguler seperti biasanya. Tentu apabila ada celah dan kendala maka gugus tugas akan menangani itu," tandansya.

Biwara menambahkan, meski posko pendukung ditutup, para relawan tetap bisa ikut berperan menangani COVID-19 maupun bencana lain di gugus tugas tingkat kabupaten/kota hingga ke level desa.

Apalagi, masih ada potensi bencana yang terjadi di DIY selain pandemi COVID-19, seperti kekeringan dan banjir.

Selain itu, saat ini sudah mulai ada permintaan penanganan kekeringan di tingkat masyarakat.

Karenanya, dibutuhkan koordinasi semua pihak untuk mulai mengantisipasi potensi-potensi bencana yang terjadi di DIY.

"Relawan juga punya tugas lain seperti penanganan kekeringan atau secara periodik menghadapi musim hujan," imbuhnya.

More Articles ...