logo2

ugm-logo

Mengenal Mitigasi : Jenis, Proses, dan Contohnya

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengidentifikasi, menyiapkan, dan melakukan penormalan kembali terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mencegah risiko bencana dengan melakukan kesiapan, penyadaran, dan perencanaan penanggulangan. Mitigasi dibuat karena letak geografis di Indonesia yang rawan bencana alam.

Lalu, apa saja jenis-jenis mitigasi, proses, dan contohnya yang sudah diterapkan di Indonesia? Simak informasinya di bawah ini!

Pengertian Mitigasi

Dikutip dari e-paper yang berjudul Geographical Information System (GIS) untuk Mitigasi Bencana Alam Banjir di Kota Manado oleh Dennis F. Niode, dkk, mitigasi adalah tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan menurunkan dampak bencana. Hal ini dilakukan sebelum bencana terjadi.

Jenis Mitigasi

Dimuat dari buku Pencegahan Mitigasi Bencana (Teori dan Praktik) oleh Dr. Selamet Jalaludin, mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural.

  • Mitigasi struktural adalah upaya untuk meminimalkan bencana melalui pembangunan berbagai fasilitas menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Upaya ini bisa dilakukan dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana.
  • Mitigasi non-struktural adalah pencegahan bencana yang dilakukan dengan menghindari pembangunan dari lokasi bencana, pembuatan baru tata ruang kota, capacity building masyarakat, serta menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat. Contoh lainnya meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi.

Jika disimpulkan, kebijakan mitigasi struktural dan non-struktural harus saling mendukung satu sama lain. Pemanfaatan teknologi untuk membangun suatu fasilitas (struktural) harus disesuaikan dengan tata ruang dan peraturan lainnya (non-struktural).

Langkah/Proses Mitigasi

Dikutip dari situs kemhan.go.id, ada beberapa pentahapan dalam pelaksanaan pencegahan dan mitigasi bencana, antara lain:

  • Menerbitkan peta wilayah rawan bencana.
  • Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah rawan bencana. Atau memasang alat Tsunami Early Warning System (TEWS) untuk memberikan peringatan dini bagi masyarakat yang tinggal di kota/pantai yang memiliki potensi tsunami melalui siren, televisi, atau radio lokal.
  • Mengembangkan sumber daya manusia.
  • Mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
  • Membuat bangunan yang berguna untuk mengurangi dampak bencana.
  • Membentuk pos-pos siaga bencana.
  • Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada penduduk sekitar.
  • Mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman.

Contoh Mitigasi

Lantas apa saja contoh-contoh mitigasi? Berikut penjelasannya yang dilansir dari buku Mitigasi Bencana: Inovasi Model DIFMOL Dalam Pendidikan Lingkungan oleh Prof. Dr. Henita Rahmayanti dan situs bpbd.bogorkab.go.id.

  • Pembangunan infrastruktur di lokasi terjadinya bencana abrasi atau pengikisan air adalah salah satu upaya mitigasi. Sebagai contoh di pantai Glagah, Yogyakarta yang dibangun pemecah ombak karena Laut Selatan terkenal memiliki gelombang besar.
  • Penyuluhan untuk masyarakat menghadapi gempa, dan memberikan bekal pengetahuan pada masyarakat untuk mengurangi ketakutan akan dampak bencana.
  • Pemanfaatan teknologi untuk menciptakan sebuah alat pendeteksi tsunami.
  • Mitigasi bencana gunung berapi dengan pemantauan aktivitas gunung api.
  • Mitigasi bencana gempa bumi dengan mendirikan bangunan yang tahan gempa, atau menghindari pembangunan wilayah yang rawan gempa seperti di dekat gunung atau pesisir pantai.
  • Mitigasi tanah longsor dengan menghindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman, terasering dengan sistem drainase yang tepat, penghijauan dengan tanaman berakar dalam, serta mendirikan bangunan berpondasi kuat.

Kesimpulannya, mitigasi adalah upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk meminimalkan risiko bencana dengan menciptakan pembangunan atau peraturan baru sebagai pencegahan dini.

Itulah informasi mengenai mitigasi beserta jenis, proses/langkah, dan contoh mitigasi. Semoga bermanfaat untuk detikers yang ingin belajar lebih tentang mitigasi dan bagaimana mencegah bencana-bencana tersebut sebelum terjadi.

5 Kabupaten di Kalsel Diminta Siaga Karhutla, Mitigasi dengan Hujan Buatan

BANJARBARU – Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar meminta lima kabupaten untuk segera menetapkan status siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Lima kabupaten itu adalah Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah.

“Kami minta segera membuat surat keputusan bupati terkait penetapan status siaga,” pinta Roy saat memimpin rapat koordinasi mitigasi karhutla di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kemarin (2/5).

Ia mengungkap, penetapan status siaga karhutla menjadi dasar pemprov untuk menetapkan status yang sama.

“Kenapa penetapan status diperlukan? Agar mitigasi karhutla dari pemerintah pusat di daerah bisa segera dilaksanakan,” tambahnya.

Salah satunya adalah membuat teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan lebih awal. “Dilakukan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan bencana) bersama BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional),” kata Roy.

TMC diperlukan untuk pembasahan lahan lebih awal, dengan cara mengisi semua waduk dan embung dengan hujan buatan.

“TMC harus segera dilakukan, karena BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika) menyebut awan untuk membuat hujan buatan hanya tersedia pada bulan Mei sampai pertengahan Juni,” tuturnya.

Syaratnya, daerah harus sudah menetapkan status siaga bencana. Roy menyampaikan, apabila status sudah ditetapkan, pemprov bisa mengirim surat permohonan ke pusat.

“Selain permohonan TMC, juga mengirim surat permintaan helikopter untuk water bombing dan patroli hotspot,” jelasnya.

Plh Kepala Pelaksana BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi mengungkap, dari informasi terakhir, Kalsel mendapat jatah 10 helikopter dalam penanganan karhutla tahun ini.

Dua heli patroli dan delapan heli water bombing. “Helikopter sangat penting untuk penanganan karhutla yang tidak bisa dijangkau satgas darat,” katanya.

Terkait kesiapan peralatan, Bambang menjamin semua sudah siap dan berfungsi dengan baik. “Sudah dicek semua. Yang rusak sudah diperbaiki,” ujarnya.

Sementara itu, BMKG memprakirakan kemarau tahun ini bakal lebih panas dibandingkan tiga tahun terakhir sebelumnya.

“Penetapan status siaga bisa pada pertengahan Mei hingga Juni, agar TMC bisa segera dilakukan,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Goeroeh Tjiptanto.

Kemudian pada Oktober nanti, Kalsel mungkin sangat memerlukan heli water bombing untuk mengatasi karhutla. “Karena pada bulan itu sudah memasuki puncak kemarau,” pungkasnya. (ris/gr/fud)

More Articles ...