logo2

ugm-logo

Waspada Kekeringan, BPBD Petakan Daerah Rawan Bencana

ZONA PRIANGAN -  Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD kabupaten Sumedang,memetakan sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang yang rawan terjadi bencana kekeringan pada saat musim kemarau seperti saat ini, sehingga wilayah tersebut mendapat perhatian khusus dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang.

Oleh karena itu pihak BPBD Kabupaten Sumedang, terus menghimpun dan memonitor daerah daerah yang rawan akan bencana kekeringan.

Dari laporan yang masuk ke pihak BPBD,ada 33 titik desa dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, dengan total warga yang bisa terdampak jumlahnya sekitar 8.441 jiwa.

Dari 10 kecamatan tersebut diantaranya, Kecamatan Ujung Jaya 7 desa, Tanjung Medar 4 desa, Jatigede 7 desa, Buah Dua 4 desa, Conggeang 2 desa, Cisitu 1 desa, Situraja 2 desa, Surian 3 desa, Sumedang Selatan 2 desa, dan Sumedang Utara 1 desa. 

Kepala BPBD Kabupaten Sumedang, Ayi Rusmana mengatakan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak akhir Juli 2020 lalu memang sudah masuk musim kemarau.

"Jadi kami sudah menyiapkan antisipasi untuk mendeteksi dini wilayah yang rawan terjadi kekeringan saat musim kemarau itu bersama para camat," ujar Ayi saat ditemui di kantornya, Rabu 4 Agustus 2020.

Menurutnya, bencana kekeringan di sejumlah wilayah yang rawan itu biasanya kekeringan dilahan pertanian dan krisis air bersih,akibat irigasi kering dan air dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) juga tidak mengalir.

"Untuk warga yang mengalami krisis air bersih itu biasanya yang langganan PDAM, dan sisanya karena mata air juga kering," ujar, Ayi.

Maka dari itu selama terjadi bencana kekeringan pada saat musim kemarau seperti sekarang ini, pihaknya bakal terus bekerjasama dengan PDAM dan Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, dalam hal penanganan bencana kekeringan di daerah rawan bencana.

Baca Juga: Bantah Jual Diri, Hana Hanifah Mengaku Sedang Photoshoot, Deddy Corbuzier: Kok Ada Mucikari

"Untuk PDAM kami bekerjasama untuk menyediakan tanki air bersih, kalau dengan Dinas Pertanian, kami berkoordinasi untuk menangani lahan pertanian yang mengalami kekeringan," ucap Ayi.

Sementara untuk saat ini, pihaknya masih terus melakukan pemantauan dan monitoring daerah mana saja yang sudah mengalami kekeringan, karena pada bulan Agustus ini memang sudah masuk pada musim kemarau.***

 

7.046 Keluarga Terdampak Banjir Bandang Bolaang Mongondow Selatan

Jakarta: Banjir dan longsor melanda Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, pada 24 Juli 2020 dan 31 Juli 2020. Sebanyak 22.655 jiwa terdampak, terdiri dari 7.046 keluarga.
 
"Bencana ini menelan satu korban jiwa," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, melalui keterangan pers, Selasa, 4 Agustus 2020.
 
Raditya mengungkap, Pemkab Bolaang Mongondow Selatan menetapkan status tanggap darurat 14 hari akibat bencana tersebut. Status tanggap darurat berlaku dari 24 Juli hingga 6 Agustus 2020.


"Ini dilakukan untuk memudahkan akses penanganan darurat dalam merespons dua kejadian bencana di Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan," jelasnya.
 
Dia menerangkan, pada 24 Juli 2020 banjir merendam tujuh kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Sedangkan pada 31 Juli 2020, banjir kembali menggenangi dan merusak permukiman.
 
"Longsor terjadi di beberapa titik yang menyebabkan distribusi logistik bantuan terhambat," terangnya.
 
 
Pihaknya mengidentifikasi, sebanyak 64 rumah rusak berat dan 29 lainnya hanyut. Selain merusak permukiman, bencana banjir juga merusak beberapa jembatan, seperti jembatan Kombot Timur, Salongo 1, Salongo Besar, Bakida, Sinandaka dan Pakuku Jaya.
 
"Pemerintah daerah dan unsur-unsur terkait telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan respons darurat," ucapnya.
 
Dia menuturkan, bantuan berupa makanan siap saji, air bersih dan bahan makanan telah disarlukan ke warga terdampak. Sementara itu, sebanyak tiga kecamatan terisolasi sehingga pendistribusian bantuan dilakukan melalui jalur perairan.
 
"Ketiga kecamatan tersebut yakni Helumo, Tomini dan Posigadan. Adapun kebutuhan yang diperlukan warga terdampak, antara lain makanan siap saji, perlengkapan dapur, kasur/tikar, selimut, tenda pengungsi, serta paket sandang," bebernya.
 
Di samping itu, posko juga menurunkan ekskavator untuk membersihkan lumpur maupun material longsor pada ruas jalan penghubung antara Kabupaten Bolaang Mongondow dengan Bolaang Mongondow Selatan. Titik longsor terpantau di ruas Jalan Doloduo-Molibagu, Jalan Onggunoi-Pinolosian, Jalan Molibagu-Momalia longsor (desa Pinolantungan), Jalan Desa Tabilaa dan Jalan Molibagu (belakang kuburan Molibagu) dengan kondisi gorong-gorong ambruk sekitar 3 meter.
 
"Berdasarkan Analisis dan Prakiraan Hujan BMKG diprediksikan curah hujan di beberapa wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus hingga Oktober berkisar dari 201 mm - hingga 400 mm. Masyarakat diimbau waspada dan siap siaga mengantisipi banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang," ujarnya.
 

(LDS) 

More Articles ...