logo2

ugm-logo

Waspadai Gangguan Kesehatan Imbas Cuaca Panas, Apa Saja Gejalanya?

Jakarta, CNN Indonesia -- Negara-negara di Asia termasuk Indonesia tengah dilanda gelombang panas sepekan terakhir. Suhu panas yang ekstrem rupanya juga bisa menyebabkan siapa saja mengalami kondisi gangguan kesehatan.

Karena itu penting untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat Anda sedang berkegiatan di luar ruangan. Lantas, apa saja gejala gangguan kesehatan akibat cuaca panas?

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyebut terdapat sejumlah kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai di antaranya saat terjadi keringat berlebih, kulit terasa panas dan kering, hingga rasa berdebar atau jantung terasa berdetak lebih cepat.

Kemudian kulit terlihat pucat, kram pada kaki maupun abdomen. Lalu gejala lain seperti mual, muntah, pusing, serta urine yang sedikit dan berwarna kuning pekat.

"Jika muncul gejala tersebut, dinginkan tubuh dengan kain basah atau sponge basah pada pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya serta banyak minum air," kata Syahril dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, beberapa waktu lalu.

"Jika masih bergejala, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan," imbuhnya.

Tips Tetap Sehat di Tengah Cuaca Panas

Syahril membagikan sejumlah tips untuk mencegah kondisi tak diinginkan saat cuaca panas ekstrem terjadi di Indonesia. Pertama, cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak serta tidak menunggu rasa haus untuk minum.

Kedua, hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis. Ketiga, hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, dan lebih baik gunakan topi atau payung.

Keempat, memakai baju yang berbahan ringan dan longgar. Kelima, hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas. Keenam, sebisa mungkin berteduh diantara jam 11.00 hingga 15.00.

Ketujuh, jangan meninggalkan siapapun di dalam kendaraan dalam kondisi parkir baik dengan jendela terbuka maupun tertutup. Delapan, gunakan sunscreen minimal SPF 30 pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah. Sembilan, sediakan botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan.

"Memang cuaca panas beberapa hari ini dan ke depan sedang tidak biasa. Untuk itu mari kita ikuti tips agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika sedang atau sering berada di luar ruangan," ujar Syahril.

Dalam 1-2 pekan terakhir, suhu udara begitu panas dan matahari seperti lebih menyengat ketimbang biasanya. Di DKI Jakarta misalnya, suhu mencapai 32-33 derajat Celcius pada Selasa (25/4) siang kemarin.

Ada yang menganggap Indonesia juga dilanda heatwave seperti yang tengah terjadi di negara-negara Asia lain seperti Thailand, India, juga China. Kendati demikian, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan Indonesia tidak dilanda heatwave.

Dwikorita menjelaskan suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

(pua)

Tragis, Gelombang Panas India Makan Korban Segini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara tengah dihantam gelombang panas yang berisiko tinggi. Salah satu daerah paling terdampak dengan suhu bak 'neraka' ini adalah wilayah Asia.

Sejumlah negara telah menderita dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan korban tewas sudah berjatuhan akibat cuaca panas pada tahun ini.

Salah satu negara yang terparah terpapar gelombang panas adalah India. Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 miliar tersebut menjadi 'langganan' dihantam cuaca 'neraka'.

Dilansir dari Grist, Minggu, (7/5/2023), tahun lalu, gelombang panas ekstrem di India membunuh puluhan orang, memangkas hasil panen hingga sepertiga di beberapa daerah, dan membakar tempat pembuangan sampah di Delhi, menimbulkan asap beracun di lingkungan sekitarnya.

Suhu mencapai 46 derajat Celcius di negara bagian utara Uttar Pradesh dan memicu lebih dari 300 kebakaran hutan di seluruh negeri. Bahkan, ketika pembangkit listrik membakar lebih banyak batu bara untuk menyediakan tenaga yang dibutuhkan untuk membuat orang tetap sejuk yang akhirnya berujung pada krisis listrik.

Menurut penelitian dari para peneliti Cambridge belum lama ini, cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang melonjak juga dapat memperlambat ekonomi negara dan menghambat tujuan pembangunannya.

Gelombang panas menyebabkan "beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya lainnya," tulis mereka. "India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif."

People walk through a dust storm on a hot summer day in Prayagraj on April 18, 2023. (Photo by Sanjay KANOJIA / AFP) (Photo by SANJAY KANOJIA/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/SANJAY KANOJIA
People walk through a dust storm on a hot summer day in Prayagraj on April 18, 2023. (Photo by Sanjay KANOJIA / AFP) (Photo by SANJAY KANOJIA/AFP via Getty Images)

Menurut para peneliti, otoritas pemerintah telah meremehkan bahaya tersebut. Para pejabat mengandalkan penilaian kerentanan iklim, yang dirancang oleh Departemen Sains dan Teknologi India, yang menunjukkan persentase yang lebih kecil dari negara tersebut yang menghadapi risiko tinggi akibat perubahan iklim daripada yang ditunjukkan oleh temuan baru.

Kesalahan perhitungan seperti itu dapat menghambat upaya India untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, seperti mengurangi kelaparan dan kemiskinan serta mencapai kesetaraan gender.

Studi ini muncul di PLOS Climate hanya beberapa hari setelah setidaknya 13 orang meninggal karena sengatan panas dan beberapa lusin dirawat di rumah sakit setelah acara luar ruangan di negara bagian barat Maharashtra.

Gelombang panas minggu lalu di wilayah lain negara itu memaksa penutupan sekolah karena suhu siang hari mencapai 40 derajat Celcius beberapa hari berturut-turut.

Ribuan orang meninggal akibat cuaca panas

Setidaknya 24.000 orang telah meninggal akibat panas di India dalam 30 tahun terakhir. Perubahan iklim telah memicu gelombang panas di sana dan di negara tetangga Pakistan dan suhu diperkirakan akan memecahkan rekor setiap tiga tahun, sesuatu yang hanya akan terjadi sekali setiap 312 tahun jika iklim tidak mengalami perubahan radikal seperti itu.

"Proyeksi jangka panjang menunjukkan bahwa gelombang panas India dapat melewati batas kelangsungan hidup manusia sehat yang beristirahat di tempat teduh pada 2050," tulis para penulis studi Cambridge.

Pada tahun 2030, panas yang menyengat akan memangkas kapasitas untuk pekerjaan di luar ruangan sebesar 15%. Gelombang panas juga dapat merugikan India 8,7% dari PDB pada akhir abad ini.

Peneliti Cambridge menemukan bahwa seluruh Delhi, rumah bagi 32 juta orang, terancam oleh gelombang panas yang parah, tetapi pemerintah mengatakan hanya dua dari 11 distrik kota yang menghadapi risiko iklim tinggi.

Kepadatan, kurangnya akses ke listrik, air, sanitasi, dan perawatan kesehatan, bersama dengan kondisi perumahan yang buruk, dapat membuat penduduk Delhi, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, bahkan lebih rentan terhadap panas.

Pemerintah "belum memahami pentingnya panas dan bagaimana panas dapat membunuh," kata Dileep Mavalankar, direktur Institut Kesehatan Masyarakat India yang berbasis di Gujarat, kepada BBC.

Sementara itu, kementerian tenaga India telah meminta pembangkit listrik tenaga batu bara untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan listrik, yang mencapai rekor tertinggi minggu lalu saat suhu melampaui 43 derajat Celcius.

More Articles ...